Skip to main content

Mencicipi BlackBerry OSv7 lewat 9850 Monaco

Ramping, Gegas dan Dinamis. Tiga kata yang paling tepat menurut perkiraan saya ketika melihat perangkat BlackBerry 9850 Monaco yang murni mengandalkan layar sentuh layaknya seri Storm terdahulu.

Menjadi salah satu dari lima seri terkini yang dirilis vendor BlackBerry, pengguna 9850 Monaco tampaknya sudah bisa berbangga dengan disematkannya OS terkini versi 7 yang membawa banyak perubahan baik pada penampilan yang lebih dinamis dan juga dukungan perangkat yang mumpuni. Kabarnya OS ini tidak akan dikembangkan untuk mendukung rilis ponsel BlackBerry seri sebelumnya.

Dibandingkan seri Storm yang mengandalkan layar sentuh secara murni, secara tampilan awal Monaco tampak jauh lebih ramping dan enak digenggam disatu tangan. Bisa jadi lantaran pengaruh resolusi layar yang kini sudah jauh lebih besar 480×800 pixel dengan dimensi 3,7”. Rampingnya perangkat ini mengingatkan saya pada ponsel-ponsel Android berlayar lebar rilisan HTC dan Samsung.

Selain mengandalkan layar sentuh sebagai media input dan interaksi utama, Monaco kini membekali sedikitnya lima tombol tambahan (panggil, menu, home, back dan pemutus panggilan sekaligus power) yang tak lagi disentuh untuk mengaktifkannya seperti seri sebelumnya. Disamping itu terdapat pula tombol volume dan Convenience Key disisi samping.

Berbekal prosesor berkecepatan tinggi 1,2 GHz SnapDragon, kali ini BlackBerry tampaknya tak lagi ingin dicap sebagai ponsel pintar yang lemot saat berinteraksi dan beraktifitas. Didukung pula dengan 4 GB Storage dan 768 MB memory RAM, saya pikir sudah lebih dari cukup untuk bisa menjajalnya lebih jauh.

Gegasnya proses aktivasi menu dan aplikasi yang dicoba, membuat saya sedikit kagum setelah dikecewakan sebelumnya lewat Torch 9800 tempo hari. Beberapa proses interaksi layar yang dulu begitu lambat apabila disandingkan dengan perangkat Android, kini sudah tak lagi ditemukan. Semua berjalan dengan lantjar djaja.

Sejak awal, Perangkat telekomunikasi BlackBerry sudah memiliki segmen pasar tersendiri. Bussiness class. Itu sebabnya baik secara fitur dan penampilan menu bisa dikatakan sangat super serius bahkan terkesan kaku dan monoton. Namun semua itu pelan tapi pasti meluntur seiring dinamisnya tampilan Menu yang disajikan BlackBerry OS versi  7 sehingga saya pribadi hampir terbiasa dengan warna warni icon yang serupa dengan perangkat Android ataupun iPhone.

Menariknya, teknologi surepress yang dahulu begitu dibanggakan vendor saat pengguna melakukan pengetikan pada layar, kini sudah tak lagi diteruskan. Itu sebabnya saat berinteraksi lebih lama dengan perangkat BlackBerry 9850 Monaco tak lagi memerlukan banyak penyesuaian dan tentu saja tekanan.

Klaim bahwa browser yang kini hadir dengan kecepatan akses yang lebih baik tampaknya memang bisa dibenarkan. Dari beberapa kali percobaan dengan perangkat Android Samsung Galaxy Ace, Monaco hanya terpaut sedikit lebih lama dalam menampilkan beberapa halaman web seperti Google, Facebook, Twitter dan tentu saja www.pandebaik.com :p Ini tentu jauh lebih baik ketimbang perangkat BlackBerry sebelumnya, seperty seri Onyx ataupun Torch.

BlackBerry 9850 Monaco datang dengan dua jaringan. GSM dan CDMA. Itu artinya pengguna diberikan kebebasan untuk memanfaatkan salah satunya sebagai media komunikasi utama. Sayangnya, di Indonesia untuk jaringan CDMA masih didominasi oleh Smart sebagai satu-satunya operator yang paling siap dengan layanan RIM.

Sayangnya lagi, NFC (Near Field Communication) yang tempo hari sempat dibanggakan oleh pihak BlackBerry sebagai satu alternatif terkini transaksi ataupun pertukaran data dengan hanya mendekatkan antar perangkat, tak bisa dinikmati pada seri 9850 Monaco ini. Entah apa alasannya.

Meski bertenaga besar dan menggunakan OS versi terkini, tampaknya Blackberry masih enggan melakukan peningkatan kapasitas daya batere. Dengan mengandalkan teknologi layar sentuh secara murni plus jaringan HSDPA, saya pikir daya sebesar 1230 mAh bakalan kurang memuaskan para penggunanya. Perlu dua tiga kali charge untuk bisa menggunakannya secara optimal dalam satu hari waktu.

Mahalnya harga BlackBerry 9850 Monaco yang musti ditebuskan (5,3 Juta) juga menjadi salah satu penghalang untuk bisa bersaing dikelasnya. Apalagi tidak ada fitur atau kemampuan baru yang ditawarkan bagi para penggunanya selain BBM dan push Email.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian