Skip to main content

Banyak Bicara Nyaring Bunyinya

Saya justeru merasa kasihan sebenarnya dengan mereka yang menertawakan ‘kebenaran’ yang sedang diungkapkan dalam sebuah mimbar umum bahkan diunggah ke ranah publik, untuk sebuah pengetahuan yang sesungguhnya belum mampu dipahami dengan baik olehnya, bahkan saat jenjang pendidikan tinggi sudah direngkuh dengan susah payah.
Apalagi mereka yang menerima lalu menjadikannya sebagai suar dalam kegelapan dengan harapan bisa membimbing jalan, menghindari lubang-lubang maksiat demi sebuah tujuan bernama Surga.

Di sisi lain, saya malah merasa bersyukur bahwa kini sudah berkurang satu insan manusia yang berpotensi menjadi duri dalam daging saat memilih diam dan tak paham dalam kesendiriannya. Lebih banyak berkutat pada ilmu yang dangkal namun mengklaimnya sebagai pemahaman yang luar biasa.

Air beriak tanda tak dalam, pepatah lama rasanya masih relevan untuk disebutkan.
Sangat berlawanan dengan ilmu padi, yang makin merunduk saat makin berisi.

Akan tetapi di jaman yang serba instant akan keinginan bisa viral dalam sesaat, kedua pepatah tersebut tentu saja gak berlaku bagi sebagian orang di luar sana. Kuno kata mereka. Justru bagaimana caranya agar dapur bisa ngebul, jika tak menunjukkan ‘kualitas’ yang bisa menguncang decak kagum banyak orang, meski sebagian lainnya menertawakannya dalam diam. Bagaimana mungkin dengan merunduk, keluarga bisa makan enak dan terkenal di sosial media. Ya memang gak mungkin menerapkan kedua pepatah tersebut di sosial media masa kini.

Cuma memang miris dengan kualitas kita *aku, kamu dan kalian tentu saja- sebagai penikmat konten, penikmat cerita di dunia digital. Masih mau mempercayai apa yang diungkap dari hasil pemikiran seseorang yang mengaku mendapat pencerahan dalam kegelapan, dalam dunia yang sebenarnya ia ingkari sejak awal. Masih memuja mereka yang tampak mapan, tampak pintar di halaman sosial media meski kehidupan sebenarnya malah amburadul dalam mendidik dan menjaga dirinya sendiri saat berperilaku di dunia nyata.

Semua kembali pada diri sendiri saja sebenarnya.

Comments

Popular posts from this blog

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Akhirnya Migrasi Jua, Pulang ke Kampung Blogspot

Gak terasa yang namanya aktifitas menulisi Blog sudah sampai di tahun ke 17. Termasuk ukuran blogger senior kalau kata teman, padahal kalau dilihat dari sisi kualitas tetap saja masuk kelompok junior. Belum pernah menghasilkan tulisan yang keren sejauh ini. Blog bagi saya sudah jadi semacam wadah untuk coli. Ups Maaf kalo mencomot istilah gak baik. Tapi ini seriusan, karena memang digunakan untuk melanjutkan halusinasi tanpa perlu berpikir akan ada yang berkunjung, membaca atau tidak. Setidaknya berguna untuk menjaga pikiran-pikiran negatif agar tidak menjalar keluar mengganggu orang lain, atau melepas lelah dan keluh kesah harian akan segala tekanan bathin di keluarga, kantor maupun sosial masyarakat. Jadi maklumi saja kalau isi blognya gak sesuai ekspektasi kalian. Meski sudah menulis selama 17 tahun, namun laman Blog www.pandebaik.com ini kalau ndak salah baru lahir sekitar tahun 2008. Segera setelah bermasalah dengan media mainstream yang berbarengan dengan tutupnya penyedia hos

Kendala yang ditemui saat Migrasi Blog

Keputusan untuk Migrasi alias pulang kampung ke halaman Blogspot, sebetulnya merupakan satu keputusan yang berat mengingat WordPress sudah jadi pijakan yang mapan untuk ukuran blog yang berusia 17 tahun. Tapi mengingat pemahaman dan kemampuan pribadi akan pengelolaan blog dengan hosting yang teramat minim, sekian kali ditumbangkan oleh script, malware dan lainnya, rasanya malu juga kalau terus-terusan merepotkan orang hanya untuk sebuah blog pribadi yang gak mendatangkan materi apa-apa. Ini diambil, pasca berdiskusi panjang dengan 2-3 rekan yang paham soal proses Migrasi dan apa sisi positif di balik itu semua. Namun demikian, rupanya proses Migrasi yang tempo hari saya coba lakukan dengan hati-hati, tidak semulus harapan atau keinginan yang dibayangkan. Ada beberapa kendala didalamnya yang mana memberikan efek cukup fatal dalam pengarsipan cerita atau postingan blog sebelumnya. Yuk disimak apa saja. 1. Pengurangan jumlah postingan Blog yang cukup signifikan. Postingan Blog www.p