Skip to main content

Renungan Minggu Pagi

Jabatan itu hanyalah sebuah titipan, dan Ia-pun siap mengambilnya kembali saat semuanya tak lagi dipandang membutuhkan.

Hadir dalam kesendirian, maka keseharian pun harus siap dalam kesendirian pula. Meski pernah hari-hari begitu ramai dan sesak, namun semua toh akan kembali sendiri lagi. Kehilangan menjadi sesuatu yang biasa, karena sayap tak akan pernah bisa kekal oleh waktu. Satu persatu pupus sesuai masanya.

Saya banyak belajar dari para senior yang pernah menghiasi hari dalam beraktifitas sebagai seorang ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung. Ada berbagai tipe orang yang saat menjabat, menunjukkan berbagai karakter unik dan memberikan kesan mendalam bagi para bawahannya. Dari yang otoriter, keras pada semua pihak namun dengan demikian ia dikenal sebagai orang yang jujur dan bersih bahkan hingga akhir hayatnya. Ada juga yang pandai memanfaatkan situasi, menggunakan semua sumber daya yang dimiliki oleh instansi dimana bertugas, untuk menjalankan kebutuhan pribadi dan keluarga, mumpung masih menjabat. Bahkan ada juga yang tidak peduli pada bawahannya sama sekali. Termasuk reward dalam bentuk terkecil sekalipun, ia menjadi pelit karena merasa kedudukan yang diraih adalah jerih payahnya sendiri. Tipe seperti ini cenderung dilupakan orang saat ia tak lagi menjabat.

Saya sendiri belum bisa menarik satu kesimpulan, masuk dalam kategori mana. Mengingat jalan menuju sebuah jabatan masih terlampau panjang dan lama. Tak pasti bahkan, mengingat ada banyak kriteria yang tak mampu saya penuhi. Saat beruntung duduk dalam kursi panas pun, saya meyakini bahwa sebagian dari rekan kerja yang diberikan kewajiban mendampingi adalah mereka yang tak suka akan kewenangan yang saya miliki, sementara sebagian lainnya adalah mereka yang merasa wajib patuh selama saya berada di posisi yang sama. Itu sebabnya sampai hari ini tak satupun staf yang ada dalam penugasan struktural, saya anggap sebagai bawahan. Tetap sebagai rekan kerja yang kelak boleh menolak apa yang saya minta.

Jabatan hanyalah sebuah titipan belaka. Satu persatu staf yang saya miliki, kini sudah mengembangkan sayap untuk mulai belajar demi karir mereka masing-masing. Karena nantinya yang bertanggungjawab akan diri mereka, bukanlah saya yang pernah duduk di kursi panas, melainkan pola pikir, cara berpendapat dan nasib atau garis tangannya sendiri.
Tinggal mereka harus memikirkan bagaimana cara untuk menyampaikan buah tangan demi mendapatkan sebuah tanda tangan.

#renunganMingguPagi

Comments

Popular posts from this blog

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Akhirnya Migrasi Jua, Pulang ke Kampung Blogspot

Gak terasa yang namanya aktifitas menulisi Blog sudah sampai di tahun ke 17. Termasuk ukuran blogger senior kalau kata teman, padahal kalau dilihat dari sisi kualitas tetap saja masuk kelompok junior. Belum pernah menghasilkan tulisan yang keren sejauh ini. Blog bagi saya sudah jadi semacam wadah untuk coli. Ups Maaf kalo mencomot istilah gak baik. Tapi ini seriusan, karena memang digunakan untuk melanjutkan halusinasi tanpa perlu berpikir akan ada yang berkunjung, membaca atau tidak. Setidaknya berguna untuk menjaga pikiran-pikiran negatif agar tidak menjalar keluar mengganggu orang lain, atau melepas lelah dan keluh kesah harian akan segala tekanan bathin di keluarga, kantor maupun sosial masyarakat. Jadi maklumi saja kalau isi blognya gak sesuai ekspektasi kalian. Meski sudah menulis selama 17 tahun, namun laman Blog www.pandebaik.com ini kalau ndak salah baru lahir sekitar tahun 2008. Segera setelah bermasalah dengan media mainstream yang berbarengan dengan tutupnya penyedia hos

Kendala yang ditemui saat Migrasi Blog

Keputusan untuk Migrasi alias pulang kampung ke halaman Blogspot, sebetulnya merupakan satu keputusan yang berat mengingat WordPress sudah jadi pijakan yang mapan untuk ukuran blog yang berusia 17 tahun. Tapi mengingat pemahaman dan kemampuan pribadi akan pengelolaan blog dengan hosting yang teramat minim, sekian kali ditumbangkan oleh script, malware dan lainnya, rasanya malu juga kalau terus-terusan merepotkan orang hanya untuk sebuah blog pribadi yang gak mendatangkan materi apa-apa. Ini diambil, pasca berdiskusi panjang dengan 2-3 rekan yang paham soal proses Migrasi dan apa sisi positif di balik itu semua. Namun demikian, rupanya proses Migrasi yang tempo hari saya coba lakukan dengan hati-hati, tidak semulus harapan atau keinginan yang dibayangkan. Ada beberapa kendala didalamnya yang mana memberikan efek cukup fatal dalam pengarsipan cerita atau postingan blog sebelumnya. Yuk disimak apa saja. 1. Pengurangan jumlah postingan Blog yang cukup signifikan. Postingan Blog www.p