Skip to main content

Melepas XMax 250, Beneran Rela ?

Berat sebetulnya kalau harus melepas motor kesayangan saya satu ini, jika mengingat pada history pembelian dan bongsornya bodi motor, yang baru kali ini terasa pas banget untuk postur tubuh.

Namun rasanya kasihan juga kalo hanya digunakan sebagai motor operasional sehari-hari, sebatas ngantor, atau antar anak-anak sekolah dan les, juga sekedar berkeliling kota bersama istri. Maka itu gak heran kalo jejalah tempuh selama 4 tahun ini hanya 11ribuan kilometer saja. Lagipula masih ada 2 motor lainnya yang sekiranya jika dibutuhkan, masih bisa diandalkan untuk jarak dekat. Meski secara postur badan saya gak bakalan sesuai dengan kedua model yang ada. Tapi minimal, masih bisa dipakai bersama.

Yamaha XMax 250cc adalah motor idaman saya sejak awal. Bahkan saat sepupu membeli sepasang NMax pun, saya masih belum tertarik mengingat hasrat sudah yakin banget dengan pilihan tersebut. Cuma yang menjadi pikiran saat itu, kapan rilisnya ?

Honor setahun menjadi PPK adalah jawaban dari semua harapan. Juli 2017, saya mengajukan tanda jadi 5 juta rupiah di dealer Agung Yamaha Diponegoro, begitu uang jerih payah tersebut berada di tangan. Lanjut pembayaran cash sisa harga, di bulan Agustus/September. Motor pun diantar pulang.

Sebagai pengguna motor lakik dengan kopling kiri, menyalakan XMax yang notabene merupakan sebuah motor matic besar adalah satu kesulitan yang hakiki. Ternyata gak bisa dengan menekan tombol starter doang, tapi juga harus dibarengi dengan menarik tuas rem di sisi kanan. Satu hal paling bodoh yang sukses membuat saya kebingungan, bagaimana cara menyalakannya saat teknisi sudah balik ke dealer saat itu.

Motor Yamaha XMax 250cc ini sangat nyaman menurut saya. Dudukan pengguna dan juga laju kendaraan, merupakan sebuah kenikmatan lebih dibandingkan 3 motor sebelumnya. Meski banyak kawan yang memberikan kritik akan kehadiran XMax di tanah air saat itu. Dari sebutan motor plastik, harga yang terlalu mahal, dan juga rentan patah pada garpu depan motor saat foto-foto tabrakan yang melibatkan Xmax viral di sosial media.

Empat tahun sudah ia menemani, rasanya memang sudah saatnya saya melepasnya.
#XMax250 #XMaxOwner #YamahaXMax

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian