Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2008

Prepared for UU PorNoGrafi

Tampaknya gak sampe nunggu waktu setahun, RUU Pornografi yang kini berusaha disosialisasikan dan masih menimbulkan Pro dan Kontra, bakalan dengan segera disahkan. Itu artinya, segala bentuk penolakan yang dilakukan beberapa waktu lalu bisa jadi cuman dianggap angin lalu oleh para anggota Pansus. Terutama yang sempat mampir ke Bali tentunya. Belum lagi salah satu parpol besar dinegeri ini bulat menyatakan penolakannya akan RUU yang dianggap masih memiliki multi penafsiran yang berbeda. Ini justru akan membahayakan personal yang secara tak sengaja atau malah tak menyadari mampu ‘mengundang syahwat’ orang lain. Secara pribadi sih bakalan mengatakan setuju kalo ngeliat dari maraknya kemunculan video-video porno hasil besutan sutradara dadakan, yang baru ngeh kalo punya ponsel berkamera, atau malah baru ngeh merasakan nikmatnya bercinta dengan lawan jenis walopun secara status belum pantas dilakukan. Tapi, itu harus benar-benar dipikirkan bagaimana cara menekan peredaran, pembuatan baru

PerDa Ketinggian Bangunan 15 meter ; Masih ReLevan gak ya ?

Heboh pemberitaan terkait ketinggian bangunan gedung PusPem Badung yang melebihi aturan PerDa 15 meter, tampaknya tak muncul lagi di media Radar Bali. Hal ini jelas menarik perhatian publik termasuk saya, lantaran Badung dimana saya bekerja, ditenggarai melanggar beberapa PerDa yang sedianya dipatuhi isinya. Malah ada wacana untuk mengubah isi PerDa agar sesuai dengan perkembangan jaman saat ini. Kalo mau main saklek, sebetulnya banyak kok bangunan di Kota Denpasar ini maupun Badung (KuTa) yang melanggar aturan PerDa tersebut. Hanya karena isinya yang mampu diputarbalikkan saja yang membuat bangunan-bangunan tersebut lempeng aja mendapatkan ijin membangun ketimbang diproses dan dipangkas ketinggiannya seperti yang dilontarkan oleh beberapa pihak. Mengacu pada level tanah asli (ground) biasanya diakali dengan mengeruk lahan untuk membuat lantai tambahan dibawah tanah, toh kalo dilihat dari luar (jalan raya), ketinggian tetap tak melebihi batas 15 meter. Ini saya amati pada Hotel Nikk

EtiKa keSoPanan

Saya masih ingat jaman kecil dahulu, selalu diajarkan etika kesopanan oleh Nenek, terutama kalo lagi berhadapan dengan orang lain. Seperti selalu mengatakan ‘Tabik’ atau ‘Permisi’ saat melewati orang lain yang sedang duduk. Mengapa saya jadi teringat dengan hal kecil itu ? lantaran saya mengalami hal unik saat bersembahyang di Pura Dalem Tonja, Kuningan lalu, duduk dibawah (ditanah) menanti upacara persembahyangan bersama dilakukan. Eh, Bapak-bapak yang duduk di pinggiran Bale Gong, dengan cueknya menaikkan satu kaki mereka tanpa menghiraukan para pemedek Pura yang ramai duduk didepannya. Jelas ini mengundang bisik-bisik para pemedek lainnya yang rata-rata berkomentar ‘ apa Bapak-bapak itu gak tau sopan santun kali ya ?  He… Kalo saja aksi mereka ini dilihat oleh Nenek saya secara langsung, dijamin bakalan kena bentak, marah-marah sambil menjelaskan arti pentingnya etika sopan santun pada orang lain. Sayangnya Nenek saya itu sudah Almarhum tahun 1984 lalu. He… dan saya gak punya

MoBiL Baru ? Hmmm...

Apa yang menjadi pertimbangan utama orang membeli mobil kluaran terbaru ? Model atau desainnya ? bisa jadi. Kenyamanan Berkendara ? Iya. Fitur dan kecanggihannya ? Mungkin juga. Gengsi ? Hm…. Biasanya sih. Harga beli ? he… Mungkin ini yang paling mendekati kebenaran. Kenapa saya katakan begitu ? Yah, barangkali karena saya melihat belum semua tingkat masyarakat mampu membeli mobil kluaran mutakhir seenak udel mereka. Kecuali para konglomerat dan pengusaha kaya negeri ini loh ya. Maka, walopun maksud hati membeli Ford Everest, tapi berhubung kantong masih menjepit, nah kanggoang Suzuki (Daihatsu) Xenia (ralat dari Bli Gung Ant) aja deh. Ada juga yang lantaran hal lain, misalnya Dashboard mobil baru yang jelas jauh lebih keren. Ini menjangkiti pikiran saya selama ini. Mungkin lantaran terpancing oleh mewahnya desain penampilannya yang seakan membuat saya nyaman berada didalamnya. Sebaliknya, Apa yang menjadi pertimbangan utama orang enggan membeli mobil kluaran terbaru ?

Gak PeduLi Kumuh yang penting bisa dipake Tidur

Pada awal perencanaan pembangunan Ruko yang kini mulai menjamur disepanjang jalan-jalan seantero Kota Denpasar dan juga Badung, barangkali terlintas impian para pemiliknya yang akan mengontrakkan tempat tersebut pertahun atau barangkali bisa dijual kepada yang berminat. Dalam perjalanannya entah lantaran macetnya dana pelaksanaan atau malah susahnya mendapatkan pembeli/pengontrak, bisa juga harga yang dipatok terlalu tinggi, ruko-ruko ini banyak yang terbengkalai tanpa tuan dan akhirnya tak terurus. Seperti halnya ruko berlantai dua yang berada dipinggir jalan dari Perempatan Kerobokan menuju Tanah Lot, tepatnya disebelah timur Pasar Pengosari, ada satu dua yang gak berfungsi sebagaimana mestinya. Dari penampakan jalan raya sih mungkin gak masalah. Ruko terlihat ditutup rolling door, tanpa penghuni. Tapi kalo dilihat dari sudut pandang belakang bangunan, kira-kira di parkiran mobil Pasar Pengosari, terlihat jelas lantai dasar dari ruko tersebut dalam kondisi yang sangat kumuh, lant

BaLi tak lagi 'PuLau seribu Pura'

Kalo mau berpaling ke masa lalu saat BaLi masih dipromosikan lewat ‘ Visit Indonesia Year yang kalo ndak salah pake maskot Badak, saya waktu itu masih dibangku sekolahan, begitu bangga saat disebutkan bahwa BaLi, tempat lahir dan tinggal saya dikatakan sebagai ;PuLau SeRiBu PuRa’ . Seiring bertambahnya usia dan tentu waktu, BaLi kini tampaknya tak lagi bisa dibanggakan sebagai Pulau SeRiBu PuRa , tempat dimana para bidadari menari bagaikan Surga. Kenapa saya bisa mengatakan begitu ? Kalo kita jeli, begitu sore tiba, disepanjang jalan seantero KoTa DenPasar pula BaDung, dipenuhi oleh warung-warung kaki lima yang rata-rata berjualan Seafood dan Lalapan. Pemandangan biasa yang saya temukan saat ber-plesiran ke tanah seberang, Jawa. Kalo gak ingin menunggu malam tiba, siang hari pun bisa. Hampir disepanjang jalan, bagian pinggirannya dipenuhi dengan RuKo, yang marak menyajikan aneka ragam produk konsumtif hingga barisan rolling door. He… tanpa penghuninya. RuKo barangkali menjadi salah

Beat The Bastard by The Exploited

Saat suasana hati sedang kalut, apalagi kalo sesuatu yang aku yakini itu baik ternyata tak bernilai dimata orang lain, bahkan saat diri ini merasakan marah yang amat sangat akan sesuatu hal, dibandingkan ngamuk gak karuan atau menghantam orang disebelah, mungkin bakalan jadi jauh lebih baik jika mendengarkan musik Punk kayak gini. The Exploited , aku kenal grup musik ini dari seorang rekan yang kebetulan fans berat aliran musik punk, hingga berpengaruh pada gaya penampilan juga perilakunya. Ohya, kluaran musiknya emang gak jauh beda dengan grup-grup punk lainnya, hanya saja yang bikin aku suka, adalah beat tempo yang dibawakan. Mendentam dan cepat. Dijamin asyik kalo didengarkan dengan volume tinggi. Beat The Bastard , salah satu karya Punk yang seringkali menjadi inspirasi bagi diriku pribadi, sangat berguna buat mengubah suasana hati yang kalut menjadi ceria kembali. Paling gak setelah mendengarkannya dua tiga kali, semua beban seperti terlampiaskan saat lirik lagu ini dinyanyikan

Sendal apik nan Murah

Berawal dari kesulitan mencari ukuran sendal yang pas jaman SMA dulu, masih harus berorientasi ke daerah Kuta yang harganya wah wah wah… mahal kalo diukur dari kantong ortu saat itu. Bayangkan saja pada tahun 1994 ortu mendapatkan sendal yang pas buat ukuran kaki yang bengkak sampe angka 45 dengan harga 160ribuan. Padahal teman sebaya dengan harga segitu bisa ngedapetin 5-10 biji sendal. Bisa dimaklumi sih, merknya Nike, brand terkenal jaman itu. Sampe kini mungkin yah ? Masalah timbul saat sendal tersebut mulai rusak, setelah berumur dua tahun lebih. Gak dapet model yang kayak gitu lagi, sehingga memaksa saya sepulang kuliah buat survey tempat mbikin sendal plus sepatu jika bisa, yang menawarkan harga murah tentunya. Dengan pertimbangan utama ya ukuran tadi. Udah makin bengkak jadi 46. Ukuran yang udah jarang ada didaerah Kota Denpasar. Eh, dapat juga di daerah Legian. Masa berlangganan ditempat itu baru terhenti saat Bom Bali I meluluhlantakkan Kuta, hingga membuat jatuhnya perekon

BooMing FiLm INDonesia

Belakangan ini nampaknya kebangkitan film lokal makin booming aja deh. Ini bisa dilihat tiap kali mampir ke persewaan film, selalu ada satu judul film lokal terbaru. Seperti yang saya lihat tadi sore sebelum berangkat kuliah, ‘Ada Kamu, Aku Ada’, ‘D.O.’atau ‘Puber’. Padahal belum sebulan lalu, saya menemukan film lokal juga macam ‘From Bandung With Love’ atau ‘Love’ yang nyontek plot film luar ‘Love Actually’. Malah ada juga film yang berbau-bau gituan ‘Susahnya Jadi Perawan’. Genre Horor ? huah… Jangan ditanya. Sepertinya para produser filmnya kegatelan bikin film Horor yang padahal udah gak ada yang mampu menggigit jumlah penonton seheboh’Ayat-Ayat Cinta’ atau paling gres ‘ Laskar Pelangi ‘. Entah lantaran saya yang terlalu kuper hingga gak tau banyak perihal perkembangan film produk dalam negeri, sehingga menyimpulkan kalo produksi film lokal malah jauh lebih tinggi dibanding film luar, terlepas dari kualitasnya alur cerita plus akting bintangnya loh ya. Tapi jujur aja, salut ban

Babi GuLing SapiSial

Nama makanan diatas bukanlah paduan dua daging yang dikemas dalam satu sajian Babi Guling, tapi cuman diplesetkan sedikit lantaran pesanan khusus -Spesial maksudnya-. Mungkin karena sudah takdirnya sajian Babi Guling mendarah daging dalam setiap insan umat Hindu Bali, saat ditawarkan untuk makan siang sebelum meluncur ke lokasi kegiatan yang akan diperiksa, maka sajian ini pula yang menjadi pilihan utama. Mungkin ini pula menjadi penyebab mengapa lama-lama wajah dan penampilan (terutama bagian perut) saya malah mirip Babi Guling. Huehehe… Ndut ! Menyasar lokasi daerah Mambal, yang dahulunya bertempat di sisi timur jalan tepat pertigaan jalan utara Pasar Mambal, yang kalo kearah utara tembusannya ke Bongkasa, sedang kearah Barat nembus ke daerah Penarungan-Abiansemal. Kini berlokasi sedikit keutara, masih pada jalan yang sama, dibarat jalan. Sebetulnya dari sajiannya sih gak beda jauh dengan lainnya, ini dilihat saat rekan yang paling pertama memesan paket Reguler -biasa- he…. nah,

InfoTainment ?

Kabar terakhir terdengar, Suzanna si bintang film spesilis Horor itu meninggal dunia. Jasadnya pun katanya udah diupacarai sedemikian rupa sesuai dengan Surat wasiat oleh sang suami almarhum, dan kalo ndak salah liat di layar kaca teve sih udah rapi jali pake keramiknya segala. Yang kemudian menyisakan masalah, anak-anak sang bintang masih mempertanyakan mengapa sang suami almarhum (suami kedua), gak menyampaikan kabar ini terlebih dahulu baru kemudian bersama-sama mengurusi kematian sang Bunda. Yang jelas dibantah oleh Om Cliff (suami si bintang Suzanna), kalo apa yang dilakukannya itu udah sesuai dengan Wasiat istrinya, bahwa upacara kematiannya jangan sampai disaksikan oleh keluarga. Suatu kejanggalan kata Insert Investigasi. Yang lebih mengherankan saya selaku penonton, mengapa pihak Polisi belum bertindak jika sampai ada kejanggalan seperti yang rame diberitakan media Infotainment ? Mungkin masih harus menunggu laporan dahulu dari anak-anak sang Bintang, barulah mereka bertinda

KemBaLiannya diganti PerMen ya Pak

Kata-kata diatas paling sering saya temui begitu bersua dengan kasir di toko, mini market apalagi super market. Ini ditemui setelah menghitung belanjaan, ternyata gak ada uang kembalian untuk jumlah nominal uang yang disodorkan. Maka kotak kecil diatas meja kerjapun makin hari makin dipenuhi oleh permen-permen yang wajah sebenarnya adalah berupa uang kembalian. Kalo kekurangan pengembaliannya cuman seratus dua ratus sih ndak masalah, tapi kalo mendekati seribuan, ya kadang bikin mangkel juga. Kondisi begini terjadi barangkali lantaran langkanya uang recehan yang beredar dipasaran, atau bahkan arti dari sebuah keping uang seratus rupiah seperti gak ada artinya lagi. Coba deh amati kalo sua peminta-minta dijalanan, berikan uang seratus rupiah, dijamin ditolak atau dibuang (didepan si pemberi). Bahkan anak kecil yang tau nilai uangpun barangkali bakalan menolak diberikan uang yang gak bisa dibelikan es disekolahannya. Kelangkaan ini bisa karena keadaannya memang begitu adanya, bisa ju

Menjadi bagian dari HeRoes ?

Kata-kata ini selalu terbayang dibenak saya usai menonton serial Heroes , seri bersambung yang saya yakini jauh lebih menarik dari jutaan Sinetron terbaru milik stasiun-stasiun televisi lokal. HeRoes, kalo ndak salah mengartikan ya sekumpulan orang yang memiliki kelebihan tertentu setelah diinjeksi oleh ‘somebody’ dan memiliki misi untuk menyelamatkan si gadis Cheerleader. Misi ini tentu akhirnya mempertemukan tokoh HeRoes satu dengan lainnya, dibayangi oleh tindak kejahatan sang tokoh antagonis yang selalu membunuh korbannya mengan membelah batok kepalanya. Hiy…. Trus kira-kira apa yang bakalan saya lakukan jika menjadi bagian dari HeRoes ? apakah itu memiliki kemampuan Terbang (yang tentunya gak bisa sembarangan diperlihatkan pada publik), berpindah lokasi, membaca apa yang dipikirkan orang lain, melumerkan benda, melukis masa depan, hingga si gadis Cheerleader sendiri yang selalu berusaha meyakinkan dirinya dengan mencelakai diri sendiri trus direkam dalam video. Entah ya. Mungk

ToiLet Impian seorang Pegawai Negeri

Kata salah seorang Dosen Teknik Arsitektur saat kuliah dulu, karakter orang juga keindahan huniannya dapat dilihat dari penampilan awal Toiletnya. Lucu sih, tapi bener. Toilet emang menjadi satu daerah paling rawan dari setiap bangunan. Apapun itu fungsinya. Ada beragam komentar perihal posting saya beberapa waktu lalu, berkaitan dengan ‘ Joroknya Toilet PusPem Badung ‘ yang tergolong megah dan Wah. Kabarnya malah jauh lebih megah daripada gedung Menteri negara ini. Jadi sayang banget kalo Toilet-nya jorok sejorok toilet milik ruang kuliah di Fakultas Teknik entah Bukit Jimbaran maupun Kampus Sudirman. Pernah liat gak ? Bayangkan saja ya. Toilet yang gelap tanpa lampu penerangan, gak ada air yang mengalir dari kran, juga persediaan air di bak, air malah tampak menggenang di lantai toilet, sehingga membuat yang ingin buang hajat harus berpikir sebentar buat melepas sepatu mereka agar tak tenggelam dalam genangan, bau pesing yang khas mirip-mirip bau saat mencetak gambar Kalkir ke m

Inspirasi-ku

Dalam waktu dekat, BLoG ini bakalan bertambah lagi isinya. Rencananya sih pengen nulis tentang hal-hal yang menjadi sumber inspirasiku atas tulisan dalam blog selama ini, atau segala perbuatan juga ide yang terbang dalam kepala. Entah itu berwujud karya dari orang lain, artis musik misalnya, atau malah jurnalis media lokal yang gak henti-hentinya bersikap kritis terhadap apapun. Entah nanti jadinya apa. Yang jelas, tulisanku nantinya tak akan menyinggung perasaan siapapun juga, kujamin. Karena ini hanyalah sesuatu yang akhirnya mampu mengubah diriku dari satu menjadi dua, dari sedih menjadi gembira dan lainnya. Toh tak ada salahnya untuk menuliskan isi ‘diri sendiri’ yang barangkali memang benar buruk atau malah baik bagi orang lain. Itu terserah siapapun bisa menilainya. Ohya, mohon diingat pula, bahwa BLoG ini lahir secara tak sengaja dan awalnya hanya mengungkapkan hal-hal tak penting untuk sekedar menjadi catatan dan cerita bagi diri sendiri dikemudian hari. Jadi, kalaupun ada

BurGer ? Yummy...

Boleh dikatakan kalo roti isi irisan daging satu ini udah jadi favorit sejak masa kecil dahulu. Masih teringat jelas rutinitas melahap burger tiap dua minggu sekali made in Toko Asia (waktu masih berlokasi di depan rumah makan Mie Jakarta jalan Veteran), dibeli dari sisihan uang saku yang dikumpulin tiap harinya. Waktu itu (masa SMP 1990an) harganya tergolong mahal 4 ribuan, seharga komiknya Tiger Wong kalo ndak salah. He… Hobi makan burger sebetulnya berawal dari kiriman seorang famili ortu yang membuka Restoran Mini di Kuta sana. Beliau ini secara rutin ngirimin cemilan makanan yang biasa disantap turis-turis, tentu merupakan makanan yang aneh bagi ortu waktu itu. Kalo ndak salah ada Sandwich isi telor mata sapi, isi keju dan tentunya Burger. Makanan aneh ini rupanya membuat saya jatuh cinta (didukung pula oleh embel-embel makanan ala barat yang bagi seorang anak kecil seperti saya waktu itu, ngerasa top banget bisa makan makanannya Mac Gyver, he….) Burger baru jadi familiar terd

Susahnya jadi SingLe Parent

Setelah kelahiran putri kami Mirah Gayatridewi , sempat terpikirkan untuk mencarikan pengasuh saat kami tinggal kerja tiap harinya. Akan tetapi, orang yang pertama tak menyetujui pemikiran kami itu adalah Ibu. Beliau beralasan masih sehat dan kuat untuk menjaga dan merawat si kecil dirumah saat kami tak ada. Bila hari-hari biasa sih gak masalah, tapi yang dikhawatirkan pun satu saat akan tiba. Selasa kemarin sesuai jadwal merupakan hari dimana upacara Pengabenan Nenek sebelah rumah, yang masih keluarga kami juga. Salah satu diantara kami berlima terpaksa mengorbankan kewajibannya untuk menjaga sikecil selama upacara Pengabenan dilaksanakan. Tentu saja itu aku. Karena Bapak Ibu dan Bibi sudah dipastikan harus hadir dalam upacara tersebut. Sedangkan Istri dengan terpaksa tak dapat tinggal dirumah demi mengurus/melengkapi syarat-syarat guna pengajuan SK CPNS yang baru saja diumumkan dan harus selesai per tanggal 9 nanti. So, jadi SingLe Parent nih ceritanya ? Belajar dari pengalaman te

MungiLnya Nokia 6120 Classic

Sejauh ini untuk me-review ponsel, penulis gak menganut paham seperti halnya Tabloid ponsel macam PuLsa dan SmS, yang demi menjaga independensi, ponsel dibeli sendiri dan bukan bantuan dari pihak vendor. Namun baru di-review setelah penulis berkesempatan memegang ponselnya secara langsung, entah dengan cara meminjam sebentar, dimintakan tolong atau milik sendiri (walopun dibeli second). Maka keseringan review yang dihasilkan baru muncul, jauh setelah rilis ponsel secara resmi diluncurkan. Entah jadi basi bagi orang lain yang membacanya, tapi bagi diri sendiri, ini bisa jadi satu pengalaman baru dan dapat diarsipkan. Kali ini ponsel Nokia seri 6120 Classic didapat saat si pemilik minta tolong dicarikan cara buat ngerekam suara seperti lagu ataupun nyanyian anaknya agar bisa dijadikan sebagai Nada Dering. Ni ponsel rupanya punya form factor mirip ponsel Nokia N73 yang waktu lalu sempat pula di-review. Hanya saja punya spec warna layar yang jauh lebih tinggi, namun berdimensi lebih

Murah Meriah Masakan China

Setelah jatuh cinta dengan masakan China di Depot Rama beberapa waktu lalu, kali ini nyobain Nasi Goreng Sosisnya Warung 67 di pertigaan pertemuan Jalan Nangka – Sandat, tepatnya sebelah barat Warung Rujak yang terkenal itu. Sebetulnya menu NasGor sosis ini sudah familiar sejak masa SMA dulu, karena kakak cewek berlangganan disitu. Baru setelah punya hobi berburu tempat makan, jadi tau lokasi aselinya. Ternyata dekat rumah. Dengan harga yang tergolong murah dan tentu saja lumayan enak, plus porsi besar, jadilah ni Warung salah satu alternatif tempat makan pilihan, utamanya kalo lagi nyekolahin motor buat ganti oli juga nyuci yang letak bengkelnya bersebelahan dengan warung 67 ini. Yummy…

Kenapa sih BLoG ini gak pernah Kritis lagi ?

Pertanyaan diatas sempat dilontarkan oleh seorang rekan yang begitu rajin berkunjung ke BLoG ini via sms. Dia sempat pula mengungkapkan kekangenannya perihal tulisan posting saya yang kadang nyelekit dengan gaya yang tentu jauh beda dengan tulisan di media cetak. Sambil mendorong dengan semangatnya untuk gak terlalu peduli dengan orang lain yang kebakaran jenggot akibat ketusuk tulisan saya. ‘So what gitu loh..; Saya sih ngejawabnya simpel aja. Belajar dari Pengalaman . Karena Pengalaman itu kata orang bijak adalah pelajaran yang sangat berharga. Pengalaman itu pula yang mengajarkan pada saya, betapa sulitnya jika kita ingin bersikap kritis. Oke, saya ingin terbuka pada beberapa respon atas tulisan saya sebelumnya. Peringkat pertama ya Polemik dengan Radar Bali tempo hari, perihal pembelaan proyek Dewi Sri yang dikatakan mangkrak dan Wartawan yang dateng minta duit. Itu asalnya dari nurani saya berdasarkan pada fakta dilapangan yang benar adanya. Hanya saja karena kalimat penyampaian