Skip to main content

Catatan dari Tragedi AirAsia QZ8501

Mata Indonesia seakan terpaku pada satu tema seminggu terakhir ini. Berita hilangnya kontak pesawat AirAsia setelah tinggal landas dari bandar udara Surabaya dengan tujuan Singapura. Yang pada akhirnya ditemukan sudah menjadi pecahan di Selat Karimata dekat Kalimantan. Semua Berduka.

Terdapat 162 nyawa yang diperkirakan meninggal didalamnya. Beberapa memang sudah diketemukan terapung di lautan yang luas, sisanya masih dalam tahap pencarian. Air matapun tertumpah.

Presiden beserta Wakilnya tanggap menyikapi. Demikian halnya dengan Walikota Surabaya Ibu Risma bersinersi dengan semua pihak termasuk Basarnas makin meyakinkan kami akan sosok impian seorang pemimpin yang begitu didambakan.

Kisah heroik beberapa tokoh yang terlibat didalamnya pun mencuat ke publik. Hanya butuh waktu tiga hari untuk bisa menemukan satu persatu petunjuk yang diharapkan banyak orang. Tidak demikian halnya dengan Wakil Rakyat kita yang Terhormat.

Mereka seakan dibutakan oleh masa lalu. Dimana semua tokoh yang terlibat diatas dituntut agar mampu menyelesaikannya dalam waktu singkat. Tidak hanya itu, mereka juga berkehendak membentuk Panja untuk mengusut penyebab hilangnya pesawat AirAsia, tentu hanya satu dalih kacangan karena bagaimana mungkin jika pesawatnya saja belum ditemukan saat itu. Tapi sudahlah, bersyukur juga jika mereka memperlihatkan kebodohan dan kemunafikan tingkah laku yang seharusnya menjadi panutan. Kelak merekapun akan merasakan akibatnya.

Belum puas dengan Wakil Rakyat, banyak orang yang mendadak pintar menjadi pengamat. Bahkan ada juga yang mengatakan bahwa Pesawat disembunyikan Jin. What The Hell… dan Sialnya lagi, beberapa stasiun televisi begitu teganya menayangkan hal-hal yang tak sepantasnya dilihat, pula mengulik cerita dan kisah yang terlalu absurd. Maka wajar jika kemudian saya juluki mereka Kampret of the Year.

Namun seKampret Kampretnya mereka, jauh lebih Kampret lagi Kita. Ya… Kita. Aku dan Kamu…

Karena kita sudah melakukan pembiaran pada semua itu, sehingga yang namanya Wakil Rakyat, Pengamat dan Stasiun Televisi makin menjadi, sementara KPI sejauh ini hanya mampu melarang penayangan Tom and Jerry yang mengandung unsur kekerasan bagi anak-anak kita.

Syukurnya Tuhan masih mendengar keluh kesah orang orang yang merasa teraniaya, sehingga satu persatu serpihan pesawat AirAsia QZ 8501 bisa ditemukan dan menjadikannya Titik Terang atas semua harapan yang dipanjatkan setiap harinya.

Turut berduka atas semua itu Kawan

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian