Tadi malam adalah kali pertama saya dan istri berkeliling kota mengendarai si gambot XMax sejak pertama kali memiliki di tahun 2017 silam. Menikmati suasana malam pergantian tahun dari arah Denpasar menuju Desa Munggu Kabupaten Badung, daerah perbatasan dengan Kabupaten Tabanan.
Awalnya saya berencana mengajak anak-anak untuk menikmati riuhnya kembang api di rumah mertua indah Canggu, mengingat Mirah putri sulung saya begitu menggebu meminta ikut serta, lantaran info sepihak, saudara sepupu yang biasa ia ajak rame-rame, berencana liburan ke Buleleng. Namun dengan adanya larangan perayaan Tahun Baru yang dirilis oleh Gubernur Bali bapak Wayan Koster serta pembatasan jam malam, semua rencana akhirnya buyar.
Jalanan Kota hingga pinggiran Badung saat malam Tahun Baru begini, terasa sekali perbedaannya dengan malam tahun-tahun sebelumnya. Kemacetan tiba-tiba saja menghilang sejak sore tadi. Tak ada lengking tiupan terompet, ataupun perang mesiu warna-warni di udara. Kami begitu menikmati perjalanan pergi pulang, hingga tiba di rumah sekitar pukul setengah dua belas malam.
Satu-satunya lokasi yang tampak ramai malam kemarin adalah perempatan agung area Desa Munggu dan Kota Denpasar alias Catur Muka.
Polisi dan para Pecalang tampak siaga mengawasi malam pergantian tahun, sementara di jalanan saya melihat beberapa patroli gabungan termasuk linmas, menyapa warga dan mengingatkan untuk segera menutup gerai dagangannya mengingat jam malam akan segera diberlakukan.
Semua terasa hening dan sepi.
Suasana berduka juga menyelimuti rumah kerabat dekat di Kelurahan Beng Gianyar. Bapak Pande Agus Wiyasa, founder Ubud village terkena serangan jantung pagi kemarin. Kami cukup kaget membaca kabar yang dibagikan melalui whatsapp grup dan memutuskan untuk membatalkan agenda main bareng keluarga, berganti dengan melayat ke rumah duka. Upacara mekingsan di geni pun sudah dilakukan sore harinya.
Amor ing Acintya pak Agus.
Kami mengenalnya sebagai sosok yang ramah, senang menyapa orang. Sosok kurus tinggi itu, infonya berencana berobat kembali ke Singapura, bulan Januari 2021 ini. Namun Tuhan memanggilnya lebih cepat.
Tahun 2021 disambut dengan bangun siang. Saya baru terjaga saat jarum jam menunjuk angka enam, sama sekali tak terasa hari sudah sedemikian jauh. Matahari pertama pun dilewati begitu saja.
Ada harapan agar keluarga tetap bisa terjaga, sehat tanpa tersentuh virus laknat Covid-19. Yang infonya belakangan bermutasi kembali menjadi varian lebih perkasa. Menimbulkan rasa was-was bagi siapapun yang memiliki anak dan orangtua.
Meski Vaksin katanya sudah mulai didatangkan, namun prioritas pertama diberikan kepada para nakes dan guru. Laman pedulilindungi menyampaikan hal itu dengan jelas.
Selamat menyambut Tahun Baru 2021 kawan. Semoga kali ini bisa jauh lebih baik dari sebelumnya.
Comments
Post a Comment