Skip to main content

Dari Yowana Paramartha menuju Pura Penataran Pande Tamblingan (1)

Tulisan berikut merupakan tulisan pertama dari dua tulisan yang versi aslinya dipublikasikan dalam bentuk Notes di sebuah jejaring sosial FaceBook oleh Yande Putrawan, seorang generasi muda Warga Pande dari Pedungan Denpasar dimana untuk sementara ini didaulat sebagai Koordinator Pembentukan Yowana Paramartha Warga Pande, sebuah wadah berkumpulnya Teruna Teruni Semeton Pande untuk bertukar informasi tentang kePandean.

* * *

Semeton Pande sareng sami, sekedar informasi tambahan berkaitan dengan eedan karya yang dilaksanakan di Pura Penataran Pande Tamblingan, walaupun pembangunannya sudah dimulai sejak tiga tahun lalu namun persiapan intensif menjelang pemelaspasan hanya dilakukan dalam kurun waktu satu bulan sebelumnya. Setidaknya demikian info yang saya dapatkan dari Drs. I Gede Made Sutama, MM atau yang akrab dipanggil Pak Dedes selaku pemimpin pembangunan Pura Penataran Pande Tamblingan ini. Dibantu oleh semeton Pande lainnya dari seluruh Bali khususnya semeton pande yang bertempat tinggal di lingkungan sekitar Danau Tamblingan (Catur Desa). Untuk sementara, Pura Penataran Pande Tamblingan dapat dikatakan sudah selesai dibangun dan selesai dipelaspas dengan upacara penyineban yang dilakukan pada hari selasa tanggal 29 Juni 2010 lalu.

Selama kurun waktu sebulan ini pula, beberapa semeton muda Pande berusaha berkumpul menyatukan visi dan misi secara bersama-sama dengan tujuan selain menjalin kebersamaan, persaudaraan juga melaksanakan ajaran yadnya sebagai tujuan akhir dari ajaran umat hindu. Walaupun tidak gampang untuk mewujudkannya, namun berkat kemajuan teknologi informasi yang sedang berkembang saat ini, kami berhasil mengadakan dua kali pertemuan atau yang istilah kerennya ‘kopi darat’. Pertemuan awal yang dilakukan di emperan Restauran Dcoz Renon hanya dihadiri oleh 5 orang saja dan meningkat pada pertemuan yang kedua sekitar tiga kali lipatnya yaitu 17 orang. Satu awal yang menggembirakan.

Meski demikian, sesungguhnya pada saat pertemuan pertama kami tidak tahu bahwa akan ada pemelaspasan Pura Penataran Pande di Tamblingan, Singaraja. Bahkan ada pembangunan pura itu saja kami tidak tahu. Baru pada pertemuan kedua yang berlangsung 2 minggu sesudahnya kami mengetahui rencana tersebut. Tentu saja momen pemelaspasan ini menjadi momen yang sangat tepat bagi kami untuk mulai bergerak, mewujudkan visi dan misi kami yaitu beryadnya. Maka mulailah kami menyusun rencana kerja pertama yaitu ngayah ke pura.

Untuk pertama kalinya saya tangkil ke Pura Penataran Pande Tamblingan bersama keluarga dan bertemu dengan Putu Adi Susanta, Mangku Pande Luhur dan Pande Pratama yang rupanya mengetahui keberadaan Yowana Paramartha melalui akses jejaring sosial Facebook. Putu Adi yang menghampiri saya dengan senyum khas dan keramahannya berjanji akan ikut dalam pertemuan Yowana selanjutnya. Lucunya pada saat ngayah saya tidak melihat yang bersangkutan memegang alat alat ngayah, melainkan kamera. Belakangan saya tahu ia bekerja sebagai seorang “photographer” tapi tidak seperti photographer sekelas Darwis Triadi, melainkan mengambil gambar foto tulang belulang orang alias foto rontgen. Namun semangatnya mengalahkan bisa dikatakan Darwis Triadi. Lihat saja di FaceBook, banyak foto asyik yang ia hasilkan, terutama foto teruni cewek” semeton pande yang cantik-cantik. Hahaha…

Sepulangnya dari pura, saya bersama semeton lain di Yowana Paramartha kembali memantapkan tekad untuk tangkil bersama ke Pura Penataran Pande Tamblingan. Pertemuan yang dihadiri sekitar 17 orang di Ulam Segara Renon menjadwalkan upaya tangkil dan ngayah bersama pada tanggal 20 Juni hari minggu pagi.

Sialnya begitu hari H, saya bangun kesiangan. Sudah begitu, sesampainya dilokasi tampak menanti bli Wayan Pande Tamanbali beserta “pasukan” dari Peliatan, menyandang peralatan lengkap, baju seragam dan siap ‘menghabiskan’ semua pekerjaan yang ada di pura, sampai-sampai kami tidak kebagian dan hanya bisa duduk terkagum-kagum memandangi mereka. Kalo diumpamakan mereka itu mirip sekelompok semut yang siap bergotong royong dan kompaknya minta ampun. Sumpah, heran saya melihatnya.

Selesai ngayah kami memperkenalkan diri pada pak Dedes. Itulah pertama kali saya kenal Beliau, mungkin teman yang lain juga begitu ?

Sambil memperlihatkan tiga buah keris yang berhasil dibuat di Prapen Pura Penataran Pande Tamblingan, pak Dedes berbincang dan berdiskusi dengan kami mengenai asal usul pura. Dengan gamblang pak Dedes menceritakan bagaimana awalnya Beliau “bertunangan” dengan pura ini. Selengkapnya mengenai catatan perjalanan pak Dedes, bisa didapat dan dibaca dari buku kecil ‘Catatan Pendakian Spiritual Dedes’ yang sudah Beliau terbitkan.

Kembali ke Yowana Paramartha, Jujur saja sedari ngayah pertama hingga kali ini kami merasa ada keterikatan bathin dengan Pura Tamblingan. Belum puas rasanya untuk tangkil dan ngayah. Maka dengan meminjam tempat di MyMart milik Pande Putu Yadnya (Pande Bali), kami kembali berdiskusi mengenai teknis tangkil berikutnya. Kali ini dengan niat tambahan, menghimpun punia. Adapun jumlah yang berhasil kami kumpulkan saat itu ‘hanya’ sebesar 850ribu dari 9 orang yang hadir. Dana tersebut kemudian bertambah sedikit setelah sebuah Pesan kami kirimkan melalui FaceBook kepada semeton lainnya.

Tidak lupa merancang sebuah banner yang berisikan ajakan kepada semeton Yowana semua untuk bergabung bersama kami, sesuai kesepakatan hasil diskusi malam tersebut. Banner kemudian di print dalam ukuran besar dan siap untuk dibawa.

Bagaimana cerita tangkil dan ngayah ini selanjutnya, baca di tulisan berikutnya ya…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja