Skip to main content

Pengalaman (mengantar) Suntik VAR pasca Gigitan Anjing

Selasa 15 Juni 2010 pukul 6 pagi, MiRah baru saja terbangun dari tidur dan seperti biasa meminta untuk diputarkan video ‘Mejangeran’. Belum usai saya memenuhi permintaannya, Bapak terlihat tergopoh-gopoh membuka pintu rumah sambil berkata ‘Pak digigit Anjing, ayo antarkan ke RS Sanglah sekarang…’

Panik ? jelas. Bagaimana tidak, rasanya baru kemarin kami membicarakan tingginya angka gigitan anjing dimana satu dua diantaranya tidak ditangani dengan baik dan pada akhirnya berujung pada kematian. Beberapa hal yang ikut melengkapi adalah ketiadaan VAR (Vaksin Anti Rabies) di beberapa Puskesmas bahkan Rumah Sakit daerah maupun keteledoran (pengetahuan) tenaga medis yang tidak tanggap dengan kondisi pasien. Saya katakan demikian karena ada beberapa kasus yang terungkap di media mengatakan bahwa sudah jelas si pasien digigit anjing beberapa hari sebelumnya namun panas badan yang menyerang pasien malah di diagnosa penyakit lain. Ironis.

Kami bergegas menuju RS Sanglah dengan harapan agar Bapak bisa segera disuntik VAR. Setelah mendaftar, kami diarahkan ke bagian Bedah di UGD/IRD dan Bapak disuntik 2 (dua) kali di lengan kanan dan kiri. Mungkin lantaran hari masih pagi, tidak banyak masalah yang kami temui saat itu. Kecuali Parkir kendaraan barangkali.

Selasa 22 Juni 2010, seminggu pasca digigit anjing, kami kembali menuju RS Sanglah untuk mendapatkan suntikan VAR yang kedua. Sesuai Surat Rujukan, kami menuju bagian Poli yang kemudian disarankan untuk mendaftar pada loket Pasien Rawat Jalan yang berada tak jauh dari situ. Setelah mendaftar kami diarahkan ke sal Ratna dimana kabarnya menjadi Pos Pengobatan bagi pasien gigitan binatang. VAR kami dapatkan dari Apotik yang berada disebelah konter Dunkin Donut’s area parkir. Bapak disuntik satu kali dan selesai. Satu-satunya masalah sekaligus aktifitas yang menghabiskan banyak waktu adalah mencari lahan parkir kendaraan roda empat yang pada akhirnya baru kami dapatkan di ruas jalan depan Fakultas Sastra Udayana.

Selasa 6 Juli 2010, tiga minggu pasca gigitan anjing, kami kembali lagi untuk mendapatkan suntikan VAR yang ketiga. Kali ini dengan harapan mendapatkan parkir kendaraan roda empat, kami datang lebih pagi dari sebelumnya. Sayang, keterbatasan tempat yang ada (parkir utama, utara UGD dan didepan kantin) rupanya harus mengecewakan sekian banyak pengendara yang berkepentingan di RS Sanglah. Saya sendiri pada akhirnya menurunkan Bapak di depan UGD/IRD dan baru mendapatkan parkir didepan lahan eks. Alfa Diponegoro. Beuh…

Setelah berjalan kaki menuju Poli dan mendaftar, agak shock juga ketika kami memasuki lorong menuju Sal Ratna. Banyak orang terlihat mengantre didepan pintu masuk dengan wajah yang tak sabar. Rupanya kali ini sebelum mengambil resep VAR, setiap pasien diwajibkan mengisi daftar tertulis (sebelumnya dilakukan saat pengambilan VAR di apotik) terkait biodata dan riwayat gigitan. Untuk masuk ke ruangan periksa pun dipanggil satu persatu. Banyaknya pasien gigitan anjing (dan kucing) rupanya merupakan akibat dari kosongnya VAR di beberapa Puskesmas setempat dan Rumah Sakit daerah seperti RS Kapal misalnya. Antrean ini saya alami pula saat mengambil VAR di apotik dan saat kembali melewati loket pendaftaran Pasien Rawat Jalan.

Satu kali suntikan VAR harus ditebus dengan biaya 32.000 rupiah dengan akses pasien melalu jalur umum tanpa menggunakan askes. Biaya ini bagi saya pribadi termasuk murah mengingat label harga yang tertera pada kemasan obat adalah lebih dari seratusan ribu. Artinya untuk masyarakat umum yang tanpa melalui askes pun kami sudah bersyukur mendapatkan subsidi dari Pemerintah. Sedangkan bagi mereka yang menggunakan askes, kalau tidak salah baca dari edaran yang ditempelkan disebelah loket pendaftaran Pasien Rawat Jalan, baik yang menggunakan askes wajib, swasta maupun JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara), pasien tidak dipungut biaya alias VAR digratiskan.

Atas berbagai kemudahan yang saya dapatkan selama proses suntik VAR, sebagai pengantar pasien (dalam hal ini orang tua sendiri) hingga kali ketiga, saya sempatkan beberapa menit sebelum pulang untuk memberikan petunjuk kepada mereka yang marah-marah dan terlihat tidak sabar saat menunggu antrean dan kebingungan dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Yah, semoga saja semua bisa berjalan dengan baik.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

PimPro, Apaan sih Itu ?

PimPro Kalian yang sudah masuk dunia kerja, utamanya yang bergerak di bidang konstruksi, saya yakin pasti pernah dengar istilah Pimpro. Baik yang berkonotasi Negatif ataupun Positif. Demikian halnya saya. Pertama kali mendengar istilah PimPro kalo ndak salah ya pas baru-baru jadi Pe eN eS. Yang saat diceritakan oleh pimpinan saat itu, apa tugas, kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh seorang Pimpro, Bagi saya pribadi sih lebih banyak Negatifnya. Ini jika dilihat dari kaca mata kebenaran. Bukan pembenaran. Image besarnya Power seorang Pimpro makin dikuatkan saat saya mengobrol ngalor ngidul bersama seorang pejabat fungsional di tingkat Provinsi saat berkesempatan menginap sekamar *bukan seranjang ya* sewaktu ditugaskan ke Indonesia Timur berkaitan dengan pemanfaatan dana ABPN dua tahun lalu. Dari ceritanya, ya memang benar bahwa seorang PimPro apalagi di era Pak Harto menjabat dulu sebagai Presiden RI ke-2, punya kekuatan besar yang begitu memanjakan hidup dan keseharian yang bersa...