Skip to main content

Gek Ara Pulang

“Mungkin memang adik Komang berniat buat nyari momen Bapak menyumbangkan darah untuknya…”
Celetuk seorang kawan begitu saya sampaikan padanya bahwa hari ini, putri ketiga saya Gek Mutiara diperbolehkan pulang oleh dokter Anak yang merawatnya.
Dengan syarat, kami bisa merawatnya dengan telaten di rumah…

Maka jam kantor pada hari Senin pagi inipun jadi terasa jauh lebih singkat dari yang seharusnya. Maklum, sekitar pukul 11an saya pamit pada semua kawan di ruangan Permukiman Dinas Cipta Karya untuk meluncur ke Rumah Sakit Sanglah guna memastikan kebenaran kabar itu sekaligus mengurus semuanya.

Sekantong Darah untuk Gek Ara

Sebenarnya saya sudah mempersiapkan diri untuk memberikan darah ini kepada si cantik Mutiara pada hari jumat lalu, namun informasinya PMI telah menyediakan darah untuk transfusi bagi putri kami yang dinyatakan mengalami penurunan HB dan Trombosit.
Dari jumlah standar yang ditentukan antara 10-13, Gek Ara menghasilkan angka 7,2. Ini menurun lagi dibanding hasil test darah yang sebelumnya. Begitupun Trombosit menurun dari 151 menjadi 137.

Namun bersyukur bahwa Gek-nya hanya membutuhkan satu kantong darah lagi untuk menjaga kemungkinan transfusi tambahan apabila stok darah O yang dimiliki PMI kosong saat diperlukan. Artinya ya cukup hanya darah Bapaknya saja yang diambil untuk putri kecil ini.
Padahal ada beberapa saudara juga kawan yang menyatakan kesiapannya untuk memberikan darah mereka jika dibutuhkan.
Jadi Terima Kasih untuk kalian yang sudah mengontak saya sebelumnya.

Sehari setelah Nyepi, tepatnya saat maturan, saya dikontak untuk menyiapkan darah yang dimaksud. Maka setelah menyelesaikan semua urusan hari tersebut, sayapun menjalani pemberian darah untuk yang ke-45 kalinya, dimana kali ini sebagai donor pengganti. Bukan Sukarela sebagaimana biasanya.

Itupun ternyata, setelah dihitung masa pasca donor darah sebelumnya, hanya berselang 72 hari saja dari standar 75 hari yang ditetapkan. Namun karena ini untuk kepentingan anak sendiri dan kondisi fisik saya siap, maka dengan memohon kepada petugas ruangan, darahpun jadi diambil saat itu.

BPJS Menanggung Semuanya

Kaget.
Kaget tentu saja.
Saat melakukan konfirmasi pembayaran Rawat Inap di Kasir BPJS, Asuransi yang kami gunakan untuk merawat Gek Ara selama dua setengah minggu di RS Sanglah, rupanya ditanggung Full oleh BPJS. Padahal total biaya yang dikeluarkan selama proses tersebut cukup banyak, kisaran 21jutaan.
Seperlima biaya yang kami habiskan dalam waktu yang sama saat adik dirawat di Puri Bunda sejak kelahirannya tempo hari.

Ealah… tahu begitu, mungkin sejak awal malah lebih baik menggunakan BPJS di RS Sanglah saja ya ? Bathin saya saat berjalan balik ke sal Cempaka dimana Gek Ara dirawat semingguan terakhir.

Tapi yah… ini semua ada hikmahnya juga kok. Diambil positifnya saja.

Lega

Sesampainya Gek Ara di rumah, saya segera mengabarkan beberapa Kawan dan Saudara yang intens menanyakan kabar putri ketiga kami ini, bahkan satu dua diantaranya sempat pula memberi Advis, mengingatkan saya pada hal-hal yang selama ini luput dari kemampuan saya dalam menyadari situasi dan kondisi semacam ini.
Maka sudah sewajarnyalah saya mengucapkan banyak Terima Kasih untuk mereka, dan juga kalian yang telah mampir di blog ini lalu berkomunikasi dan menyapa lewat akun Whatsapp maupun sms, berkeinginan untuk menengok tapi selalu saya larang mengingat ketiadaan tempat untuk menerima kehadiran kalian. Tapi apa yang tersampaikan, sudah cukup memberikan semangat dan harapan untuk tetap berusaha meskipun lelah dan nyaris putusnya asa di tengah perjuangan ini.

Menyitir kalimat #ngehek yang pernah saya baca, ‘jika kamu tak merasakan capek, maka kamu tidak sedang berjuang untuk mendapatkan hasil tersebut…’

Jadi bisa dikatakan, malam ini bolehkan jika kami sudah bisa menarik nafas lega. Meskipun bukan tidak mungkin, pola tidur si adik Gek Mutiara ini kelak akan mirip dengan kedua kakaknya yang pula menguras tenaga juga pikiran utamanya saat malam hari dimana belasan tubuh lainnya sedang beristirahat dengan nyamannya. Akan tetapi, dengan kehadirannya di rumah ini, saya jauh lebih yakin bahwa semua rasa capek itu takkan sebesar saat kami masih menjalaninya di rumah sakit manapun.

Sekali lagi, Terima Kasih. Matur Suksema semuanya untuk Dukungan dan Do’a selama satu bulan ini. Semoga kelak, Gek Mutiara putri ketiga kami bisa membalas semua amal baik kalian dengan cara yang ia yakini nanti.

Sekian dulu laporan dari kamar tidur yang bisa disampaikan sembari menunggu waktu pemberian obat dan mimiknya Gek Ara. Denpasar, Nangka 31, 10.01 PM.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja