Skip to main content

Ketika Tabloid Ponsel tak lagi menarik

Salah satu bacaan wajib saya sejak satu dasa warsa silam adalah tabloid ponsel. Kalo gag salah jaman itu masih ada yang namanya SmS atau NewsPonsel. Sedang kini yang mampu bertahan hanya dua saja. Pulsa dan Sinyal.

Kebiasaan saya untuk membeli dan (wajib) membaca tabloid model beginian sebenarnya bagus. Selain meningkatkan pemahaman kita akan teknologi ponsel yang semakin hari tingkat perkembangannya semakin pesat, juga kemudian menjadi bahan acuan ketika melakukan Review atau perbandingan spesifikasi bahkan menulis di salah satu media di tanah Bali. Akan tetapi faktanya gag sedikit yang mencibir kebiasaan ini dan dicap gag berguna. Kalo gag salah ingat sih oleh mantan terdahulu *ups

Ketika beberapa artikel yang ada dalam belasan tabloid dan majalah ponsel tampak menarik untuk disimpan dan dipelajari lebih jauh, saya biasanya merobek halaman demi halaman dan mem-file kannya dalam satu map tebal untuk kemudian dibaca kembali saat senggang. Yang kemudian ketika map ini semakin banyak jumlahnya, sayapun beralih mengabadikan halaman tersebut kedalam gambar kamera dan disimpan menjadi satu folder dalam pc maupun ponsel dengan memberikan penamaan secara spesifik untuk memudahkan pencarian.

Tapi entah mengapa, makin kesini kini tabloid ponsel sudah tak lagi menarik hati. Mungkin salah satu penyebabnya adalah rasa bosan yang mendera dari waktu ke waktu belakangan akan informasi yang kelihatannya itu-itu saja diberikan. Tidak ada inovasi baru macam Dark Side nya tabloid SmS yang dahulu bahkan sempat diprotes para vendor ponsel. Selain itu bisa juga lantaran secara perkembangan, kini tak lagi sepesat dan sehebat dulu perubahannya. Bisa dikatakan tergolong stagnan lantaran gag banyak inovasi dan perubahan baru yang dilakukan oleh masing-masing vendor kenamaan. Hanya permainan spesifikasi, harga dan gimmick jualannya. Ini mirip kondisi saat Nokia merajai pasar beberapa tahun silam lewat OS Symbian nya, yang kemudian dilepas dalam berbagai seri N dan E.

Hadirnya beragam varian dari vendor branded hingga lokal untuk Android series tampaknya kini sudah mulai kacangan bahkan murahan. Sehingga gag salah juga sih kalo banyak konsumen yang mulai beralih ke vendor kenamaan yang hanya merilis satu dua ponsel dalam hitungan tahun. Meski demikian, saya pribadi masih tetap setia dengan pilihan sejak awal demi mendapatkan berbagai macam kemudahan yang mendukung pekerjaan.

Balik ke topik, kini semua kebiasaan untuk membaca tabloid ponsel rasanya sudah makin jarang saya lalukan, termasuk saat menunggu turunnya ide di toilet rumah dan menanti agenda yang telah disepakati. Semua berubah dengan adanya ponsel dan layar lebarnya plus informasi online yang semakin mudah didapatkan.

Adakah yang sependapat dari kalian ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian