Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2021

Koleksi #HPjadul abis ini mau apa lagi ?

Saat koleksi #HPjadul sudah sedemikian banyak, kadang beberapa pertanyaan yang kerap disampaikan oleh istri ataupun teman kantor, malah jadi pikiran juga… “Kelak, mau diwariskan pada siapa ?” Iya juga ya ? Gak tau tuh mau diwariskan pada siapa. Karena tiga anak gadis yang kelak dewasa nanti, gak satupun mereka mengenal apa itu HPjadul, apalagi mau menggunakannya ? Sudah terlanjur mengenal ponsel layar sentuh dan keasyikannya. “Apa sih asyiknya punya HPjadul ? Apalagi gak semuanya bisa digunakan kembali…” Tapi memang mimpi awalnya ya cuma ingin punya aja, seri-seri unik yang dulu gak kesampean untuk dibeli lantaran harganya yang fenomenal untuk ukuran kantong saat itu. Apalagi kalo pas udah nyinggung nama brand besar Nokia. Jangan macem-macem deh. Kini ? hampir semua seri unik sudah dimiliki meski gak spesifik banget jenis yang diburu. Minimal dahaga akan keberaan #HPjadul sudah terisi. Lalu abis ini mau apa lagi ?

Cerita Masa Kecil

Ngikut trend cerita generasi 90-an, rasanya saya adalah salah satu diantaranya. Bisa dikatakan hari ini usia dah di kepala tiga, cukup tua kalo ikut-ikutan cerita soal masa kecil. Tapi asyik juga. Sekali-sekali pengen nginget apa yang dahulu pernah dilakuin. Cerita masa kecil, masa dimana saya tumbuh besar tanpa gangguan perangkat berlayar sentuh sebagaimana anak-anak saya alami saat ini. Saya sendiri tumbuh di tengah kota denpasar, dimana tepatnya jalan nangka masih berlalu lintas dua arah. Kendaraan yang kini tiada, saat itu ada bemo roda tiga. Yang kadang diisi penumpang, kadang juga ngiklanin film yang tayang di bioskop sambil melempar lembaran film yang dilipat lipat persegi empat. Satu hal yang saya dambakan saat itu adalah mencicipi es krim yang lewat dengan menggunakan mobil saat duduk nongkrong di warung kerja milik Bapak. Sayangnya kami bukan keluarga berada yang mampu membeli es krim setiap mereka lewat. Snack atau makanan ringan yang saya sukai ada Mami. Semacam mie goreng

Anak Teknik yang Biasa Saja, BKFT 56th

Anak Teknik jaman saya kuliah dulu,masih tergolong santai. Outfit celana item atau baju kaos item, dah berani tampil. Jarang banget pake kemeja. Sekalinya hadir kuliah pake kaos oblong item ketat, dikatain macam pegawe salon. ih… SPP jaman itu tergolong mahal kalo menurut saya. 210rb tiap semester. Yang ortunya tajir, biasanya minta dobel, sisanya buat beli ini itu. Sementara saya, gak berani minta lebih. Karena ortu masih punya prioritas dua kakak yang juga butuh biaya. Uang saku pun 10ribu sehari. Masih cukup buat beli bensin seliter dan cemilan di kantin. Kalo bisa hemat dengan numpang bemo atau bus damri, uangnya bisa dibelikan kaset Sepultura atau Iwan Fals era itu. Saya tergolong mahasiswa yang malas beli buku juga mencatat. Paling sering sih kopi diktat punya temen. Makanya minim ilmu sampai berakhirnya masa kuliah. Sejak awal perkuliahan di Teknik Arsitektur, mesin bandul murah merek Dali setia menemani hingga makul KP dan KKN dilakoni. Kasihan ortu kalo dimintakan mesin Tracke

Tentang Inovasi Verifikasi dan Validasi Calon Penerima Bantuan Rumah Layak Huni di Kabupaten Badung

Rahajeng, Selamat Pagi. Berkaitan dengan inovasi Verif dan Validasi calon penerima Bantuan Rumah Layak Huni yang dilakukan oleh Prov NTB, kami di Kabupaten Badung melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman telah melaksanakan hal yang sama dari semenjak Dinas PRKP Badung dibentuk pada tahun 2017 lalu. Adapun proses Verifikasi usulan calon penerima Bantuan Rumah Layak Huni di Kabupaten Badung sampai saat ini masih rutin dilakukan setiap tahunnya, dengan jumlah total verifikasi lapangan 3000an KK/nama. Dari hasil proses Verifikasi tersebut, Kabupaten Badung berupaya membantu mewujudkan Bantuan Rumah Layak Huni di setiap tahunnya, yang bersumber dari dana APBD Badung, sbb. Tahun 2017 : 625 KK Tahun 2018 : 150 KK Tahun 2019 : 565 KK Sedangkan pada tahun 2020 dan 2021, mengingat adanya refocusing anggaran, maka bantuan rumah layak huni untuk sementara masih tertunda dengan menyisakan hasil verifikasi sebanyak 812 KK/nama. Untuk dasar hukum Kriteria Objek rumah dan Sasaran Kepala K

Belajar Daring di mata kami para orang tua

Sudah bukan rahasia lagi jika era pembelajaran daring yang dilaksanakan selama masa pandemi ini, sebagian besar tidak disetujui oleh para orang siswa, meski sebagian kecil lainnya malah mendukung untuk mengantisipasi penyebaran virus Covid-19 pada anak-anak mereka. Dua hal yang menjadi kendala terbesar para orang tua yang mengeluhkan proses pembelajaran daring atau online di rumah ini adalah ketersediaan media teknologi serta pendukungnya, dan kemampuan penguasaan materi sekian banyak mata pelajaran, yang mau tidak mau, suka tidak suka harus bisa dipenuhi oleh para orang tua mengingat adanya pendampingan bagi anak sekolah tingkat dasar pada umumnya dan lanjutan bilamana ada hal-hal yang sulit untuk dipahami. Soal ketersediaan media teknologi, di kuar sana cukup banyak juga yang merasa kewalahan dalam menyediakan wifi dan perangkat ponsel/tablet bagi anak-anak mereka agar bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Meski pemerintah sudah berupaya membantu dengan pemberian kuota pend

Belajar di Anemone, Solusi Menyenangkan Bagi Anak pra Sekolah Dasar

Salah satu kendala para orangtua dalam mengajarkan dan mendidik anak-anaknya mampu calistung atau membaca, menulis dan menghitung adalah kemampuan penguasaan cara atau metode pengenalan dan tentu saja kesabaran. Sepanjang pengetahuan saya, tidak banyak yang mampu melakukannya dengan baik dan melewatinya sesuai ekspektasi para anak akan sosok orangtua mereka. Satu perjuangan yang cukup merepotkan sementara beban kerja dan hidup juga menjadi sebuah tantangan yang harus diselesaikan. Ada beragam jasa atau model pembelajaran bagi anak pra sekolah di luar sana. Namun saya pribadi memutuskan untuk mempercayakan anak usia pra sekolah yang saya miliki sejak awal pada Anemone. Sebuah lembaga kecil yang memiliki tagline Cara Baca Ajaib, menjadikan pembelajaran sebuah proses yang menyenangkan bagi anak-anak. Tiga putri kami telah menjadi buktinya. Mengapa keputusan ini kami ambil sejak awal, mengingat pada jenjang Sekolah Dasar level pertama atau kelas satu, siswa sudah dihadapkan pada cerita yan

Manfaat Donor Darah secara langsung bagi Tubuh

Ketika melakukan pencarian tentang manfaat melakukan Donor Darah, kebanyakan hasil yang ditampilan adalah Panjang Umur lantaran dengan melakukan donor darah secara rutin, orang akan bisa mendeteksi penyakit serius sejak dini dan menjaga kesehatan jantung. Ternyata gak semua orang paham dan mengerti serta percaya akan hasil pencarian semacam itu. Termasuk saya. Hal sama pernah ditanyakan oleh seorang kawan lama yang berkeinginan untuk melakukan donor darah untuk kali pertama. Namun merasa belum sreg jika alasan yang diberikan adalah sesederhana itu. Well, secara tidak langsung memang seperti itu adanya. Akan tetapi saya sendiri mulai menyadari manfaat dari sebuah tindakan untuk berbagi sekantong darah yang dapat dirasakan secara langsung. Menjaga Kesehatan Tubuh secara rutin. Ini yang paling akal sebenarnya, mengingat saat pra-donor dilakukan, minimal kolos uji pemeriksaan tekanan darah dan kekentalan darah untuk bisa lanjut ke tahapan donor darah. Terkait Tekanan Darah, biasanya bisa d

Akhirnya ke luar kandang jua

Lama tak mengaspal menjadikan berat badan Ibu turun sekitar 3 kg selama masa ppkm diberlakukan. Stress, ungkapnya. Mengingat masa-masa sebelum ppkm terdahulu kami secara rutin masih mengajak kedua ortu dan juga anak-anak jalan-jalan berkeliling kota lalu mampir ke gerai makan untuk bercengkrama dan bersenda gurau. Tapi kini sudah tidak lagi. Mengingat selain adanya larangan untuk beraktifitas yang tak perlu di luar rumah, pembatasan venue makan dan objek wisata pun mulai ketat diberlakukan. Tak lupa pemotongan pendapatan bagi sebagian besar pegawai di negeri ini termasuk kami di pemda Badung. Duo Bocil yang juga kerap meminta hal yang sama pun mengalami stress tingkat rendah. Mengeluh sakit ini sakit itu, tanpa bisa dijelaskan lebih lanjut. Sempat membuat ketar ketir kedua ortunya mengingat hanya mereka berdua saja yang belum diVaksin di keluarga ini. Maka demi amannya perjalanan sebuah keluarga, hari Minggu sore kemarin kami putuskan untuk mengaspal ke luar kandang. Sekedar berjalan-j

Biasanya sih gitu...

Masa pandemi begini dimana himbauan ppkm terus menerus diperpanjang oleh pemerintah pusat, memiliki profesi sebagai pns makin menjadi bulan-bulanan banyak orang lantaran masih tetap mendapatkan gaji penuh meski kewajiban ngantor hanya 1-2 kali seminggu. Pernyataan paling kentara bisa ditemukan di sejumlah akun sosial media, yang rata-rata mengeluhkan soal tiadanya penghasilan juga pekerjaan, atau hutang  dan tunggakan yang menumpuk, lalu menyinggung soal pns yang masih bisa berbagi foto rekreasi di akhir cerita. Padahal kondisi yang ada sebenarnya sama saja, mengingat pendapatan lain yang seharusnya atau biasanya didapatkan oleh banyak pns di luar sana, jadi berkurang separuh atau bahkan tidak ada tambahan sama sekali. Sementara gaji sudah digunakan untuk membayar hutang dan hanya menyisakan sebagian kecil diantaranya untuk biaya hidup bulanan. Ini fakta sebenarnya. Cuma memang jarang orang mengetahuinya. Mengingat akun sosial media, bukan ajang untuk berbagi cerita kekurangan atau kel

Mencoba konsumsi Arak secara berkala

Sebelum dipromosikan di Dinas Cipta Karya tahun 2013 lalu, bisa dikatakan alkohol hanya pernah saya kenal dan coba pada masa remaja, tepatnya jaman kuliah semester akhir sebagai akibat negatif pergaulan jaman itu. Setelahnya, apalagi pasca menikah, rasanya saya tak pernah menyentuh hal-hal serupa. Bergulat dengan puluhan dokumen kontrak dan segudang permasalahannya sebagai pejabat pembuat komitmen di kursi eselon IV rasanya bagai mengalami sebuah mimpi buruk. Bagaimana tidak ? Dari seorang staf teknis yang tak pernah bergaul dengan proses pengadaan lalu meloncat begitu tinggi, dengan ancaman pemeriksaan dua kali setahun oleh para penyidik di luar sana, atas dugaan penyelewengan dana yang tak pernah terpikirkan, dan seiring waktu pasca mengenal orang-orang yang akrab dengan alkohol, saya pun tertular dengan mudahnya. Jack D, Chivas Regal ataupun Johnie Walker menjadi penghuni tambahan di kulkas rumah demi memberikan efek kantuk yang cepat, mencegah gangguan pikiran di malam hari. Masuk

Sebuah Cerita berbasis Musik : I Still Believe

Semalam saya menonton I Still Believe, sebuah film produksi tahun 2020 kemarin, base on true story Jeremy Camp seorang penyanyi kontemporer berkebangsaan Amerika dan perjalanan hidupnya bersama Melissa Lynn, istri pertamanya yang meninggal dunia akibat kanker. Jujur, saya baru tahu bahwa ini memang beneran ada di luar sana usai membaca cerita di akhir kisah. Sekali lagi, film ini bercerita tentang Cinta. Entah mengapa, saya sangat menyukai film luar yang berbasis pada musik dan bumbu cerita didalamnya. Baik itu fiksi, realita ataupun yang terinspirasi dari musisi lainnya. Saat semua usai, mendengarkan kembali musik mereka dari aplikasi streaming Spotify jadi satu kesenangan baru, sampai hari ini. Jika saja tadi tidak menonton film ini, barangkali saya tidak akan pernah tahu bahwa ada nama Jeremy Camp di luar sana, yang memiliki banyak karya sejak tahun 2002 silam. Atau nama beken Zach Sobiech yang berhasil duduk di tangga #1 beberapa waktu lalu lewat Clouds bahkan diangkat dengan film

tentang si Sulung, Keluh Kesah OrTu

Punya anak sulung yang usianya sudah menginjak masa remaja itu sesungguhnya adalah sebuah tantangan besar bagi setiap orangtua di luar sana, termasuk kami. Mengingat dalam usia-usia inilah semua persoalan remaja yang dulu barangkali pernah kita lakukan atau dikhawatirkan bahkan dihindari akan muncul sedemikian dekatnya dan tentu membutuhkan petunjuk ataupun solusi dengan segera. Bahkan tidak jarang ujung-ujungnya malah bikin emosi meski setelah itu ya baikan lagi, ngobrol kesana kemari seperti kawan ataupun sahabat. Salah satu yang kerap kami alami adalah Krisis PD alias Percaya Diri si anak ketika tampil atau hadir di depan banyak orang termasuk kawan sekolahnya sendiri. Mimpi dan juga angan yang ingin mereka capai, kadang bagi orangtua macam kami yang masa remajanya lebih banyak cengengesan, jadi begitu tinggi terlihat dan agak mengkhawatirkan. Baik dari sisi dukungan akademis yang rasanya juga harus mampu kami imbangi, pun soal biaya dan ongkos untuk bisa mencapai jenjang tersebut n

Masih ngeBlog kalian hari ini ?

Sapaan setia yang biasanya dilontarkan saban habis nulis ini rasanya sudah jarang saya baca di grup whatsapp Bali Blogger Community, yang sampai hari ini topik bahasannya makin beragam dan unik. Makanya jadi makin betah meski anggotanya yakin banget sudah makin jarang menulisi blog yang mereka miliki. Sementara itu, menulis bagi saya tampaknya sudah mencapai tahapan membosankan meski tetap berusaha update minimal 2-3 hari sekali. Itu sebabnya, dari sisi topik, yakin banget gak bisa semenarik dan seunik dulu, saat semangat masih -on fire-. Bisa dimaklumi sebenarnya, karena dari awal mulai ngeBlog, jumlah postingan yang dipublikasi dah melebihi angka 3500 selama 15 tahun, tepatnya 2006 silam. Gimana gak ngebosenin coba ? Akan tetapi, kalo gak lagi menulis, pikiran bakalan jadi kalut bahkan galau. Jadi begitu kelar nulis, otak biasanya tercerahkan kembali untuk bisa aktif melihat dan menikmati hal-hal baru. Semacam obat kira-kira. Jadi sampai hari ini pun, saya masih tetap berusaha setia

Eh ada om Iwan Fals Live Ulang Tahun

Tumben nonton tipi channel Indosiar Kata si tengah jam ini ada penampilannya om Iwwan Fals Dia taunya dari nenek (-ibu saya-), kalo bapaknya Intan dan Ara, menyukai om Iwan dari sekolah eSDe. Bener banget sih, tepatnya dari album Wakil Rakyat rilis yang dibeli kakak cowok. Jadi makin suka dan penasaran pasca dapat hibah beberapa album lama om Iwan macam Sarjana Muda, Sumbang, Barang Antik, Sugali sampai yang terbaru jaman itu, Mata Dewa. Lalu mulai rajin beli album lainnya di toko kaset Kharisma Kereneng, Suci Plaza lantai 1 dan Istana Musik seberang bank BCA. Ada juga yang dibeli di toko-toko kaset kecil pinggiran jalan. Album om Iwan yang saya sukai ada 2, Cikal 1991 dan Hijau 1992. Bisa diputer bolak balik gak pernah bosan, sampai sekarang jadi playlist favorit. Meski album Belum Ada Judul dan Mata Dewa juga kerap dinikmati. Pasca kolaborasi dengan banyak musisi, saya makin menggila dengan karya mereka di album Kantata Takwa, Dalbo dan Swami Hio. Bahkan sempat juga menyukai album so

Bersih-bersih akun Sosial Media dan isi Ponsel

Tadinya sama sekali gak terpikirkan bakalan meluangkan waktu untuk menata ulang akun-akun sosial media dari FaceBook, Twitter dan juga Instagram baik pertemanan, perubahan bio ataupun tata kelolanya. Namun mengingat ada satu dan lain hal yang cukup mengganggu hadir di timeline tiap kali membuka dan menikmati hal baru dari status teman, maka pilihan untuk bersih-bersih pun dilakoni selama 3 hari terakhir. Untuk akun FaceBook, saya menghapus -unfriend- beberapa pertemanan bagi mereka yang status akunnya sudah di-deActivasi secara mandiri alias tak lagi aktif di laman FB seperti om Anton Muhajir atau Aryaputra Pande, lalu ada juga mereka yang sudah pergi meninggalkan dunia secara nyata, seperti alm.pak Nendrawan, Pande Jinggo dan lainnya, atau mereka yang memiliki lebih dari 1 akun, dimana setelah dicermati lebih jauh ada yang sudah ditinggal lama, bisa jadi karena lupa password atau menghapus jejak masa lalu. Kategori terakhir ada bli bagus Imade Siaga juga Kadek Ardana yang punya akun

"Satu persatu Sahabat pergi..."

Bagai Thanos yang berhasil menjentikkan jarinya… “Satu persatu Sahabat pergi, dan takkan pernah kembali…” Saya selalu teringat pada lirik lagu bang Iwan Fals, tiap kali mendengar kabar duka yang datang dari para kerabat, saudara, kawan bahkan rekan ruangan kantor. Tentang kehilangan mereka akan orang-orang yang dicintai, akibat penularan satu virus laknat yang dipungkiri kehadirannya oleh banyak orang, sehingga sebagian dari kita jadi cenderung meremehkan dan abai pada protokol kesehatan. Tak ingin bersedih terlalu lama rasanya. Tak ingin tertawa juga atas apa yang sudah dialami oleh sebagian lainnya. Kehilangan pekerjaan, kehilangan penghasilan, bahkan kehilangan kebersamaan. Semuanya mendadak jadi sebuah kenangan yang suram akan keinginan untuk bisa hidup dengan tenang. Hanya diam dan berserah pada-Nya yang bisa dilakukan untuk saat ini. Banyak orang mengalami, Banyak orang pula yang pernah merasakan, namun hanya Sedikit yang berEmpati, berusaha tabah dan melanjutkan hidup tanpa kepa

Melepas XMax 250, Beneran Rela ?

Berat sebetulnya kalau harus melepas motor kesayangan saya satu ini, jika mengingat pada history pembelian dan bongsornya bodi motor, yang baru kali ini terasa pas banget untuk postur tubuh. Namun rasanya kasihan juga kalo hanya digunakan sebagai motor operasional sehari-hari, sebatas ngantor, atau antar anak-anak sekolah dan les, juga sekedar berkeliling kota bersama istri. Maka itu gak heran kalo jejalah tempuh selama 4 tahun ini hanya 11ribuan kilometer saja. Lagipula masih ada 2 motor lainnya yang sekiranya jika dibutuhkan, masih bisa diandalkan untuk jarak dekat. Meski secara postur badan saya gak bakalan sesuai dengan kedua model yang ada. Tapi minimal, masih bisa dipakai bersama. Yamaha XMax 250cc adalah motor idaman saya sejak awal. Bahkan saat sepupu membeli sepasang NMax pun, saya masih belum tertarik mengingat hasrat sudah yakin banget dengan pilihan tersebut. Cuma yang menjadi pikiran saat itu, kapan rilisnya ? Honor setahun menjadi PPK adalah jawaban dari semua harapan. Ju