Skip to main content

Pracasti Pande (Bagian 01 – Pendahuluan)

Buku berikut secara kebetulan saya pinjam dari Jero Mangku Wija di Peraupan Peguyangan Denpasar Utara, saat dilaksanakannya Rapat Maha Semaya Warga Pande Kota Denpasar, Sabtu 15 oktober 2011 beberapa waktu lalu. Buku ini merupakan hasil salin ulang I Gede Saptha Yasa di Malang, 19 Mei 2000 dari sebuah buku dalam ejaan yang belum disempurnakan, diterbitkan oleh Pustaka Balimas 1 April 1958 dan diterjemahkan oleh I Gusti Bagus Sugriwa.

Adapun sumber utama buku ini adalah Lontar berbahasa Kawi Bali, yang aslinya diterima dari Mengwi dan disalin pada tanggal 16 Juni 1952 oleh Wayan Mendra, Pegawai Gedung Kertya. Salinan Lontar dengan nomor Va 2404 ini dipinjam oleh I Gusti Bagus Sugriwa atas permintaan beberapa Warga Pande, dari Gedong Kirtya Singaraja.

PENDAHULUAN

Om Avighnam Astu Namo Sidham

Om Svastyastu

Dari beberapa warga Pande, dengan tulus hati meminta kepada I Gusti Bagus Sugriwa, agar berusaha menterjemahkan Pracasti Pande dari lontar (kitab pustaka) yang berbahasa Kawi Bali ke bahasa Bali umum atau bahasa Indonesia, supaya dapat merupakan suluh sekedarnya untuk menerangi gelap pandangan dalam garis besar riwayat leluhurnya, istimewa bagi generasi muda yang akan datang.

Permintaan yang timbul dengan hati tulus ikhlas ini sangat berkesan dihatinya, kemudian tumbuh dengan subur gairah hasrat untuk memenuhinya berdasarkan pengertian dan harapan, semoga karenanya dapat membangkitkan ingatan kenangan dan cinta bakti kepada leluhurnya dan dapat pula mempercontoh dharma susila kawitannya dalam ajaran agama yang layak dipergunakan sebagai suatu pegangan atau pedoman dalam pergolakan hidupnya sebagai manusia susila, sesuai dengan inti hakekat, ajaran agama Hindu di Bali, disamping bersembahyang kepada Hyang Widhi Waca berbakti kepada Bhatara-Bhatari (kawitan-kawitan). Bagi mereka yang lupa dengan kawitannya tidaklah mempunya pegangan yang kuat untuk berdiri diatas tumpuan masyarakat.

Kita sebagai masyarakat khususnya masyarakat Bali merasa sangat beruntung dengan keberadaan Gedong Kertya di Singaraja yang menyediakan berbagai jenis lontar, pustaka-pustaka. Dari Gedong Kertya inilah Pracasti Pande dipinjam oleh I Gusti Bagus Sugriwa dengan nomor Va 2404 dan diterjemahkannya. Lontar aslinya diterima dari Mengwi dan disalin pada tanggal 16 Juni 1952 oleh Wayan Mendra pegawai Gedong Kertya.

Mengingat Pracasti Pande yang diterjemahkan oleh I Gusti Bagus Sugriwa tanggal 1 April 1958 diterbitkan oleh Pustaka Balimas dalam ejaan yang belum disempurnakan, maka kami mencoba menyalin kembali tanpa menyimpang dari isi aslinya. Salinan Pracasti ini bukan dimaksud untuk diperbanyak dan diperjualbelikan. Kami menyalin kembali Pracasti Pande ini tujuannya guna mempermudah memahami isi dari Pracasti Pande. Kami berharap semoga salinan yang ejaannya telah kami sempurnakan ini bermanfaat bagi semuanya khususnya Warga Pande.

Om Santih, Santih, Santih Om

Malang, 19 Mei 2000

I Gede Saptha Yasa

(disalin ulang oleh PanDe Baik)

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian