Skip to main content

Menulis lewat Ponsel ? Kenapa Tidak ?

Tulisan berikut adalah tulisan aseli dari ‘Menulis lewat Ponsel? Kenapa Tidak ?‘ yang diterbitkan melalui halaman BaleBengong pada tanggal 7 Oktober 2016 lalu yang ternyata belum pernah saya publikasikan tulisannya di halaman ini.
Mau tau perbedaan editing kalimatnya ?
Yuk, disimak…

***

Kemana mana, tas selempang berkulit imitasi warna coklat tua selalu setia menemani. Isinya selain ponsel Nokia, ada polpen, permen, kacamata hitam, kamera digital juga sebuah modem pipih berwarna putih. Semua yang disebut tadi bisa dikatakan opsional, karena tak akan lengkap jika belum membawa serta laptop mini berukuran sepuluh inchi, yang siap digunakan untuk menumpahkan segala pemikiran yang terlintas selama perjalanan apapun tujuannya.
Tapi itu semua hanyalah sebuah masa lalu.
Satu hal yang pernah saya lakoni meski saat menonton tarian erotis di Stadium sekalipun.

Kini semua hal sudah terasa berbeda.
Menyandang tas selempang rasanya sudah gak jaman.
Selain memberatkan, juga akan mengurangi kerennya penampilan. Setidaknya itu kata seorang kawan yang setuju dengan pendapat saya.
Lalu ketika semua berubah, apakah yang namanya ide ataupun pemikiran yang terlintas dan memerlukan pencatatan secepatnya menjadi hilang seiring teronggoknya tas selempang di pojokan kamar ?
Sebagai seorang blogger, yang selalu berupaya tetap menulis apapun kondisi yang dilakoni, meski tak lagi menjadi kontributor aktif halaman Bale Bengong, rasanya haram untuk mengiyakan pertanyaan itu.

Makin keranjingan malah.
Lha kok bisa ?

Ya karena semua perangkat diatas, sudah bisa tergantikan oleh keberadaan sebuah ponsel pintar masa kini.
Dimana manfaat yang didapat rasa-rasanya sudah mampu mencakup itu semua.

Dari pengetikan draft tulisan, saya bisa memanfaatkan aplikasi Evernote, semacam penyimpan catatan yang sudah dilengkapi beragam fitur standar yang biasanya dijumpai pada aplikasi pengolah kata di perangkat laptop.
Begitupun ilustrasi. Dari pengambilan gambar, crop sesuai keinginan, hingga editing pencahayaan, semua bisa dilakukan dengan mudah. Manfaatkan saja akun Instagram yang kalian miliki.
Termasuk soal Update dan Publikasi tulisan. Bisa memanfaatkan browser bawaan atau aplikasi khusus lainnya yang bisa diunduh secara gratis dari pasar aplikasi.
Jikapun membutuhkan pengubahan resolusi gambar ilustrasi agar tak memberatkan tulisan saat dibaca, ada beragam pilihan yang bisa dicoba untuk me-resize ukuran pixel yang pas.

Kurang apa lagi coba ?

Beralihnya kebiasaan menulis dari memanfaatkan perangkat laptop, koneksi internet melalui modem eksternal dan kamera untuk pengambilan gambar, ke sebuah ponsel pintar masa kini, memberikan efisiensi yang sangat besar terutama bagi mereka yang melakoni sebagian hidupnya untuk berbagi cerita. Dari segi budget hingga mobilitas.
Meski tak semua bisa merasakan manfaat, khususnya mereka yang bergerak di bidang fotografi dan video blog yang belakangan lagi nge-Trend.
Tapi setidaknya ini sudah merupakan kemajuan.
Apalagi bagi kalian, kontributor aktif halaman Bale Bengong, penggiat Citizen Jurnalism yang saya banggakan, memiliki pekerjaan yang sangat amat jarang memberikan kesempatan duduk di balik meja kerja, atau berada pada suasana atau situasi yang ndak memungkinkan membuka laptop, seperti saat menonton tarian erotis.
Siapa tahu…

Yang tersisa dari semua itu hanyalah sebuah pembiasaan.
Bagaimana cara untuk membiasakan diri mahir mengetikkan tombol thumbboard pada sisi bawah layar ponsel dalam waktu yang cepat, seiring tumpahnya isi pikiran kedalam sebuah catatan kecil, melakukan edit kalimat, membacanya berulang kali hingga merasa yakin bahwa semua siap dipublikasi, atau membolak balikkan halaman dari satu aplikasi ke aplikasi lain pun halaman browser dan sebaliknya, saya yakin kalian akan mampu melakukan seiring berjalannya waktu.
Sama halnya dengan pengulangan aktifitas menulis sejauh ini.

Maka itu, Menulis lewat Ponsel ? ya Kenapa Tidak ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian