Skip to main content

Pracasti Pande (Bagian 03 – Bhagawan Pandya Empu Bhumi Sakti)

BHAGAWAN PANDYA EMPU BHUMI CAKTI

Tiada dikisahkan tentang Hyang Brahma lebih lanjut, diceritakan Empu Brahmaraja telah memasuki umur dewasa, kesaktian yang dimilikinya sama dengan ayahnya, kuat melakukan tapa. Lambat laun tersiarlah diseluruh permukaan bumf tentang sakti mantranya Empu Brahmaraja, sehingga banyak orang berdatangan mohon nasehat-nasehat dan penyelesaian yadnya.

Pada masa itu tersebut Patih Madhu di Madura, atas ijin raja Majapahit yaitu Sri Hayam Wuruk, berkehendak akan membangun yadnya, misalnya pitra­-yadnya dan bhuta-yadnya. Kehendaknya ini lama tertekan karena sangat susah dan belum dapat mencari seorang pendeta yang sakti yang saktinya sama dengan Empu Logawe.

Pada suatu ketika Kryan Madhu mendengar berita bahwa digunung Hyang ada seorang Empu Sakti sedang melakukan tapa. Patih Madhu segera berangkat menuju gunung Hyang, dengan maksud mengundang Sang Empu datang ke Madura untuk menyelesaikan pitra-yadnya. Setibanya dipertapaan maka dijumpai Empu Brahmaraja sedang duduk dibalai-balai payasannya. Setelah Kryan Madhu masuk ke halaman asrama segera menyembah Sang Empu yang sedang duduk, lanjut menghadap.

Empu Brahmaraja telah mengetahui nama dan maksud seorang yang datang menghadap itu, segera berkata dengan lemah lembutnya.

“Wahai Kryan Madhu, bapa mengucapkan selamat datang kepada tuan hamba. Sangat senang hati bapa dengan kedatangan tuan hamba baru pertama ini. Apakah maksud yang terkandung hingga tuan hamba datang keasrama bapa ini, cobalah ceritakan dengan sesungguhnya kepada Bapa.”

Demikian kata Empu Brahmaraja, maka Patih Madhu menjawab dengan sejujurnya. “Ya Maha Empu, untuk permulaan kata, ijinkanlah hamba melahirkan bisikan hati hamba serta merta.

Maha Empu, maklumilah perasaan bathin hamba seakan-akan menginjak alam Brahma loka tatkala hamba memasuki halaman asrama ini serta tatkala hamba mendengar sabda suci penyapa Maha Empu. Lapar dahaga hamba serentak musnah akibat hawa suci yang menyelubungi asrama ini.

Maksud utama kedatangan hamba menghadap Maha Empu, ialah dengan hormat mengundang Maha Empu, sudi kiranya datang ke tempat hamba di Madura untuk menyelesaikan pekerjaan hamba mitra yadnya. Hanya Maha Empu berkenan dihati hamba yang dapat akan menyelesaikan arwah kawitan hamba.”

“Duh, Rakryan patih,” jawab Empu Brahmaraja, “bapa akan berkenan meluluskan permintaan anakku datang ke Madura untuk menyelesaikan kawitan anakku, karena memang sepatutnya bapa sebagai seorang Brahmana memuja kawitan anakku.”

Tiada diuraikan tentang percakapan yang lebih lanjut, diceritakan Empu Brahmaraja telah berangkat ke Madura diiringi Patih Madhu. Setibanya maka Empu Brahmaraja diberi tempat penginapan dan pelayanan yang layak dipurinya Patih Madhu.

Tiada berapa lama selangnya, maka ramailah tamu-tamu undangan dari luar Madura hendak menyaksikan pekerjaan Patih Madhu dalam Pitra yadnya. Diantara tamu itu tampak datang para ksatria dari Blambangan, Pasuruan, Sumbawa, Sunda, Palembang dan seluruh pulau Jawa, demikian pula raja Bali yaitu Ida Dalem Ketut Ngulesir dengan gelar Dalem Smara Kapakisan sangat mashyur tampan rupa dan perawakannya seakan-akan Hyang Smara menjelma ke dunia. Semua tamu-tamu takjub melihat indah rupanya. Masing-masing tamu itu telah disediakan tempat penginapan dan santapannya menurut adat raja?raja.

Pada hari perayaan pitra yadnya telah tiba, maka sekalian upacara nyadan saji-saji telap disiapkan orang, misalnya susu, minyak, madu, dupa dan air suci telah siap dalam sangku, demikian pula caru (korban) telah diselenggarakan.

Setalah tiba waktunya Empu Brahmaraja naik dibalai pemujaan lengkap dengan pakaian kependetaan, yaitu memakai Bhawa (ketu), Ganitri, bresemajut Salimpet, seakan-akan Rsi Crengga yang sedang menyelesaikan yadnya Maharaja lksawakukula dalam cerita Kanda. Sekalian para tamu serempak melihat sang Empu memuja.

Setelah selesai memuja maka Empu Brahmaraja memanggil Patih Madhu, katanya “Hai Kryan Patih Madhu, bapa telah selesai memuja kawitan anakku dengan mantram Catur Weda. Kini cobalah buktikan betapa pekerjaan anakku, berhasil baik atau tidak.”

Demikian kata Empu Brahmaraja, maka Patih Madhu menjawab dengan segera, “Ya Maha Empu, betapa cara hamba membuktikannya? Siapakah yang patut hamba tanya ?”

“Anakku Patih Madhu,” jawab Empu Brahmaraja “sekalian yang ada dihadapan bapa ini boleh ditanyai.”

Demikian didengar kata sang demikian Empu demikian maka Patih Madhu lalu berdiri, bertanya kepada layang-layang, katanya  “Hai kamu Layang-layang, apakah pekerjaanku ini berhasil baik?”

Seluruh Layang-layang, menjawab dengan serentak, “Ya Gusti dan sekalian Kawitan I Gusti mendapat tempat yang layak disorga.”

Selanjutnya batu ditanya oleh Patih Madhu, batu itupun menjawab demikian. Pohon kayu ditanyainya, pohon itu mengatakan kerjanya berhasil baik.

Patih Madhu sangat gembira hatinya mendengar kawitannya semua menemukan sorga. Para tamu sangat takjub menyaksikan kebesaran jiwa Empu Brahmaraja itu dan semuanya memuji kesaktiannya. Semenjak itu sang Empu digelari Bhagawan Pandya Empu Bumi Cakti, karena Sakti mantramnya.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian