Skip to main content

Ketut Bimbo Musisi Bali Idola 80an

Ada beberapa alasan mengapa sampai hari ini saya masih saja menyukai belasan lagu lama milik Ketut Bimbo, penyanyi bali tahun 80an yang kini lebih banyak menetap di daerah asalnya, Banyuatis Buleleng.
Selain memiliki lirik lagu yang sederhana dan mudah dicerna, musik pengiringnya pun mencirikan banget bagaimana laiknya lagu bali tempo doeloe.
Hal ini serupa dengan belasan karya almarhum Didi Kempot sobat Ambyar, atau sang legendaris Iwan Fals favorit saya.

Dan berhubung PakTut Ketut Bimbo hadir di jaman lagu bali begitu buduh dan jaruh *gila dan porno- dalam arti positif, kata-kata yang mengalir dalam barisan liriknya pun mencerminkan itu semua, sehingga cukup bikin nyengir saat usia saya yang kini telah mampu memahami arti satu dua kata yang dahulu bahkan tak terpikirkan maksudnya apa. Termasuk penggunaan kata-kata benda yang memang mencerminkan situasi terkini di jaman itu.

Kemarin malam saya cukup surprise melihat hasil pencarian aplikasi Spotify menyajikan tiga lagu lama Beliau, dan dua diantaranya begitu lekat dalam pikiran. Tak heran saat mendengarkannya kembali di audio mobil sepulang dari rumah mertua indah canggu, kata demi kata bisa dilafalkan dengan baik meski ada satu dua yang salah ucap.

‘Satmaka seven up, beli dadi ubad bedak… yen isinne telah, botolne puyung keglilikang… lacur bli luh…’ -Ubad Bedak

Yang lahir tahun 80an pasti tahu-lah apa itu Seven Up, sebuah minuman bersoda saingan beratnya Sprite yang kini kalau tidak salah, sudah tak lagi diproduksi atau edar di Bali.

Satu hal lagi yang membuat saya begitu menyukai lagu-lagu Beliau adalah celetukan yang dilontarkan pada tengah lagu begitu mengena, bahkan cenderung mengundang pikiran nakal ‘kleng ape’. ?

Jadi pengen main ke Maharani Record lagi nih buat minta tolong dibuatkan kompilasi lagu hits PakTut Bimbo dalam bentuk keping cd, karena ukuran jaman sekarang musik Beliau ini cukup langka untuk masih bisa ditemukan di pasaran, bahkan kelas aplikasi Spotify sekalipun.

Bersyukur di akun FaceBook yang bersangkutan, masih bisa ditemukan live-nya PakTut Bimbo menyanyikan lagu-lagu lawasnya meski dalam usia yang sudah sepuh.
Lumayan-lah bisa mengobati kangen para penggemar lagu bali era 80an.

*

Sayangnya, Musisi Bali Ketut Bimbo sudah berpulang dan dikremasi minggu lalu. Kabar ini didapat dari anak almarhum yang berkabar lewat akun FaceBook diatas.

Dumogi Amor ing Acintya…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian