Skip to main content

Tradisi yang Hilang saat Persiapan Nyepi pasca Pandemi

Gerimis hujan mendadak jatuh dari langit, saat semua anggota keluarga besar baru saja membubarkan diri pasca muspa banten pengerupukan dan melakukan pembersihan ke semua sudut rumah. Hal yang tumben terjadi jelang tawur kesanga Hari Raya Nyepi tahun 2021 ini.
Bersyukur kali ini gak ada arak-arakan ogoh-ogoh di sepanjang jalan depan rumah hingga ke pusat Kota Denpasar.

Mereka yang berada dalam usia remaja kali ini tak lagi tampak sibuk menyiapkan diri pasca upacara. Biasanya sudah siap untuk turun ke jalan, mengiring sang raksasa yang gagah dalam kegelapan memutari batas desa hingga pukul 3 dini hari. Tapi kini tidak lagi.

Ada banyak hal yang hilang dari semua tradisi dan budaya di Bali pasca Pandemi Covid-19 ini.

Tilem Kesanga atau yang kesembilan dalam penanggalan Bali, biasanya merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu oleh ribuan manusia lokal ataupun luar. Untuk menyaksikan ‘tarung’ para raksasa di titik nol kilometer pada malam hari selepas sandyakala. Mereka yang dinanti biasanya hadir dari Sekaa Teruna Teruni banjar Tainsiat yang setiap tahunnya berupaya membangun ogoh-ogoh dalam desain yang fenomenal dan inovatif. Pun dari banjar Gemeh yang pula merupakan kawan dekat sang maestro, selalu mengundang decak kagum banyak mata saat bertemu di area Catur Muka.

Orang-orang biasanya sudah mulai lalu lalang didepan rumah berjalan kaki menuju pusat Kota untuk menyaksikan hal ini secara langsung. Kendaraan nyaris tak bisa bergerak lantaran lautan manusia menyesakkan seluruh area hingga ke badan jalan dan trotoar.
Hari ini tak ada pemandangan seperti itu lagi.

Lapak sate ayam dan kambing yang biasanya ramai saat pengarakan ogoh-ogoh dilakukan biasanya sudah menyiapkan diri sejak pukul 3 sore, dengan menambah meja dan kursi makan memenuhi area kosong depan gerbang rumah, tak lagi tampak dalam setahun terakhir ini. Semua hilang.

Rutinitas berkeliling kota hingga pinggiran yang biasanya kami jalani dari satu minggu sebelumnya dengan kendaraan roda empat bersama orang tua dan anak-anak pun dipaksa absen dan terlupakan. Momen yang dimanfaatkan untuk melihat-lihat hasil karya puluhan anak muda di masing-masing banjar, rasanya gak mungkin dilakukan karena ogoh-ogoh menjadi salah satu larangan atau himbauan oleh pemerintah saat ini.
Berganti dengan antengnya aksi #diamdiRumahSaja karena pandemi Covid-19 belum jua berakhir.

Hanya keriuhan orang yang memborong belanjaan untuk mengisi kulkas mereka seharian besok saja tampaknya masih bertahan hingga siang tadi.

#Nyepi #pengerupukan, #OgohOgoh

Comments

Popular posts from this blog

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Akhirnya Migrasi Jua, Pulang ke Kampung Blogspot

Gak terasa yang namanya aktifitas menulisi Blog sudah sampai di tahun ke 17. Termasuk ukuran blogger senior kalau kata teman, padahal kalau dilihat dari sisi kualitas tetap saja masuk kelompok junior. Belum pernah menghasilkan tulisan yang keren sejauh ini. Blog bagi saya sudah jadi semacam wadah untuk coli. Ups Maaf kalo mencomot istilah gak baik. Tapi ini seriusan, karena memang digunakan untuk melanjutkan halusinasi tanpa perlu berpikir akan ada yang berkunjung, membaca atau tidak. Setidaknya berguna untuk menjaga pikiran-pikiran negatif agar tidak menjalar keluar mengganggu orang lain, atau melepas lelah dan keluh kesah harian akan segala tekanan bathin di keluarga, kantor maupun sosial masyarakat. Jadi maklumi saja kalau isi blognya gak sesuai ekspektasi kalian. Meski sudah menulis selama 17 tahun, namun laman Blog www.pandebaik.com ini kalau ndak salah baru lahir sekitar tahun 2008. Segera setelah bermasalah dengan media mainstream yang berbarengan dengan tutupnya penyedia hos

Kendala yang ditemui saat Migrasi Blog

Keputusan untuk Migrasi alias pulang kampung ke halaman Blogspot, sebetulnya merupakan satu keputusan yang berat mengingat WordPress sudah jadi pijakan yang mapan untuk ukuran blog yang berusia 17 tahun. Tapi mengingat pemahaman dan kemampuan pribadi akan pengelolaan blog dengan hosting yang teramat minim, sekian kali ditumbangkan oleh script, malware dan lainnya, rasanya malu juga kalau terus-terusan merepotkan orang hanya untuk sebuah blog pribadi yang gak mendatangkan materi apa-apa. Ini diambil, pasca berdiskusi panjang dengan 2-3 rekan yang paham soal proses Migrasi dan apa sisi positif di balik itu semua. Namun demikian, rupanya proses Migrasi yang tempo hari saya coba lakukan dengan hati-hati, tidak semulus harapan atau keinginan yang dibayangkan. Ada beberapa kendala didalamnya yang mana memberikan efek cukup fatal dalam pengarsipan cerita atau postingan blog sebelumnya. Yuk disimak apa saja. 1. Pengurangan jumlah postingan Blog yang cukup signifikan. Postingan Blog www.p