Skip to main content

Belajar Daring di mata kami para orang tua

Sudah bukan rahasia lagi jika era pembelajaran daring yang dilaksanakan selama masa pandemi ini, sebagian besar tidak disetujui oleh para orang siswa, meski sebagian kecil lainnya malah mendukung untuk mengantisipasi penyebaran virus Covid-19 pada anak-anak mereka.

Dua hal yang menjadi kendala terbesar para orang tua yang mengeluhkan proses pembelajaran daring atau online di rumah ini adalah ketersediaan media teknologi serta pendukungnya, dan kemampuan penguasaan materi sekian banyak mata pelajaran, yang mau tidak mau, suka tidak suka harus bisa dipenuhi oleh para orang tua mengingat adanya pendampingan bagi anak sekolah tingkat dasar pada umumnya dan lanjutan bilamana ada hal-hal yang sulit untuk dipahami.

Soal ketersediaan media teknologi, di kuar sana cukup banyak juga yang merasa kewalahan dalam menyediakan wifi dan perangkat ponsel/tablet bagi anak-anak mereka agar bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Meski pemerintah sudah berupaya membantu dengan pemberian kuota pendidikan, namun lingkup penggunaan bantuan tersebut, masih dibatasi hanya untuk aktifitas tertentu saja. Padahal, interaksi siswa dan guru selama pelaksanaan pembelajaran, menggunakan banyak aplikasi atau media berbeda satu sama lainnya. Bergantung pada upaya guru dalam memahami penggunaan aplikasi tersebut.

Sementara untuk persoalan kemampuan dalam memahami materi sebelum membantu proses pembelajaran si anak di rumah, kerap pula mendatangkan masalah. Utamanya bagi para orangtua yang masih disibukkan dengan pekerjaan dan juga kemampuan berpikir mereka. Tak jarang proses pembelajaran harus diakhiri atau diselingi dengab emosi para orang tua pada sang anak atau lingkungannya.

Saya sendiri masih bersyukur, dalam kondisi ini berada di tengah-tengah pusaran. Dimana untuk upaya penyediaan media belajar, 1 anak sudah memegang 1 perangkat Android yang siap pakai berisikan akun Whatsapp dengan menggunakan nomor ke-2 milik orang tua, dan juga aplikasi ClassRoom atau lainnya yang sekiranya dibutuhkan oleh si anak. Meski secara berkala harus memeriksa dan membersihkan perangkat dari sampah dan file hasil unduh atau pengiriman tugas, agar bisa siap digunakan lagi tanpa masalah.
Demikian juga dengan penguasaan materi mata pelajaran, dimana saya dan istri berbagi tugas dalam pendampingan anak saat menyelesaikan atau belajar secara mandiri di rumah. Dan bersyukur juga, para guru mau mendengarkan keluhan orang tua dimana untuk mata pelajaran tertentu yang membutuhkan penjelasan serta logika, bisa membantu dengan membuat agenda tatap muka daring menggunakan aplikasi Zoom atau Google Meet agar siswa dapat bertanya juga pada gurunya, bilamana orang tua tidak mampu menjelaskan dengan baik.

Kalian sendiri, ada mengalami kendala apa saja sejauh ini ?

Comments

Popular posts from this blog

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Akhirnya Migrasi Jua, Pulang ke Kampung Blogspot

Gak terasa yang namanya aktifitas menulisi Blog sudah sampai di tahun ke 17. Termasuk ukuran blogger senior kalau kata teman, padahal kalau dilihat dari sisi kualitas tetap saja masuk kelompok junior. Belum pernah menghasilkan tulisan yang keren sejauh ini. Blog bagi saya sudah jadi semacam wadah untuk coli. Ups Maaf kalo mencomot istilah gak baik. Tapi ini seriusan, karena memang digunakan untuk melanjutkan halusinasi tanpa perlu berpikir akan ada yang berkunjung, membaca atau tidak. Setidaknya berguna untuk menjaga pikiran-pikiran negatif agar tidak menjalar keluar mengganggu orang lain, atau melepas lelah dan keluh kesah harian akan segala tekanan bathin di keluarga, kantor maupun sosial masyarakat. Jadi maklumi saja kalau isi blognya gak sesuai ekspektasi kalian. Meski sudah menulis selama 17 tahun, namun laman Blog www.pandebaik.com ini kalau ndak salah baru lahir sekitar tahun 2008. Segera setelah bermasalah dengan media mainstream yang berbarengan dengan tutupnya penyedia hos

Kendala yang ditemui saat Migrasi Blog

Keputusan untuk Migrasi alias pulang kampung ke halaman Blogspot, sebetulnya merupakan satu keputusan yang berat mengingat WordPress sudah jadi pijakan yang mapan untuk ukuran blog yang berusia 17 tahun. Tapi mengingat pemahaman dan kemampuan pribadi akan pengelolaan blog dengan hosting yang teramat minim, sekian kali ditumbangkan oleh script, malware dan lainnya, rasanya malu juga kalau terus-terusan merepotkan orang hanya untuk sebuah blog pribadi yang gak mendatangkan materi apa-apa. Ini diambil, pasca berdiskusi panjang dengan 2-3 rekan yang paham soal proses Migrasi dan apa sisi positif di balik itu semua. Namun demikian, rupanya proses Migrasi yang tempo hari saya coba lakukan dengan hati-hati, tidak semulus harapan atau keinginan yang dibayangkan. Ada beberapa kendala didalamnya yang mana memberikan efek cukup fatal dalam pengarsipan cerita atau postingan blog sebelumnya. Yuk disimak apa saja. 1. Pengurangan jumlah postingan Blog yang cukup signifikan. Postingan Blog www.p