Skip to main content

Umur Seseorang Tiada yang Tahu

Laiknya jentikan jari Thanos pada film besutan Marvel tiga tahun lalu, jutaan orang menghilang dari peradaban dan hanya menyisakan sebagian yang merasakan kehilangan orang yang dicintai begitu berat. Padahal sesaat sebelumnya masih bisa diajak berkomunikasi, bertatap mata atau melihat sosoknya dari kejauhan. Namun begitu ‘Tap’ semua yang pernah dimiliki hilang begitu saja, menyisakan pedih dan tangis serta kewajiban untuk menjalani hidup tanpa cinta.

Demikian halnya dengan penyebaran virus Covid setahun terakhir. Jutaan orang meninggal dunia tanpa bisa memberikan pesan dan rasa cinta pada orang yang dikasihinya. Lantaran Covid membuat umur seseorang hanya bisa dinikmati dalam hitungan hari kedepannya. Mau dilanjutkan atau berhenti sampai disitu saja. Tergantung pada upaya yang pernah dilakukan sebelumnya.

Jika seseorang memiliki komorbid atau penyakit penyerta saat Covid hinggap dan berkembang dalam tubuh, infonya memiliki tingkat kerentanan yang lebih tinggi daripada orang yang sebelumnya berada dalam kondisi fisik yang sehat. Meski semua dikembalikan pada imun ketahanan daya tubuh juga pikiran. Karena ternyata belum tentu jua yang memiliki komorbid selalu berakhir pada kematian. Seperti halnya atasan kami di ruangan dengan diabetesnya.

Vaksin yang disebarkan ke berbagai penjuru pun kelak akan percuma jika semua orang makin abai pada protokol kesehatan yang telah diterapkan jauh sebelumnya. Rajin mencuci tangan dan tubuh sebelum dan sesudah beraktifitas, menggunakan masker ataupun menjauhi kerumunan, nyatanya ampuh dalam upaya menghindari penyebaran virus. Hal yang makin jarang ditemui saat ini.

Orang-orang tampak tak peduli lagi dengan anjuran untuk tak membuat keramaian, karena di banyak venue kekinian, tampak penuh dan berjubel tanpa ada upaya pencegahan ataupun sidak dari aparat. Masker tak hanya mulai ditinggalkan, namun juga ditanggalkan saat orang saling berbicara. Tak ada takut-takutnya. Namun ketika makin banyak korban berjatuhan, dengan seenaknya saja langsung berkomentar dan mempertanyakan peran pemerintah.

Kalau terus-terusan begini rasanya memang beneran Thanos deh yang punya kerjaan, menghilangkan sebagian besar populasi peradaban. Meski dengan konsekuensi tak dapat dikembalikan lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Akhirnya Migrasi Jua, Pulang ke Kampung Blogspot

Gak terasa yang namanya aktifitas menulisi Blog sudah sampai di tahun ke 17. Termasuk ukuran blogger senior kalau kata teman, padahal kalau dilihat dari sisi kualitas tetap saja masuk kelompok junior. Belum pernah menghasilkan tulisan yang keren sejauh ini. Blog bagi saya sudah jadi semacam wadah untuk coli. Ups Maaf kalo mencomot istilah gak baik. Tapi ini seriusan, karena memang digunakan untuk melanjutkan halusinasi tanpa perlu berpikir akan ada yang berkunjung, membaca atau tidak. Setidaknya berguna untuk menjaga pikiran-pikiran negatif agar tidak menjalar keluar mengganggu orang lain, atau melepas lelah dan keluh kesah harian akan segala tekanan bathin di keluarga, kantor maupun sosial masyarakat. Jadi maklumi saja kalau isi blognya gak sesuai ekspektasi kalian. Meski sudah menulis selama 17 tahun, namun laman Blog www.pandebaik.com ini kalau ndak salah baru lahir sekitar tahun 2008. Segera setelah bermasalah dengan media mainstream yang berbarengan dengan tutupnya penyedia hos

Kendala yang ditemui saat Migrasi Blog

Keputusan untuk Migrasi alias pulang kampung ke halaman Blogspot, sebetulnya merupakan satu keputusan yang berat mengingat WordPress sudah jadi pijakan yang mapan untuk ukuran blog yang berusia 17 tahun. Tapi mengingat pemahaman dan kemampuan pribadi akan pengelolaan blog dengan hosting yang teramat minim, sekian kali ditumbangkan oleh script, malware dan lainnya, rasanya malu juga kalau terus-terusan merepotkan orang hanya untuk sebuah blog pribadi yang gak mendatangkan materi apa-apa. Ini diambil, pasca berdiskusi panjang dengan 2-3 rekan yang paham soal proses Migrasi dan apa sisi positif di balik itu semua. Namun demikian, rupanya proses Migrasi yang tempo hari saya coba lakukan dengan hati-hati, tidak semulus harapan atau keinginan yang dibayangkan. Ada beberapa kendala didalamnya yang mana memberikan efek cukup fatal dalam pengarsipan cerita atau postingan blog sebelumnya. Yuk disimak apa saja. 1. Pengurangan jumlah postingan Blog yang cukup signifikan. Postingan Blog www.p