Skip to main content

Harapan Baru Tahun Baru 2021

Tadi malam adalah kali pertama saya dan istri berkeliling kota mengendarai si gambot XMax sejak pertama kali memiliki di tahun 2017 silam. Menikmati suasana malam pergantian tahun dari arah Denpasar menuju Desa Munggu Kabupaten Badung, daerah perbatasan dengan Kabupaten Tabanan.

Awalnya saya berencana mengajak anak-anak untuk menikmati riuhnya kembang api di rumah mertua indah Canggu, mengingat Mirah putri sulung saya begitu menggebu meminta ikut serta, lantaran info sepihak, saudara sepupu yang biasa ia ajak rame-rame, berencana liburan ke Buleleng. Namun dengan adanya larangan perayaan Tahun Baru yang dirilis oleh Gubernur Bali bapak Wayan Koster serta pembatasan jam malam, semua rencana akhirnya buyar.

Jalanan Kota hingga pinggiran Badung saat malam Tahun Baru begini, terasa sekali perbedaannya dengan malam tahun-tahun sebelumnya. Kemacetan tiba-tiba saja menghilang sejak sore tadi. Tak ada lengking tiupan terompet, ataupun perang mesiu warna-warni di udara. Kami begitu menikmati perjalanan pergi pulang, hingga tiba di rumah sekitar pukul setengah dua belas malam.

Satu-satunya lokasi yang tampak ramai malam kemarin adalah perempatan agung area Desa Munggu dan Kota Denpasar alias Catur Muka.
Polisi dan para Pecalang tampak siaga mengawasi malam pergantian tahun, sementara di jalanan saya melihat beberapa patroli gabungan termasuk linmas, menyapa warga dan mengingatkan untuk segera menutup gerai dagangannya mengingat jam malam akan segera diberlakukan.
Semua terasa hening dan sepi.

Suasana berduka juga menyelimuti rumah kerabat dekat di Kelurahan Beng Gianyar. Bapak Pande Agus Wiyasa, founder Ubud village terkena serangan jantung pagi kemarin. Kami cukup kaget membaca kabar yang dibagikan melalui whatsapp grup dan memutuskan untuk membatalkan agenda main bareng keluarga, berganti dengan melayat ke rumah duka. Upacara mekingsan di geni pun sudah dilakukan sore harinya.
Amor ing Acintya pak Agus.
Kami mengenalnya sebagai sosok yang ramah, senang menyapa orang. Sosok kurus tinggi itu, infonya berencana berobat kembali ke Singapura, bulan Januari 2021 ini. Namun Tuhan memanggilnya lebih cepat.

Tahun 2021 disambut dengan bangun siang. Saya baru terjaga saat jarum jam menunjuk angka enam, sama sekali tak terasa hari sudah sedemikian jauh. Matahari pertama pun dilewati begitu saja.

Ada harapan agar keluarga tetap bisa terjaga, sehat tanpa tersentuh virus laknat Covid-19. Yang infonya belakangan bermutasi kembali menjadi varian lebih perkasa. Menimbulkan rasa was-was bagi siapapun yang memiliki anak dan orangtua.

Meski Vaksin katanya sudah mulai didatangkan, namun prioritas pertama diberikan kepada para nakes dan guru. Laman pedulilindungi menyampaikan hal itu dengan jelas.

Selamat menyambut Tahun Baru 2021 kawan. Semoga kali ini bisa jauh lebih baik dari sebelumnya.

Comments

Popular posts from this blog

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Akhirnya Migrasi Jua, Pulang ke Kampung Blogspot

Gak terasa yang namanya aktifitas menulisi Blog sudah sampai di tahun ke 17. Termasuk ukuran blogger senior kalau kata teman, padahal kalau dilihat dari sisi kualitas tetap saja masuk kelompok junior. Belum pernah menghasilkan tulisan yang keren sejauh ini. Blog bagi saya sudah jadi semacam wadah untuk coli. Ups Maaf kalo mencomot istilah gak baik. Tapi ini seriusan, karena memang digunakan untuk melanjutkan halusinasi tanpa perlu berpikir akan ada yang berkunjung, membaca atau tidak. Setidaknya berguna untuk menjaga pikiran-pikiran negatif agar tidak menjalar keluar mengganggu orang lain, atau melepas lelah dan keluh kesah harian akan segala tekanan bathin di keluarga, kantor maupun sosial masyarakat. Jadi maklumi saja kalau isi blognya gak sesuai ekspektasi kalian. Meski sudah menulis selama 17 tahun, namun laman Blog www.pandebaik.com ini kalau ndak salah baru lahir sekitar tahun 2008. Segera setelah bermasalah dengan media mainstream yang berbarengan dengan tutupnya penyedia hos

Kendala yang ditemui saat Migrasi Blog

Keputusan untuk Migrasi alias pulang kampung ke halaman Blogspot, sebetulnya merupakan satu keputusan yang berat mengingat WordPress sudah jadi pijakan yang mapan untuk ukuran blog yang berusia 17 tahun. Tapi mengingat pemahaman dan kemampuan pribadi akan pengelolaan blog dengan hosting yang teramat minim, sekian kali ditumbangkan oleh script, malware dan lainnya, rasanya malu juga kalau terus-terusan merepotkan orang hanya untuk sebuah blog pribadi yang gak mendatangkan materi apa-apa. Ini diambil, pasca berdiskusi panjang dengan 2-3 rekan yang paham soal proses Migrasi dan apa sisi positif di balik itu semua. Namun demikian, rupanya proses Migrasi yang tempo hari saya coba lakukan dengan hati-hati, tidak semulus harapan atau keinginan yang dibayangkan. Ada beberapa kendala didalamnya yang mana memberikan efek cukup fatal dalam pengarsipan cerita atau postingan blog sebelumnya. Yuk disimak apa saja. 1. Pengurangan jumlah postingan Blog yang cukup signifikan. Postingan Blog www.p