Skip to main content

Raksasa Ancam Perjuangan Masa Pandemi, Rilis Lagu ke-3 dari BliGungYudha

Impian dan semangat masyarakat mampu menjadikan kenyataan bagi sebuah kemerdekaan. Perjuangan agar lepas dari penjajahan untuk menjadi bangsa yang berdikari memang membutuhkan waktu yang lama. Sekian lama berjuang. Sekian lama tersakiti. Sekian lama berdoa. Akhirnya terkabulkan di kemudian hari.

Masyarakat menjadi saksi. Tatanan negara terbentuk dan diperkuat. Ditunjuklah orang – orang yang terpilih untuk menjadi perwakilan bangsa. Bangsa telah berdaulat. Tangan penjajah mencoba mengambil alih. Semangat kemerdekaan masih membara. Bertahanlah sang bangsa hingga diakui oleh berbagai negara lain.

Waktu berlalu. Negara berdaulat telah hidup dalam beberapa generasi. Tatanan negeri tumbuh bersama. Pembangunan untuk meningkatkan perekonomian berjalan dengan baik. Gedung bertumbuh namun tidak dengan kesejahteraan semua masyarakatnya. Kekayaan alam yang mestinya mampu menaungi dari ujung barat hingga timur masyarakatnya tidak terjadi semestinya.

Ada yang bermain. Untuk melegakan keinginan Sebagian penguasa. Peraturan di bentuk sepihak. Padahal sejak lama telah ditolak. Mengambil keputusan di kala malam. Saat kalang kabut pandemi dan sunyinya ketok palu berjarak dengan rakyat yang bertahan hidup dengan tabungan menipis dan nafas terengah. Hak dicabut. Suara tak didengarkan. Tanah pertiwi siap – siap di obrak – abrik. Atas nama pemenuhan nafsu yang tidak kunjung habis. Ialah Raksasa. Yang memiliki kuasa dan menginginkan lebih. Tidak hanya satu namun semua. Semua yang bisa diraih dan tersebar di penjuru nagara. Terkonsep dengan baik sembari menikmati fasilitas hasil perjuangan lama. Menutup telinga dari protesnya rakyat di luar gedung dan rumah mewah.

Bligungyudha dalam rilis single ketiganya yang berjudul Raksasa, menceritakan tentang kesejahteraan yang terancam oleh para raksasa. Raksasa ini adalah para orang berkuasa baik pejabat, pengusaha hingga pemilik kuasa yang terus menerus menggerus kesejahteraan rakyatnya sendiri. “Raksasa ini ada di berbagai tempat. Ada di berbagai keadaan. Perlu untuk kita sadari hal ini dan melindungi kesejahteraan dan hak kita agar tidak terenggut” Ucapnya saat memperdengarkan Reff Raksasa yang dominan kata “Rakus..kus..kus..Rakus!”

Raksasa bangkit atas kolaborasi Bligungyudha dengan Bayu Cuaca selaku pencipta lirik. Untuk artworknya, Bligungyudha masih berkolaborasi visual dengan Adit Onox – Vokalis Surviving Shiro yang dalam waktu dekat akan launching album dengan komposisi 15 lagu sekaligus.

Raksasa dapat diintip dengar di beberapa platform musik online. Spotify, Itunes, Apple Music, Deezer maupun Youtube Music secara gratis. Untuk mendengarkannya, silakan menuju bit.ly/UUraksasa alias Undang–Undang para Raksasa.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian