Skip to main content

Pracasti Pande (Bagian 02 – Kisah Brahma Pande)

KISAH BRAHMA PANDE

Pada zaman purbakala (Asitkala), dimana alam mulai teratur kembali (Swastika) setelah melalui zaman kiamat (Sanghara kalpa) maka Tuhan sang pencipta alam ini (Hyang Parama Brahma) berkehendak akan menciptakan isi alam ini dengan jalan mengadakan dhat purusa dan pradana, yang terkenal diantara Panca Purusa bersama pradhanarja yaitu Iswara, Brahma, Mahadewa, Wisnu dan Siwa.

Tidak diceritakan dengan panjang lebar tentang tugas dan perkembangan ciptaan Panca Purusa itu masing-masing untuk mengisi alam ini dengan tumbuh-tumbuhan dan semua mahluk  (Sthawara Janggama) demikian pula silsilah turunannya masing-masing, yang penting diceritakan disini adalah riwayat turunan Hyang Brahma yang berhubungan dengan kisah Brahma Pande.

Pada  zaman Daha, pada kerajaan Singasari di Jawa Timur tersebut ada lima orang bersaudara  yang Iangsung keturunan Bhatara Brahma merupakan pendeta (Brahmana) yang sangat setia kepada tapa. Yang sulung bernama Empu Agnijaya, adik-adiknya masing-masing bernama Empu Witadharma, Empu Kapakisan, Empu Bang Sidimaantra dan Empu Kulputih.  Empu Witadharma berputrakan Empu Wiradharma, yang kemudian berputrakan dua orang, Empu Ketek dan Empu Lalumbang berasrama di Tumapel yang bergelar Empu Gandring.

EMPU BRAHMARAJA

Diceritakan Bhatara Brahma tepekur dipuncak gunung cilasayana bermaksud akan mengembangkan turunan diseluruh permukaan bumi, diantaranya supaya ada yang bertugas membuat perhiasan pakaian para Bhatara dan manusia kelak. Pada suatu hari tatkala Bhatara Brahma sedang dalam tepekur melakukan Tapa mantera memuja Tuhan Maha Esa dengan jalan Brata, Yoga, Samadhi,  tiba-tiba keluarlah api dari paha kanannya dengan nyala yang berkobar-­kobar, seakan-akan Hyang Agni turun menjelma di dunia, lalu terjatuh di tengah telaga Nodja. Tetapi setelah nyala api itu padam, maka Inti hakekat api itu berubah menjadi zat air tirta yang seakan-akan air Gangga, Saraswati, Yamuna dan Narwada. Demikianlah perubahan api itu.

Air tirta itu lalu dipuja oleh Bhatara maka keluarlah seorang anak bayi dari dalamnya dengan wajah durja dan bentuk perawakannya laksana Hyang Sanatkumara menjelma ke dunia ini. Anak bayi itu muncul dari dalam pusaran air tirta sambil menangis, karena jiwanya merasakan bahwa lahirnva kedunia itu tidak melalui saluran biasa, yaitu tidak tidak mempunyai orang tua yang mengasuhnya semasa umur bayi.

Dengan tiba-tiba terlihat suatu api (teja) yang amat terang cahayanya diatas suatu kedudukan padmasana bagaikan manik melayang-layang. Jiwa anak itu berkata “Pekulun Tuhan yang menjiwai semesta alam ini dan yang berbadan sukma gaib, hambamu mohon belas kasihan Tuhan untuk memberi petunjuk­ siapakah sebenarnya kedua orang tua hamba sehingga lahir seperti ini ? ya Tuhan, tunjukkanlah hambamu yang lemah ini”

“Hai anakku” jawab Bhatara Brahma “aku ini adalah Prajapati (sebutan  Brahma yang berarti raja alam) yang menjadi bapamu”

Sementara itu jiwa anak bayi itu mulai dapat mengeluarkan kata-katanya melalui mulut badan jasmaninya, seraya menyembah katanya, “Sembahku terhadap paduka Sang Hyang Pitamaka (sebutan Brahma yangberarti bapa atau kawitan seluruh alam). Siapakah yang patut memberi anugerah pemellhara, sementara hamba berbadan bayi, yang terutama memberi didikan dan bimbingan tentang hakekat kebenaran hidup sebagai seorang manusia, sebab banyak penjelmaan atma yang menjadi berbagai golongan makhluk di dunia ini ?”

“Benar katamu wahai anakku” jawab Brahma. “Dari alam niskala bagi kamu anakku, pemelihara manusia biasa, tidak perlu bertapa lebih dahulu, aku akan menganugerahi engkau sebagian kesaktianku. Dengan demikian tidak perlu lagi pertolongan orang lain. Sejak saat ini aku beri nama engkau Empu Brahmaradja.”

Demikianlah sabda Hyang Brahma, maka anak bayi itu tampaknya kian besar dan kuat, dapat dengan sendirinya berenang pergi ketepi telaga, kemudian berkata pula, “Ya Tuhan, bagaimana hambamu akan melakukan karya tangan yang dapat mernberikan upah jiwa atau sandang pangan bagi hambamu, karena belum berpengalanian hidup sebagai manusia. Kewajiban apa yang patut hambamu kerjakan yang dapat merupakan sumbangan jasa kepada dunla.”

Jawab Bhatara Brahma, “Anakku, kamu Empu Brahmaradja, baiklah, kini aku memberikan kepadamu suatu pekerjaan yang patut menjadi kewajibanmu dan dapat pula kamu menyumbangkan jasa baikmu kepada dunia, tetapi harus didasari dengan, kejujuran dan hati yang tulus. Pekerjaan dan kewajibanmu aku namai, Dwi Labha, yaitu Angandring dan Amande Galuh.”

ANGANDRING DAN AMANDE GALUH

Yang dinamai Angandring ialah pekerjaan membuat segala senjata yang tajam. Yang disebut Amande Galuh adalah suatu kewajiban membuat sampingan yaitu segala pakaian dan perhiasan orang yang menjadi wiku (pendeta) dan kesatria Abhiseka Ratu.

Nasehatku yang penting bila engkau telah memulai pekerjaan itu didunia, janganlah lupa atau melepaskan ajaran Dharmakriya dari batinmu. Dharmakriya artinya segala pekerjaan dalam Dwi Labha itu, patut dikerjakan sampai selesai dan beres, berdasarkan hati setia, jujur dan tenang, semua itu disebut “Catur Dharmakriya”

Suatu contoh yang pernah terjadi, seorang anak dari Empu Pananda bernama Empu Lalumbang, ia bekerja Angandring, tetapi tidak berpegangan teguh kepada Catur Dharmakriya. la diminta membuat keris oleh Ken Arok, tidak diselesaikan keris itu pada hari yang telah dijanjikan, sehingga akhirnya ia ditikam dengan keris yang belum sempurna selesainya itu. Sebab itu engkau harus berpegang teguh pada Catur Dharmakriya itu. Demikianlah Dharma orang memegang pekerjaan Aji kepandaian. Itulah nasehat Hyang Brahma kepada Empu Brahmaradja.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian