Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2024

Pensiunkan SmartFren, Fokus di Satu Kartu Saja

Nyaris sepuluh tahun saya menggunakan kartu SmartFren sebagai kuota internet utama, dan kini harus merelakannya pensiun seiring bergantinya ponsel ke Samsung seri A35.  Penyebabnya, karena slot kartu sim yang disediakan oleh perangkat ini tak lagi mampu menampung 2 sim dan 1 kartu memory. Jadi saya harus memilih antara melepas sim card internet yang selama ini digunakan, atau kartu memory 256 GB yang mampu menampung banyak file dan filem.  Saya mengenal SmartFren kalau gak salah dari mereka meluncurkan modem M1 tahun 2014, yang masih mengadopsi jaringan 3G WCDMA, sekaligus dapat dipergunakan sebagai powerbank. Lalu berlanjut ke seri M2Y/P bareng mas Kadi Riyanto dan Antonius Priantoro juga anak-anak Bali Blogger di sebuah gerai jalan Dewi Sri Kuta.  Pasca melewati masa-masa diberi banyak fasilitas ponsel baru, kartu juga modem, era Hisense atau AndroMax oleh mas Seno Pramuadji atau mas Aldridge Christian Seubelan , saya juga diberi kesempatan gabung dengan SmartFren Community oleh Mb.

Android atau iPhone ? Ah Basi...

Hari Gini masih aja ada yang suka bela mati-matian soal bagusan mana perangkat iPhone atau Android. Hanya gegara iklan atau review para dewa di channel YouTube.  Sementara yang dibandingkan Head to Head, adalah perangkat iPhone yang harganya bisa 3-5 kali lipat ponsel Android keluaran tahun yang sama.  Tapi kalo dari sisi saya pribadi, semua bergantung pada Budget. Ya, ketersediaan dana.  Kalo mampu beli iPhone yang harganya ada di angka belasan juta, ya silahkan. Tapi kalo mampunya cuma bisa sampe 5 jutaan maksimal macam saya, karena masih mikir ada banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi, ketimbang maksa beli hape iPhone bekas lalu bermasalah, ya ambil Android baru aja keluaran terkini. Ada kok modelan begitu.  Dan WAJAR saja kalau perangkat iPhone itu jauh lebih baik dari Android kebanyakan. Karena secara Teknologi, iPhone bisa dikatakan terdepan, meski gak terdepan-terdepan amat. Mengingat infonya secara UI, sekarang dah mulai meniru Android. Apalagi dari sisi harga. Mbuh lah. Ma

Pengertian Asuransi Full Cover: Melindungi Kesehatan dan Keuangan Anda

Dalam dunia asuransi, istilah “full cover” sering kali menjadi incaran banyak orang karena memberikan perlindungan yang komprehensif dan tanpa kekhawatiran besar terkait biaya medis. Asuransi kesehatan full cover adalah jenis asuransi yang menawarkan cakupan perlindungan yang luas, mencakup hampir semua biaya perawatan kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai pengertian asuransi kesehatan full cover, termasuk manfaatnya, jenis-jenis layanan yang dicakup, serta pentingnya asuransi kesehatan rawat jalan dan asuransi kesehatan full cover dalam perencanaan keuangan keluarga. Apa Itu Asuransi Kesehatan Full Cover? Asuransi kesehatan full cover adalah jenis asuransi yang memberikan perlindungan menyeluruh terhadap berbagai biaya medis yang mungkin timbul, mulai dari pemeriksaan rutin hingga perawatan intensif di rumah sakit. Dengan memiliki asuransi kesehatan full cover, Anda tidak perlu khawatir tentang biaya-biaya tak terduga yang

Melangkah Kembali

10 kali keliling lapangan puputan yang memiliki track sepanjang 700an meter ditambah jarak rumah ke lapangan bolak-balik, jadi menu jalan cepat hari minggu pagi ini, pasca melanggar banyak pantangan makan malam mingguan kemarin. Tumben gak ada lawan.  Biasanya ada saja yang menyaingi atau menyalip langkah cepat berjalan kaki. Dari putaran pertama hingga balik pulang. Jadi gak seru.  Upaya ini dilakukan untuk menjaga kadar gula tetap stabil, dan gak menimbulkan efek samping komplikasi lainnya. Berharap bisa tetap sehat dan bugar dalam menjalani keseharian, mengingat istri yang makin hari tampak makin menarik.  He-em...  Sayangnya matahari masih malu-malu bersinar terang sejak pagi tadi. Menyebabkan keringat jadi susah menetes deras sebagaimana biasanya.  Kalian sudah berolahraga pagi ini ? 

Mampir ke Rumah Tua, Penuh Kenangan Masa Kecil

Sudah lama pengen banget kesini. Ke Rumah Tua Kopi di Jalan Suli. Rumah kenangan yang kini disulap jadi tempat nongkrong bagi generasi muda dengan nuansa rumah tempo doeloe.  Dimana tembok atau dinding sebagian dibiarkan terbuka tanpa cat dan acian, menampakkan tumpukan batu bata tak beraturan. Sementara kusen jendela dibiarkan apa adanya sesuai kondisi asal, dengan model terali kuno.  Yang unik, fasade area depan masih tetap sebagaimana aslinya, hanya menambahkan pintu rolling door di sisi kiri. Seingat saya dulunya ini pintu kayu dengan krepyak yang di bisa didorong melipat.  Tempat ini memang pernah menjadi satu kenangan masa kecil saya dahulu. Tepatnya masa eSDe. Saat Ajik *sebutan bagi almarhum uWak Odantara, masih kerap main ke rumah Tainsiat sambil membawa bekal sebungkus rokok Commodore.  Pernah jadi tempat main sepulang sekolah, dimana saya berjalan kaki kemari dari SD Saraswati 1, sampai-sampai sempat disangka kena penculikan dan nyaris dilaporkan ke polisi karena hingga sore

Era nge-Warnet ngapain aja ?

Era nge-Warnet jaman dulu itu, pernah ada masa mampir ke warnet cuma buat ngopy files doang menggunakan card reader yang muat satu kartu memory, membuatnya tampak seperti flash disk jaman now. Biasanya saya membawa beberapa kartu yang memiliki kapasitas simpan berbeda. Tujuannya adalah melakukan melakukan searching files berekstensi 3gp, rm, mp4, mp3, jpg atau jpeg. Saya yakin kalian mengetahui isinya apaan 😌 Adapun warnet yang kerap saya mampiri ada di seputaran kampus warmadewa, smpn 3, jalan nangka, atau genteng biru.  Seandainya pun warnet tersebut memiliki sistem penyimpanan files yang bisa mengakses semua perangkat dari satu pc, itu artinya saya harus melakukan aktifitas copy paste lebih lama, atau nanti balik lagi saat semua files yang tadinya sudah dicopy ke memory card, saya simpan ke pc di rumah yang kebetulan ditanamkan hard disk slave -tambahan- khusus untuk menampung semua hasil kopian.  Jarang banget saya melakukan selancar ke dunia maya saat berada di warnet, karena jam

BlackBerry, Pernah Dengar ?

Nama BlackBerry di jamannya sudah dapat dipastikan menjadi jaminan mutu akan tingkat popularitas dan kecerdasan seseorang dimata lingkungan dan teman-temannya. Tapi tidak termasuk saya.  Selepas menikmati masa jaya Nokia di era ponsel pintar Symbian dan juga PDA phone berbasis Windows Mobile jaman itu, saya memilih untuk langsung loncat ke ponsel Android gegara racun dari sejumlah majalah. Pilihan ini infonya sempat digunjingkan dalam sebuah forum BlackBerry Messenger Grup beranggotakan sejumlah besar kawan masa sekolahan putih abu, yang merasa aneh dengan pengakuan kawan pada saya yang katanya kenal teknologi, tapi kok tidak menggunakan ponsel BlackBerry ? Alasan sederhananya memang karena tidak menyukai teknologinya yang masih amat terbatas jika dibandingkan jenis ponsel sebelumnya di masa yang sama.  Masih ingat dengan ponsel yang harus diRestart ketika perangkat BB kalian sudah mulai lelet akibat kehabisan memory ? Atau tombol gulir yang harus dibersihkan secara berkala agar tidak

PDA Phone, Pernah Dengar ?

Jauh sebelum era Android dan iOS berjaya, saya cukup lama menggunakan perangkat PDA phone berbasis Windows Mobile aka PocketPC atas alasan layar sentuh dan mampu melakukan banyak hal untuk ukuran sebuah ponsel jaman itu. Dari mendengarkan musik, menonton video pendek, menyimpan sejumlah catatan penting, bermain games, mengambil foto, atau membuka beberapa dokumen berbasis doc, xls ataupun pdf. Pun menjelajah dunia maya, meski jaringan internet di jaman itu masih 2G. Selain bentukannya yang tidak biasa laiknya ponsel popular masa itu, yang mana masih dipenuhi oleh perangkat Nokia, Sony Ericsson ataupun Siemens, harga belinya pun bisa dikatakan tergolong mahal untuk ukuran sebuah ponsel. Lantaran fungsi utama yang sebenarnya adalah untuk digunakan sebagai alat bantu kerja para profesional muda. Aksesnya yang serupa dengan moda pengaturan dan penggunaan pc atau laptop berbasis Windows, membuat saya tergila-gila mempelajarinya lebih jauh. Baik untuk melakukan sync file dan kontak yang

Hari Sial (lagi-lagi) gak ada di Kalender

Jengkel bercampur Galau, langsung dirasakan pasca mendengar suara pedagang di sisi kiri jalan sesaat setelah kendaraan ditabrak dari sisi samping, lalu memutuskan menepi dan turun melihat langsung. Sial... Pengeluaran lagi. Insiden kecil yang terjadi di hari Minggu siang 19 Mei kemarin cukup membuat saya overthinking selama beberapa jam setelahnya, lantaran kesal mengapa harus mengalami lagi kejadian yang harus menghabiskan tabungan dan tehaer tempo hari.  Dari urusan fengshui ruangan lantai atas yang memiliki pintu tembus searah, posisi tempat tidur yang katanya mengakibatkan banyak pengeluaran, hingga ke masukan tetangga yang memilih untuk ngeGrab saja ketimbang memiliki kendaraan. Semua terbayang dalam benak dalam perjalanan.  Gak nyaman banget endingnya...

Meninggalkan Samsung Health

Memberi harapan yang sama pada Perangkat Baru milik Samsung agar memiliki kemampuan yang sama dengan perangkat sebelumnya, rasanya percuma saja. Mengingat segala pencatatan kesehatan yang selama ini saya banggakan termasuk aplikasi Samsung Health nyatanya tidak mampu berfungsi maksimal sebagaimana terdahulu. Katakan saja Samsung Galaxy Fit 3 yang ternyata tidak mampu mencatatkan pencapaian langkah saat tidak tersambung dengan perangkat ponselnya. Karena begitu terhubung dan melakukan sync pencapaian langkah, yang diakui adalah pencatatan pada perangkat ponsel. Yang notabene ponsel tidak ikut serta bergerak saat pengguna melakukan aktifitas misalkan pada treadmill. Sangat mengecewakan. Ini berbeda dengan wearable Samsung Galaxy Gear S3 yang saya miliki terdahulu. Gak rekomend banget perangkat satu ini. Begitu juga dengan ponsel berjaringan 5G yang saya ambil bulan lalu ini. Rupanya tidak mampu berfungsi untuk mengukur jarak aktifitas, maupun jumlah langkah berdasarkan pergerakan. Panjan

Pernikahan itu Cuma Butuh Sedikit Cinta, Sisanya...

Saat menyampaikan keinginan untuk menikah tahun 2005 terdahulu, di pikiran cuma ada satu alasan mengapa saya memutuskan memilih @alit sebagai pendamping hidup, meski belum paham isi dunia pasca pernikahan seperti apa.  Tanpa melalui proses MBA Married by Accident yang memang saat itu menjadi Trend bahkan hingga hari ini.  Tipe yang nyaman saat diajak ngobrol tentang banyak hal. Meskipun ada banyak sekali perbedaan pemahaman diantara kami, bahkan sampai 17 tahun usia pernikahan.  Pertemuan kami masuk golong GPL, gak pake lama. Tepatnya gak sampe setahun, memutuskan menikah dan jalan bareng.  Meski ada banyak konflik yang terjadi di sepanjang waktu, tapi yang namanya komunikasi tetap berjalan walaupun sesekali bolong-bolong.  Bisa jadi karena kami berdua sama-sama anak bungsu, yang paling rame dan heboh kalo sudah ngumpul berdua.  Pernikahan itu cuma butuh sedikit Cinta, yang harus dijaga sepanjang masa. Godaan pasti ada. Tapi selama komunikasi, kompromi, toleransi dan kerjasama masih te

Masa Putih Abu Masa Remaja Minderan

Masih terngiang di telinga saya akan penyampaian dari seorang kawan masa sekolahan, yang mengatakan ketidakpercayaannya pada sosok yang ia temui saat itu, berbeda jauh dengan orang yang ia kenal dulu jaman putih abu. Kawan ini saya temui di tempat kerjanya di jalan Ahmad Yani tahun 2010 silam, membawakan undangan, beberapa minggu sebelum Reuni SMA dilaksanakan. "Kamu tuh kalo jalan, gak pernah liatin teman. Kalo gak liat langit, pasti liat tanah..." Se-minderan gitu memang saya jaman sekolahan dulu. Gak pernah berani menatap mata kawan, meski saat diajak bicara. Alasan yang sederhana, tapi sepertinya dibuat pelik lantaran pemikiran juga gak searah dengan usia. Hanya karena dulu itu gak bisa se-gaul *meski dalam tahap standar minimum- kawan sekolah. Gak punya motor, jadi kelas 1 SMA itu masih di-antar jemput bapak, atau nebeng dengan teman sekolahan. Kelas 2 memutuskan naik sepeda balap dari Tainsiat ke sekolahan di Lapangan Pica Sanur. Baru kelas 3 bisa memontoran, dan it