Skip to main content

Menulis lewat Ponsel ? Kenapa Tidak ?

Menulis lewat telepon seluler kini begitu mudah

Tas selempang kulit imitasi coklat tua selalu setia menemani. Isinya selain ponsel Nokia, ada polpen, permen, kacamata hitam, kamera digital juga sebuah modem pipih berwarna putih.
Semua yang disebut tadi bisa dikatakan opsional. Sebab, tak akan lengkap jika belum membawa serta laptop mini berukuran sepuluh inchi. Laptop yang siap digunakan untuk menumpahkan segala pemikiran terlintas selama perjalanan apapun tujuannya.

Tapi itu semua hanyalah sebuah masa lalu.
Satu hal yang pernah saya lakoni meski saat menonton tarian erotis di Stadium sekalipun.
Kini semua hal sudah terasa berbeda. Menyandang tas selempang rasanya sudah tak zaman. Selain memberatkan, juga akan mengurangi kerennya penampilan. Setidaknya itu kata seorang kawan yang setuju dengan pendapat saya.

Lalu ketika semua berubah, apakah ide ataupun pemikiran yang terlintas dan memerlukan pencatatan secepatnya menjadi hilang seiring teronggoknya tas selempang di pojokan kamar?
Sebagai seorang blogger, yang selalu berupaya tetap menulis apapun kondisi yang dilakoni, meski tak lagi menjadi kontributor aktif halaman BaleBengong, rasanya haram mengiyakan pertanyaan itu. Makin keranjingan malah karena menulis lewat ponsel bisa begitu mudah.

Lha kok bisa?

Ya karena semua perangkat di atas, sudah bisa tergantikan oleh keberadaan sebuah ponsel pintar masa kini. Di mana manfaat yang didapat rasa-rasanya sudah mampu mencakup itu semua.
Dari pengetikan draf tulisan, saya bisa memanfaatkan aplikasi Evernote. Aplikasi penyimpan catatan ini dilengkapi beragam fitur standar yang biasanya dijumpai pada aplikasi pengolah kata di perangkat laptop.

Begitupun ilustrasi. Dari pengambilan gambar, crop sesuai keinginan, hingga editing pencahayaan, semua bisa dilakukan dengan mudah. Manfaatkan saja akun Instagram yang kalian miliki.
Begitu pula kalau mau memperbarui dan menerbitkan tulisan. Bisa memanfaatkan browser bawaan atau aplikasi khusus lainnya yang bisa diunduh secara gratis dari pasar aplikasi.
Jikapun membutuhkan pengubahan resolusi gambar ilustrasi agar tak memberatkan tulisan saat dibaca, ada beragam pilihan yang bisa dicoba untuk menyesuaikan ukuran (resize) pixel yang pas.

Kurang apa lagi coba?

Efisiensi
Beralihnya kebiasaan menulis dari memanfaatkan laptop, koneksi internet melalui modem eksternal dan kamera untuk pengambilan gambar, ke sebuah ponsel pintar masa kini, memberikan efisiensi sangat besar terutama bagi mereka yang melakoni sebagian hidupnya untuk berbagi cerita.

Dari segi biaya hingga mobilitas.
Meski tak semua bisa merasakan manfaat, khususnya mereka yang bergerak di bidang fotografi dan video blog yang belakangan lagi ngetren.

Tapi setidaknya ini sudah merupakan kemajuan.
Apalagi bagi kalian, kontributor aktif halaman BaleBengong, penggiat citizen journalism yang saya banggakan, memiliki pekerjaan yang sangat amat jarang memberikan kesempatan duduk di balik meja kerja, atau berada pada suasana atau situasi yang tak memungkinkan membuka laptop, seperti saat menonton tarian erotis.

Siapa tahu…

Tantangan dari semua itu hanyalah sebuah pembiasaan. Bagaimana membiasakan diri mahir mengetikkan tombol thumbboard pada sisi bawah layar ponsel dalam waktu cepat, seiring tumpahnya isi pikiran ke dalam sebuah catatan kecil, menyunting kalimat, membacanya berulang kali hingga merasa yakin bahwa semua siap dipublikasi, atau membolak balikkan halaman dari satu aplikasi ke aplikasi lain pun halaman browser dan sebaliknya.

Tapi, saya yakin kalian akan mampu melakukan seiring berjalannya waktu. Sama halnya dengan pengulangan aktivitas menulis sejauh ini.
Maka itu, menulis lewat ponsel ? Ya, kenapa tidak ?

***

Tulisan diatas diambil dari halaman milik BaleBengong yang dipublikasi pada tanggal 7 Oktober 2016 lalu…

Comments

Popular posts from this blog

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Akhirnya Migrasi Jua, Pulang ke Kampung Blogspot

Gak terasa yang namanya aktifitas menulisi Blog sudah sampai di tahun ke 17. Termasuk ukuran blogger senior kalau kata teman, padahal kalau dilihat dari sisi kualitas tetap saja masuk kelompok junior. Belum pernah menghasilkan tulisan yang keren sejauh ini. Blog bagi saya sudah jadi semacam wadah untuk coli. Ups Maaf kalo mencomot istilah gak baik. Tapi ini seriusan, karena memang digunakan untuk melanjutkan halusinasi tanpa perlu berpikir akan ada yang berkunjung, membaca atau tidak. Setidaknya berguna untuk menjaga pikiran-pikiran negatif agar tidak menjalar keluar mengganggu orang lain, atau melepas lelah dan keluh kesah harian akan segala tekanan bathin di keluarga, kantor maupun sosial masyarakat. Jadi maklumi saja kalau isi blognya gak sesuai ekspektasi kalian. Meski sudah menulis selama 17 tahun, namun laman Blog www.pandebaik.com ini kalau ndak salah baru lahir sekitar tahun 2008. Segera setelah bermasalah dengan media mainstream yang berbarengan dengan tutupnya penyedia hos

Kendala yang ditemui saat Migrasi Blog

Keputusan untuk Migrasi alias pulang kampung ke halaman Blogspot, sebetulnya merupakan satu keputusan yang berat mengingat WordPress sudah jadi pijakan yang mapan untuk ukuran blog yang berusia 17 tahun. Tapi mengingat pemahaman dan kemampuan pribadi akan pengelolaan blog dengan hosting yang teramat minim, sekian kali ditumbangkan oleh script, malware dan lainnya, rasanya malu juga kalau terus-terusan merepotkan orang hanya untuk sebuah blog pribadi yang gak mendatangkan materi apa-apa. Ini diambil, pasca berdiskusi panjang dengan 2-3 rekan yang paham soal proses Migrasi dan apa sisi positif di balik itu semua. Namun demikian, rupanya proses Migrasi yang tempo hari saya coba lakukan dengan hati-hati, tidak semulus harapan atau keinginan yang dibayangkan. Ada beberapa kendala didalamnya yang mana memberikan efek cukup fatal dalam pengarsipan cerita atau postingan blog sebelumnya. Yuk disimak apa saja. 1. Pengurangan jumlah postingan Blog yang cukup signifikan. Postingan Blog www.p