Skip to main content

Was Was Tingkat Dewa

Satu minggu terakhir ini rasanya agak-agak gimana gitu, pasca disharenya hasil swab almarhum pakDe Suardana per 31 Agustus 2020 tempo hari. Rada was-was mengingat sehari sebelumnya kami sekeluarga besar melakukan pertemuan di rumah duka guna membahas rencana upacara yang sedianya dilakukan kedepannya. Bayang-bayang Covid sempat membuat saya pribadi khawatir, mengingat baik saya maupun kedua orangtua yang mana tergolong lanjut usia merupakan golongan yang rentan akan penularan virus corona, termasuk yang memiliki penyakit bawaan pula.

3 September 2020 malam, istri mengeluhkan sakit di area tengkuk dan punggung dengan dugaan sementara masuk angin, sehingga sesi sebelum tidur dilewatkan dengan pijat dan gosok area punggung ke atas dibalur minyak kayu putih. Infonya tengah malam saat sakitnya belum jua terasa membaik, ia meminum obat penghilang rasa sakit Neuralgin dan baru bisa menikmati tidur malam dengan baik. Kemungkinan rasa dingin itu masuk saat kami tidur siang ditemani semilir ac inverter 29°C.

4 September 2020.
Usai berolahraga pagi di sela ‘penugasan Isolasi Mandiri yang saya lakoni dari hari Selasa yang lalu, pilek sepertinya mulai menyerang. Gara-garanya aktifitas olahraga yang saya lakukan, mengambil lokasi di balkon luar yang banyak angin dinginnya. Jadi bisa dikatakan secara perasaan sempat khawatir juga pas intip-intip baca gejala Covid terbaru di halaman pencarian Google. Apalagi Bapak yang saat kami beranjak tidur siang sempat terdengar bersin beberapa kali, namun setelah dikonfirmasi infonya beliau ini ‘simpatan’ usai makan siang.

Hmmm… benar-benar was-was tingkat dewa.

Terlepas dari itu semua, secara pribadi saya beneran gak rela jika dalam situasi begini, anak-anak, orang tua apalagi istri jadi ikut kena getahnya hanya karena kebodohan bersama yang tak mempercayai hasil positif test swab, lalu abai pada prosedur isolasi mandiri dan kewajiban menjalani test rapid ataupun swab.
Berharap Tuhan memberikan kesehatan dan penjagaan kepada kami mengingat keluarga ini adalah hal yang saya syukuri sejauh ini.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja