Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2018

Paradox dan Penantian Panjang Perjalanan Pulang

Memutuskan untuk melakoni liburan kali ini sebenarnya tidaklah mudah. Mengingat jarak yang akan ditempuh dengan menumpang bus pariwisata, dari kota asal hingga tujuan. Tidak dengan pesawat seperti biasanya. Tapi demi sebuah janji, semua itu dijalani dengan ikhlas. Duduk menanti kapal laut bersandar di Gilimanuk, rasa penat selama perjalanan mulai terasa. Apalagi tidak ada canda tawa riang anak-anak yang biasanya mengisi hari demi hari yang dilewati. Kangen banget dengan mereka kali ini. Adalah Paradox, film Hongkong produksi tahun 2017 yang lumayan membuat penasaran lantaran awal kisah harus dipotong gegara kalah suara dengan penggemar dadakan Baahubali, berhasil diunduh saat malam masuk Kota Surabaya. Saat dinikmati pun ada air mata yang mengalir meskipun genre film adalah action. Tapi cerita yang yang diusung tidak lepas dari rasa cinta seorang ayah pada anak putrinya. Jika saja saya berada dalam posisi yang sama, yakin tidak banyak yang bisa diperbuat. Baik saat silang pendapat di u

Laju Kencang Sepur Antarkan ku Pulang

Ratusan bahkan ribuan rumah dan hamparan sawah kami lewati sejauh mata memandang, di tengah gerbong eksekutif Sepur Mutiara Timur dari Stasiun Gubeng Surabaya pagi tadi. Ini kali pertama saya naik kereta api setelah nyaris 40 tahun lamanya hanya bisa menyanyikannya. Meski tak seindah cocot gabener yang dipenuhi pepohonan hijau dan kicauan burung, namun pengalaman ini mampu memberi kesan menarik atas jerih payah dan kerja keras kepala batu mantan menteri perhubungan mas Jonan, dan terjadi di era pak Presiden Jokowi. Salut banged. Penampilan interior kereta api ini meski belum senyaman kelas Kereta Udara eh Pesawat Terbang maksud saya, namun dengan harga tiket yang nyaris setengah atau bahkan seperempatnya, kedua kaki saya yang jenjang mampu berselonjor tanpa harus terantuk sandaran kursi yang diduduki penumpang didepan. Dari jadwal perjalanan yang sekiranya memakan waktu sekitaran enam jam lamanya, meski secara kecepatan laju tak sekencang kereta api sikansen miliknya Jepang, kalo ndak

Liburan ke Lintas Kota

Cuaca hari ini di Jatim Park cukup bersahabat. Jauh lebih baik dari hawa dua mingguan terakhir, ungkap Mas Marzuki tour leader lokal yang menggantikan Mas Bagong. Melintasi kawasan edukatif yang lebih pantas dinikmati oleh anak-anak usia sekolah ini, mampu menghabiskan jatah jalan kaki harian saya hanya dalam waktu kurang dari dua jam. Cuma memang ndak direkomendasikan buat para usia lanjut yang kerap mengeluhkan sakit pada kaki saat berjalan jauh. Demikian halnya Kota Malang. Proses check out dari Hotel Kartika Graha pagi tadi pun berjalan lancar. Lalu lintas jalanan tak semacet di Denpasar. Entah karena ini weekend atau masih hari sekolah, namun perbedaan yang ada amat sangat terasa. Kota Batu dimana sejumlah wahana dan objek wisata berada rupanya hanya melingkupi tiga kecamatan saja. Dan kini sudah berstatus sebagai kota administratif dengan besaran pendapatan daerah cukup tinggi. Jawa Timur Park Group selaku pengelola sebagian besar wahana sepertinya cukup jeli melihat peluang. Kaw

Menikmati Malam di Jalanan Kota Batu

Hari yang cukup cerah seharian ini. Meski hujan gerimis sempat menyambut kami saat masuk Kota Batu. Perjalanan jadi menyenangkan dan melegakan. Suasana malam di Kota Batu banyak berubah. Ada beragam venue hiburan baru yang dijumpai sepanjang jalan. Salah satunya ya BNS, Batu Night Spectaculer. Wahana bermain yang dibuka di malam hari, kalau tidak salah. Tempat asyik untuk mengajak anak-anak serta sebenarnya. Sayangnya diantara kami yang ikutan kali ini, tidak ada yang berani menjual jantung dan tekanan darahnya untuk semua tantangan yang ada. Padahal kebelet banget pengen nyobain. Cuma ndak seru kalo teriak sendirian. He… Perjalanan dalam Bus Bali Radiance bekerja sama dengan travel Bali Daksina, bisa dikatakan sangat nyaman. Disamping mundurnya lima rekan kami yang sedianya ikut serta, memberikan banyak keleluasaan dalam menikmati kursi 40 seat. Istirahat jadi full, tanpa harus bersesak peluh dengan rekan disebelah. Hiburan yang ada pun bisa dinikmati dengan riang. Bolehlah melupakan

Bersahabat (lagi) dengan Diabetes

Dua minggu terakhir ini sepertinya menjadi momen yang penuh tantangan, dimana saya mencoba untuk bersahabat (lagi) dengan diabetes setelah empat bulan sebelumnya masuk dalam tahapan tak peduli pada kondisi kesehatan. Enam Kilogram berat badan turun dalam waktu tiga bulan tahun lalu. Cukup drastis mengingat selama hampir setahun lamanya, bertahan stabil di angka 92 Kg. Pasca penunjukan kembali sebagai PPK, semua stress yang dahulu pernah ada, kembali dengan sukses mengubah pola makan. Puncaknya, awal tahun baru gula darah melonjak hingga 400an mg/dl. Parah. Selain kembali mengkonsumsi obat, menambah sedikit dosis yang diberikan oleh dokter sebelumnya, hari demi hari pun dilalui dengan penuh kesadaran. Mengganti jenis makanan dan cemilan yang dikonsumsi, pun mengurangi kuantitas ngopi sachetan pada jam malam. Beralih ke kopi hitam atau teh tanpa gula. Hambar dan pahit. Namun begitulah konsekuensi yang harus diterima apabila masih ingin melihat anak-anak tumbuh besar, pula sunggingan seny

Libur Panjang Tanpa Liburan

Yeah, demikianlah adanya. Padahal momen seperti minggu ini jarang-jarang bisa didapatkan. Cuma karena kesibukan baik pribadi maupun anak-anak, libur panjang kali ini nggak bisa dilewati dengan Liburan sekalipun. Pertama ya terkait upacara pelebon staf kami yang meninggal beberapa waktu lalu, jatuh hari Sabtu siang. Praktis, dari Jumat sudah nggak ada rencana khusus terkait itu. Nyambung ke hari Minggu hingga Selasa, Mirah putri pertama kami ada agenda pengayaan di sekolahnya, Kumon Matematika dan Les pagi. Maka buyar sudah semuanya. Saya sendiri masih dalam upaya menurunkan kadar gula darah yang sekitar dua minggu lalu sempat naik gila-gilaan, mencapai angka 468 mg/dl yang musti ditebus dengan puasa makanan enak. Syukurnya Sabtu pagi kemarin gula puasa sudah bisa turun ke angka cantik yang dipuja sebagian besar rakyat Indonesia. 212 mg/dl. Meski masih tergolong tinggi, tapi lumayanlah, sudah ada kemajuan. Menu makan siang musti dialihkan ke sayuran tanpa nasi. Sementara sarapan pagi da

Sedikit Bicara

Entah kenapa, dalam sebulan terakhir pikiran ini cenderung kosong dan saya menjadi sedikit bicara. Ini dirasakan oleh Istri yang kemarin sempat mengungkapkan keheranannya di sela perjalanan pagi menuju kantor. Agak khawatir juga tambahnya. Meskipun secara kesibukan sejak awal bulan Januari bisa dikatakan sudah lebih reda ketimbang tahun lalu, namun pikiran sepertinya masih dipenuhi beban dan hutang pekerjaan yang belum terselesaikan. Apalagi pertengahan bulan ini biasanya Pemeriksa akan hadir dan menyita waktu kurang lebih hingga lima bulan kedepannya. Saya yakin bakalan melelahkan. Disamping itu kejenuhan akan suasana kerja makin melengkapi semua keluhan yang belakangan saya rasakan. Termasuk pening kepala sisi belakang makin membuat hari-hari tak nyaman. Serasa kesambet apa gitu. Hingga keluarga sempat terpikirkan untuk bertanya lebih jauh pada orang pintar akan hal ini. Saya yang biasanya ceria dan banyak bicara baik pada istri ataupun tiga anak yang saban malam bikin rumah macam ka

Merenungi Hidup

Untuk kesekiankalinya saya teringat akan nasehat seorang mantan atasan kantor yang memilih resign dari abdi negara ketika usianya telah melewati batas wajar pensiun dini. Agar jangan sampai mengorbankan Kesehatan dan Keluarga hanya demi Karir dan Pekerjaan. Meskipun itu saling terkait dan ketergantungan satu sama lain. Karena ketika kita sakit atau tidak mampu untuk bekerja lagi, maka perusahaan akan langsung mencari pengganti dan melanjutkan hari tanpa kita. Mereka tidak akan menunggu. Yang ada hanya ucapan Turut Berduka Cita ditambah beberapa amplop dengan jumlah yang seberapa jika disandingkan dengan beban yang kita tinggalkan pada pundak keluarga. Kepergian staf saya kemarin, jadi pelajaran berharga. Itu sebabnya saya kembali tersadar akan sakit yang diderita selama ini, dan berharap kesehatan bisa sedikit pulih agar keluarga tak sampai terlantar. Hanya saja, apa iya bisa mengurangi beban pekerjaan begitu saja dalam fakta lapangannya ? Saya masih ragu. Apalagi dengan kinerja dan ke

Amor ring Acintya Pak Gung Wirajaya

Ditengah kemacetan kecil yang terjadi sepanjang jalan Cokroaminoto pagi ini, saya masih mencoba-coba mengingat hal-hal baik yang pernah dilakukan oleh rekan kerja saya seruangan dari pertama kali mengenal hingga minggu-minggu terakhir bertemu. Anak Agung Wirajaya, kelahiran 1 Juli 1970. Enam bulan sebelum masa Pensiun, Beliau meninggalkan kami untuk selamanya. Sosok yang tidak banyak bicara, namun memiliki selera humor yang unik. Ia mampu membuat senyum dikulum saat celetukannya dilontarkan ditengah pembicaraan hangat. Perlu waktu untuk memahaminya. Saya mengenal Beliau saat duduk di ruang Permukiman, Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung tahun 2013 lalu. Pak Gung dipindahtugaskan dari Bidang Tata Bangunan tepatnya bagian Perijinan bersama satu koleganya yang lain. Meski pendiam, saya paham bahwa Beliau ini menguasai benar seluk beluk perijinan dimana ia ditugaskan dan kerap menjadi tempat diskusi maupun pencarian solusi terkait hal yang sama, utamanya jika ada keluhan serupa yang tidak m

3 tips Memilih Popok Disposable Diaper

Di jaman modern seperti saat ini perlengkapan bayi semakin banyak dan bervariasi. Mulai dari pakaian sampai dengan peralatan kecantikan bayi banyak dijual di pasaran. Selain itu juga berbagai aksesoris khusus bayi pun banyak diproduksi, salah satu diantaranya adalah popok. Peralatan yang satu ini sangat penting disediakan bagi bayi anda dalam mengurangi penggunaan celana dalam. Anda tidak perlu mengganti celana buah hati anda setiap kali ia buang air kecil karena dengan menggunakan popok air seni dapat diserap dengan cepat. Banyak jenis popok bayi yang bagus di pasaran, dengan ukuran yang telah disesuaikan dengan berat badan anak anda. Berikut kami sajikan tips sederhana memilih popok sekali pakai yang aman bagi bayi : 1. Kualitas yang baik Tips pertama yang dapat anda lakukan dalam memilih popok sekali pakai yang aman adalah dengan memilih jenis popok yang memiliki kualitas baik. Di pasaran kini banyak beredar popok sekali pakai yang menawarkan berbagai kelebihannya masing-masing. Ji

Jatuh

Dalam kondisi begini, kerap alami yang namanya Putus Asa dalam menjalani keseharian. Diabetes yang tak jua mampu dikontrol, makin hari terasa makin menyiksa. Bayangan akan akhir nafas tiba dengan ancaman komplikasi selalu terbayang. Kasihan anak-anak. Kasihan keluarga ini. Namun apa daya, gula darah saban diperiksa selalu diatas angka 200, 300 bahkan sekali dua sempat mencapai 487. Dengan konsumsi obat dan berpuasa, rasanya semua percuma begitu saja. Istirahat hampir selalu dilakoni, dan sepertinya keadaan makin memburuk. Jatuh dan jatuh lagi… Diabetes

Cerita di Awal Tahun

Hari Baik menyambut tanah Bali pagi ini. Awal Tahun 2018 yang diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk hidup dan berkarya bagi setiap orang utamanya mereka yang berstatus sebagai kepala keluarga. Menghidupi anggotanya demi kebahagiaan dan kesejahteraan. Mari memulainya dengan hal yang positif. Jalanan yang dilalui masih saja tampak lengang. Bisa jadi karena sebagian besar orang masih lelah dengan aktifitasnya semalam suntuk. Saya yang semalam menghabiskan Tuak nyaris sepertiga botol besar, langsung tewas tertidur dengan nyaman. Apalagi dicampur obat batuk hitam lima belas menit setelahnya, sukses membuat saya tepar hingga pagi tanpa terbangun lagi malam harinya. Pagi ini agendanya kami meluncur ke Pura Penataran Puncak Mangu Desa Pelaga Petang, untuk melunasi hutang janji seorang anak manusia yang ingin memperkenalkan jodoh yang ia dapatkan bertahun lalu, dan setelah dua belas tahun lamanya baru bisa terwujud. Ingin sekali bisa lebih banyak meluangkan waktu sebenarnya untuk mendeka