Skip to main content

Catatan dari Singapura

Tidak ada kendala yang berarti sebenarnya ketika Petugas Imigrasi yang dihadapi kali ini meminta saya untuk membuka kacamata hitam, lalu memicingkan mata dan meyakinkan bahwa wajah yang ia lihat memang sesuai dengan foto yang ada dalam paspor. Sempat terbersit untuk bertingkah ala mister Bean yang beraksi dengan wajah lucunya, tapi mengingat reaksi yang kemungkinan bisa didapat, sayapun mengurungkannya. Apa daya yang bermasalah bukanlah saya. He…

Pak Nyoman Murdana, salah satu peserta rombongan ditarik ke ruang Interogasi oleh petugas setelah mereka kaget saat melakukan pemeriksaan di gate pertama pasca pendaratan pesawat. Usut punya usut ternyata PakMan salah menjawab formulir Embarkasi yang diisi didalam pesawat tadi dengan pilihan ‘yes’ untuk pertanyaan ‘apakah Anda pernah dilarang masuk ke Singapura ?’ -tentu dalam bahasa Inggris- hehehe… pantesan saja jika ia digiring dan ditanyai. Syukurnya ada petugas yang bisa berbahasa Melayu, karena PakMan gag fasih berbahasa Inggris.

PanDe Baik Singapura 04

Selain kabarnya dilarang menjual permen karet di outlet outlet yang ada diseputaran Singapura, ternyata pada area wilayah tertentu terdapat juga Edaran atau Himbauan kepada para pedagang untuk tidak menjual Beer dan Minuman beralkohol lainnya kepada Konsumen, diatas jam 8 malam pada hari Sabtu dan Minggu. Rencana mentraktir staf pun batal karena usaha untuk mencari Beer di luar area wilayah tersebut pun kandas setelah diinformasikan bahwa dalam Edaran tersebut, dilarang membawa minuman beralkohol dari luar wilayah masuk ke area pada waktu yang sama. Kalau melanggar, cctv siap merekam dan mengeluarkan ‘surat cinta’nya. Ealah…

Kebiasaan Sopir Taksi tembakan yang kami pesan melalui pihak Hotel sebetulnya sudah terbaca saat ia mengatakan bahwa ‘karena kami Turis, maka kami harus membayar dobel dari tarif argo yang dikenakan. Pas mau berargumen lebih jauh dengan mengandalkan bahasa Inggris yang pas-pasan, sang sopirpun menekan satu tombol di Argo Taksi yang menunjukkan nilai dua kali lipat menjadi $ 22 untuk jasa yang ia berikan mengantarkan kami dari hotel menuju Orchard Road. Sialnya, saya lupa minta struk atau notanya. Sehingga uang sebesar $ 11 melayang seiring kepergian Mr.Lee, sopir taksi lokal yang mengaku produk original Singapura.

Menyusuri jalanan di sepanjang Orchard Road menjadi catatan terakhir yang bisa disharing, lumayan memberikan bulir keringat hingga satu setengah jam kemudian baru sampai di hotel yang kami tinggali selama berada di Singapura. Gara-garanya ya aksi tertipu tadi, dan juga keingetan cerita Tour Guide yang menyampaikan bahwa hanya butuh waktu 15 menit perjalanan untuk bisa menggapai hotel. Mungkin waktu dimaksud adalah waktu tempuh dengan kendaraan kali ya ? He…

Comments

Popular posts from this blog

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Akhirnya Migrasi Jua, Pulang ke Kampung Blogspot

Gak terasa yang namanya aktifitas menulisi Blog sudah sampai di tahun ke 17. Termasuk ukuran blogger senior kalau kata teman, padahal kalau dilihat dari sisi kualitas tetap saja masuk kelompok junior. Belum pernah menghasilkan tulisan yang keren sejauh ini. Blog bagi saya sudah jadi semacam wadah untuk coli. Ups Maaf kalo mencomot istilah gak baik. Tapi ini seriusan, karena memang digunakan untuk melanjutkan halusinasi tanpa perlu berpikir akan ada yang berkunjung, membaca atau tidak. Setidaknya berguna untuk menjaga pikiran-pikiran negatif agar tidak menjalar keluar mengganggu orang lain, atau melepas lelah dan keluh kesah harian akan segala tekanan bathin di keluarga, kantor maupun sosial masyarakat. Jadi maklumi saja kalau isi blognya gak sesuai ekspektasi kalian. Meski sudah menulis selama 17 tahun, namun laman Blog www.pandebaik.com ini kalau ndak salah baru lahir sekitar tahun 2008. Segera setelah bermasalah dengan media mainstream yang berbarengan dengan tutupnya penyedia hos

Kendala yang ditemui saat Migrasi Blog

Keputusan untuk Migrasi alias pulang kampung ke halaman Blogspot, sebetulnya merupakan satu keputusan yang berat mengingat WordPress sudah jadi pijakan yang mapan untuk ukuran blog yang berusia 17 tahun. Tapi mengingat pemahaman dan kemampuan pribadi akan pengelolaan blog dengan hosting yang teramat minim, sekian kali ditumbangkan oleh script, malware dan lainnya, rasanya malu juga kalau terus-terusan merepotkan orang hanya untuk sebuah blog pribadi yang gak mendatangkan materi apa-apa. Ini diambil, pasca berdiskusi panjang dengan 2-3 rekan yang paham soal proses Migrasi dan apa sisi positif di balik itu semua. Namun demikian, rupanya proses Migrasi yang tempo hari saya coba lakukan dengan hati-hati, tidak semulus harapan atau keinginan yang dibayangkan. Ada beberapa kendala didalamnya yang mana memberikan efek cukup fatal dalam pengarsipan cerita atau postingan blog sebelumnya. Yuk disimak apa saja. 1. Pengurangan jumlah postingan Blog yang cukup signifikan. Postingan Blog www.p