Pada masa-masa menanti kepastian seperti ini, ada 2 hal yang saya khawatirkan dan pikirkan dalam kepala. Saya yang positif Covid atau mereka, orang-orang kesayangan. ‘Malun ken durinan gen…’ (translate : duluan atau belakangan) kalo kata orang-orang tua.
Bagaimana tidak.
Pengalaman yang dibagikan oleh para ahli di media cetak, benar-benar bikin raga ini tak kuasa menahan beban pikiran. Mereka yang berusia lanjut dan juga memiliki penyakit bawaan adalah golongan paling rentan tertular pada kondisi seperti ini. Apalagi di saat yang sama, sebagian besar masyarakat sudah mulai abai akan anjuran pemerintah. Untuk menjaga jarak, mengenakan masker atau selalu membersihkan tangan dan badan tiap kali usai beraktifitas.
Jika saja kelak saya terpapar Covid, tak bisa membayangkan betapa repotnya keluarga yang saya tinggalkan. Baik istri yang selama ini sudah bersusah payah membantu anak-anak bersekolah online, juga beban orang tua dan tentu saja anak-anak yang kehilangan figur seorang ayah. Berjuang mengarungi kehidupan dan masa depan yang makin tak jelas. Menanti anak-anak tumbuh dewasa di tengah himpitan hutang dan biaya hidup juga pendidikan. Sendirian menjalani semuanya.
Atau saat mereka yang terpapar, benar-benar rasanya sudah kehilangan asa. Harapan untuk melihat kebahagiaan yang selama ini didambakan, sirna begitu saja dimakan waktu. Begini rasanya saat berupaya melawan virus tak terlihat oleh mata.
Mereka yang ditinggalkan, sudah sangat banyak jumlahnya. Satu persatu kawan dan para pahlawan medis pergi begitu saja. Setelah melalui perjuangan untuk bertahan hidup atau dadakan tanpa gejala. Sungguh tak rela jika keluarga ini kelak ada diantaranya.
Covid ini sungguh mengkhawatirkan.
Comments
Post a Comment