Notifikasi sms berdenting nyaring di satu siang, sesaat setelah saya selesai mandi, usai piket WFO masa PPKM belakangan ini. Pikiran berharap banyak bahwa pesan yang datang bukanlah iklan dari provider atau penawaran pesugihan yang rajin menghampiri saban hari. Karena jujur saja, nyawa yang ada di setiap bulannya sudah cukup menguras pikiran dan perasaan.
Ternyata benar. Tunjangan bulan ke-4 sudah masuk ke rekening sebagaimana info yang disampaikan istri tempo hari.
Tunjangan bulan ke-4.
Ini bulan Juli.
Keterlambatan pemberian tunjangan yang biasanya hadir sekian hari setelah gaji masuk ke rekening, lebih disebabkan oleh ketidakjelasan pariwisata yang dua tahun terakhir ini disinyalir makin menurun tingkat kunjungannya juga pemasukan pajak sebagai pendapatan utama Kabupaten Badung, tempat dimana kami bekerja.
Bagi sebagian orang yang terlanjur berhutang dan menghabiskan gajinya sebagai cicilan bulanan, pemberian tunjangan ini tentu sangat berarti, termasuk saya yang pada tahun 2019 lalu meemutuskan untuk melakukan pinjaman dalam jumlah besar, menalangi modal yang dimiliki untuk membangun rumah.
Memang gak adil rasanya bagi sebagian orang di luar sana, saat mereka diminta untuk menutup usaha secara paksa, kami disini malah enak mendapat gaji meski sama-sama melakukan WFH sebagaimana himbauan pemerintah pusat dan daerah.
Cuma yang perlu diingat ya kontrak kerja di awal saat kita semua memilih dan memulai pekerjaan tersebut. Dimana gaji pegawai negeri sipil, secara resmi ya macam pipa berdiameter mini, ‘cenik lantang’ kalau kata orang tua. Kecil nominalnya tapi panjang masa pemberiannya. Beda dengan pendapatan swasta kebanyakan.
Maka itu bersyukur banged pada akhirnya tunjangan bulanan bisa diberikan walaupun hanya setengah dari nilai yang seharusnya. Minimal bisa memperpanjang nyawa tiga bulan sekali, mengingat tagihan dan kewajiban tetap menanti untuk dilunasi.
Comments
Post a Comment