Skip to main content

Menunggu Akhir Perjalanan di Kota Batam

Matahari ternyata sudah tinggi saat kamar 289 kutinggalkan dalam kondisi berantakan. Sementara perut sudah mulai keroncongan minta diisi. Tapi aku masih saja meragu di kursi panjang lobby hotel sambil memikirkan rencana berikutnya, mengingat waktu yang tersisa masih cukup lama hingga jadwal penerbangan tiba.

Kucoba membuangnya sedikit dengan menulisi blog, tulisan tentang Kota Batam tadi. Sambil mengobrol panjang dengan Satker PIP dari Klaten Yogyakarya, yang mengisahkan betapa banyaknya mereka mendapatkan dana bantuan BLM untuk kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan tahun ini. Rp. 32 Milyar, untuk sekitaran 200an Desa di 15 Kecamatan. Buseeet dah. Malah kini merasa belum apa-apa dibanding kesibukan Beliau mengurusi itu semua. Mih… gimana capeknya yah ?

Rasa lapar makin menggila. Gag ingin kondisi menurun, aku putuskan untuk jalan-jalan sebentar di seputaran hotel, sekedar mencari tempat makan dan juga obat sakit kepala. Lumayanlah, nemu penjual soto ayam di area food court, seberang hotel. Nikmat tentu saja…

Sakit kepala mulai agak berkurang setelah aktifitas jalan-jalan (jalan kaki beneran sambil gendong tas ransel PNPM) dijalani setengah jam lamanya. Keringat mulai muncul, hal langka selama tiga hari berada di Kota Batam yang dingin. Sebutir Bodrex kutelan untuk menghilangkannya. Yah harapan kan boleh saja…

Sekembalinya ke lobby hotel, aku mulai membuang sedikit lagi waktu menunggu untuk membuat Notulen (perjalanan) Pertemuan Regional PNPM Mandiri Perkotaan, ditemani pak Jeffry, Satker dari kota Maluku yang sejak tadi asyik ber-socmed di ponselnya yang sudah mendapatkan penambahan daya di counter penitipan tas, dekat tempat duduk yang kami tempati. Kesamaan nasib membuat kami sepakat menunggui akhir perjalanan Kota Batam di lobby hotel. Sama-sama mendapat jadwal penerbangan dari Garuda Airways pukul 19.05 waktu setempat.

Usai mengirimkan Notulen pada pimpinan, kulanjutkan lagi dengan draft tulisan Jurnal terkait materi Proyek Perubahan Diklat PIM IV dan pula dikirimkan pada coach untuk mengurangi beban pikiran yang sudah menggelayut dari minggu lalu.
Dan hey… sakit kepala tadi sudah hilang rupanya. Pantas saja suasana lobby hotel jadi sedikit lebih cerah. dan gag terasa, waktupun sudah mendekati pukul lima sore. Terima Kasih ya Tuhan…

Sambil bersiap-siap untuk memesan kendaraan menuju bandara, aku sempatkan lagi mampir ke tempat penjualan oleh oleh untuk mencarikan buah tangan bagi kedua orang tuaku yang sepertinya jarang sekali kubelikan sesuatu tiap kali tugas dinas keluar kota. dan biarlah, aku gag membeli apa-apa untuk diri sendiri, terpenting ada untuk mereka yang kucintai. Rasanya sudah cukup memuaskan dengan semua pengalaman dan kisah yang kujumpai di Kota Batam ini.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian