Skip to main content

Hari Kedua Pendidikan e-Procurement LKPP - LPSE

Ada satu hal yang selalu memenuhi kepala selama proses Pendidikan e-Procurement ini berlangsung, apakah ketika kami kembali ke daerah usai pendidikan akan mampu menerapkannya sesuai harapan ataukah hanya menjadi sesuatu hal yang mubazir seperti pendidikan atau pelatihan yang dilakukan sebelumnya ?

Memahami satu persatu makna yang terkandung dalam setiap sesi pendidikan semakin menguatkan keyakinan kami bahwa sebuah proses Pengadaan Barang dan Jasa akan mampu menekan atau meminimalkan segala tekanan atau kompromi yang selama ini selalu menghias dalam setiap langkah yang dilakukan oleh Panitia Pengadaan. Membuka peluang bagi banyak Penyedia Jasa dalam hal ini Rekanan Konsultan atau Kontraktor yang ingin bersaing atau berkompetisi secara sehat.

Memang harus diakui jika sistem ini masih tergolong baru dan belum sempurna untuk dilepas sedemikian rupa menggantikan Proses Pengadaan Barang dan Jasa sepenuhnya yang selama ini dipenuhi oleh intrik politik atau jalan tikus -meminjam istilah seorang Rekan- namun ada rasa optimisme dari sebagian besar Peserta untuk mengedepankan Transparansi Proses dan Efisiensi Biaya serta Waktu.

Selama seharian tadi cukup banyak masukan yang dapat kami kemukakan dalam rangka membantu pengembangan aplikasi nantinya, dengan memadukan pengalaman juga permasalahan-permasalahan yang kerap terjadi secara nyata maupun teknis proses operasional dari sistem aplikasi ini. Sehingga ruang kelas Pendidikan tak ubahnya suasana Gedung DPR atau Perwakilan Rakyat yang dihujani Interupsi, namun bersyukur tingkat toleransi kami masih jauh lebih baik. Hehehe…

Secara proses Pendidikan saya bersyukur bisa dipandu oleh rekan-rekan Pengajar dari LPSE-LKPP yang dengan sabar melayani banyak pertanyaan kami dan penuh konsentrasi mampu menyelesaikan satu persatu persoalan yang kami kemukakan. Sungguh, memasuki Hari Kedua dari proses  Pendidikan e-Procurement ini sama sekali tidak membuat mata mengantuk sedikitpun.

Kendati begitu, saya pribadi bersyukur juga dengan adanya koneksi Wireless yang disediakan dan dapat digunakan secara free, hingga disela penjelasan ataupun rehat, kami tetap bisa terhubung dengan dunia luar melalui beberapa portal berita ternama, terutama terkait pandangan terakhir Pansus Century hingga bentrok demonstrasi yang terjadi di dekat lokasi Pendidikan kami.

Jelang akhir proses Pendidikan hari kedua ini saya cukup dikejutkan oleh tugas yang barangkali nantinya mau tidak mau harus saya emban sepulangnya kami dari sini. Apa itu ? nanti saya ceritakan deh…

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.