Skip to main content

Merakit Fixie (Balap) Holic www.pandebaik.com

Berbekal gambaran awal terkait kisaran biaya yang diberikan Dika Bandot, sepupu yang sudah terbiasa merakit Sepeda Fixie, pada akhirnya keputusan untuk mengubah sosok sepeda balap yang sudah tak terpakai lagi ini makin bulat saja. Nekat menggondolnya kedalam mobil kijang jadul berdua bersama MiRah putri kami, sepeda balap tersebut sampai di tangan para pembesut Fixie Holic, hari Minggu 19 Juni lalu.

Lantaran sedikit kesibukan untuk mempersiapkan Loka Sabha Maha Semaya Warga Pande, yang dilaksanakan pada tanggal 25 Juni kemarin, membuat jadwal pembelian perlengkapan sepeda baru bisa dilaksanakan Jumat sore sebelumnya. Uang sebesar 2 Juta rupiah yang disediakan sejak awal, ludes tuntas untuk menebus beberapa kelengkapan khas sepeda Fixie. Dari sekian banyak yang dibeli, urusan kaki (ban sepeda) merupakan yang termahal dibanding lainnya.

Awalnya desain yang saya ajukan untuk dibuatbegitu sederhana dan simpel. Menggunakan dua warna netral hitam dan putih agar kelak saat dibawa kemana-mana tak lagi membebani asesoris tambahan ataupun warna kostum yang saya gunakan. Sayangnya, saat melakukan pembelian kelengkapan, ada beberapa item yang tak bisa kami temukan selaras pewarnaannya dengan ide awal. Maka jadilah ide tersebut berubah sesaat sebelum melakukan pembayaran.

Proses pembongkaran sepeda balap hingga perakitan kelengkapan sepeda Fixie rupanya hanya membutuhkan waktu 3 hari saja. Sangat cepat mengingat tak banyak permintaan ataupun perubahan yang dilakukan sejak desain warna ditentukan. Merah dan Hitam.

Warna ini saya pilih untuk lebih memberikan efek eye catching saat digunakan siang hari atau mudah dikenali mata, dan tentu membuatnya jauh lebih kekar dan mantap. Meski tak terlihat dinamis seperti konsep dasar sebuah Sepeda Fixie, sepeda yang kami rakit ini tentu saja makin membuat saya tetap pede ketika menggunakannya nanti.

Tak hanya dari segi pewarnaan saja yang melenceng, tapi juga dari segi penggunaan rem tangan yang saya putuskan untuk tetap ada, mengingat saya belum pernah menggunakan rem tipe Torpedo sebelumnya. Begitu juga terkait asesoris lain seperti lampu depan dan belakang, bel dan kelak saya rencanakan tempat minum serta dudukan bayi. Hehehe…

Ya, tampaknya MiRah putri kecil kami begitu antusias melihat sepeda Fixie rakitan Fixie Holic yang sudah bisa dibawa pula Senin malam lalu. Dengan warna dominan Merah dan Hitam, penampilan sepeda baru yang telah dilabeli stiker www.pandebaik.com di kedua garpu depan, tampak begitu cerah saat digunakan di siang hari.

Fixie (Balap) Holic Merah dan Hitam ini pun melaju dengan baiknya selasa dini hari menuju seputaran alun-alun Kota Denpasar untuk sekedar mengenang masa lalu ataupun update status di sela istirahat sejenak pojokan patung Catur Muka.

Jika kalian melihatnya nanti, jangan segan untuk menyapa yah…

 

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian