Skip to main content

…dan kamipun terkesima Ogoh-Ogoh se-Kota Denpasar

Terjebak ditengah kemacetan lalu lintas Catur Muka lantaran ingin menyaksikan secara langsung satu persatu Ogoh-Ogoh yang mendapatkan juara per kecamatan sekota Denpasar bersama si kecil MiRah dan ibunya, membuat peluh bercucuran serta tangan mulai pegal menahan kopling dan gas. Keramaian hari ini memang lain dari biasanya.

Puluhan, ratusan bahkan ribuan kamera berusaha mengabadikan satu persatu barisan para raksasa yang terpampang ditepi jalan sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Dari kamera beragam ponsel hingga digital kamera beragam tipe lalu lalang dari satu ogoh-ogoh ke lainnya. Dari yang berjalan kaki, diatas sepeda motor hingga dari dalam mobil, penuh sesak di ruas jalan yang hanya setengahnya saja dapat digunakan.

Barisan Raksasa yang dibuat dalam kurun waktu kurang lebih sebulan sebelumnya tampak gagah dengan warna warni rupa dan keangkerannya, tergambar begitu jelas dari raut muka dan tingkah laku yang ada. Mulai dari kisah pewayangan, Mahabrata dan Ramayana hingga yang menyindir perilaku manusia seperti kegemarannya mengurik togel, dari yang bertemakan sosial dengan suntikan anti rabies hingga penokohan kartun Ipin & Upin berusaha ditampilkan oleh para Arsitek didaerahnya masing-masing.

Keluwesan hasil visual dipadu dengan ide konstruksi yang makin membuat kami terkesima, membuat keyakinan itu tumbuh bahwa benar mereka pantas menyandang gelar juara pada Lomba Ogoh-Ogoh yang diadakan oleh Pemerintah Kota Denpasar  tahun ini. Rata-rata hanya bergantung pada satu konstruksi pokok yang menalangi sekian banyak sosok diatasnya. Ada yang beruba pecut (cemeti), tongkat, tumpuan salah satu kaki, kain hingga wayang, mencerminkan betapa kokohnya pondasi dasar yang digunakan.

Memang harus diakui bahwa wajar ada pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil atau nilai penjurian yang telah dilakukan minggu sebelumnya, karena rata-rata ogoh-ogoh yang ada benar-benar mengagumkan, menakjubkan dan membanggakan. Bahwa ternyata Kota Denpasar menyimpan banyak Arsitek mumpuni dibidang seni dan terbukti mampu mewujudkannya dalam satu hasil karya apik, tidak hanya sebatas teori saja.

Menyusuri satu persatu jalanan Kota Denpasar pasca terlepas dari kemacetan yang terjadi, makin membuat kami terkagum-kagum. Entah berapa juta biaya yang telah dihabiskan untuk merancang dan mewujudkan sekian banyak ogoh-ogoh di seantero Kota Denpasar, dari yang sebesar raksasa hingga sekecil mungil buatan anak-anak, dari yang asal jadi hingga yang mencerminkan keakuratan desain dan pemikiran banyak kepala, membuat harapan kami membuncah, semoga saja setelah Lomba ini usai, tidak akan terjadi sesuatu hal yang buruk dan menodai kesucian Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1932 esok hari…

Sambil menanti perhelatan Lomba nanti malam, dari Pusat Kota Denpasar, PanDe Baik beserta Keluarga mengucapkan Selamat merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1932…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian