Skip to main content

Ngobrolin 4 Pilar Kebangsaan bareng MPR RI

Tadinya sih sempat mikir kalo sesi ngumpul kali ini bakalan garing. Lantaran otak sudah tertuju duluan ke wajah pimpinan MPR RI yang emang rada-rada serius gitu orangnya. Jarang banged saya liat becandanya. Tapi ya bisa dimaklumi sih, kan namanya juga pejabat jaman old.

Syukur opening act nya ada Mbak Mira Sahid, founder Komunitas Emak Blogger yang punya blog catchy banged di mata. Enak dipandang. Ndak kayak blog ini yang gersang kerontang.

Topik yang diangkat sebenarnya soal 4 Pilar Kebangsaan. Yang memaparkan ya MPR RI. Dalam hal ini ada 4 narasumber, 2 Bapak eh Pria Ganteng dan 2 Ibu eh Mbak Mbak. Maaf.

Pertama ada Mbak Siti Fauziah Kepala Biro Humas Setjen MPR RI yang bercerita soal apa saja makna 4 Pilar Kebangsaan gagasan Bapak Taufik Kiemas almarhum, Ketua MPR RI terdahulu.
Lalu lanjut ada Mas Andrianto, babang tamvan yang menjabat sebagai Kepala Bagian Pusat Data dan Sistem Informasi (PDSI) MPR RI memaparkan soal Sosial Media dan peran generasi Jaman Now serta penyebaran Hoax yang belakangan makin masif saja penampakannya.
Ketiga ada ujung tombaknya narasumber, Mas Ma’ruf Cahyono selaku Sekjen MPR RI yang rupanya menjabat pula sekaligus sebagai Plt.Sekjen DPD RI, tampil casual dengan gaya bahasa yang sudah disesuaikan berdasar jenis undangan yang hadir, mengakui kesulitannya tersebut sebagai mantan orang Hukum yang selama ini berkutat dengan bahasa formal.
Lalu terakhir ada Mbak Rharas Asthining Palupi, mantan Kepala Bagian Pemberitaan dan Humas MPR RI, yang kini bertugas di bagian audit dan pengawasan. Beliau ini banyak membantu dalam mencairkan suasana hati para netizen Bali yang entah kenapa lebih banyak diamnya termasuk di akun sosial media sekalipun.

Di sela pemaparan, Mas Ma’ruf sempat berbagi puisi Manifesto 4 Pilar Kebangsaan ‘Masih Indonesiakah Kita’ yang isinya cukup membuat kami merenung.
Sekaligus memperkenalkan tagar baru Dari MPR Untuk NKRI ‘Ini Baru Indonesia‘.

Sesi tanya jawab secara pandangan saya pribadi, kurang seru. Bisa jadi yang hadir sebagai perwakilan netizen Bali hari ini belum mencakup semua segmen. Utamanya para aktivis sosial, atau bahkan Vlogger yang belakangan sudah makin diminati. Tapi bisa jadi juga lantaran suasananya yang agak-agak resmi gitu, beda banget kalo pas sesi ngumpul netizen Jaman Now pada realitanya.

Owh ya.
Di akhir agenda, Mbak Mira Sahid ndak lupa buat mengingatkan lagi semua Netizen Bali yang hadir, agar bisa membantu MPR RI memproduksi tulisan atau postingan di blog masing-masing, tentang 4 Pilar Kebangsaan atau implementasinya dalam kehidupan sosial masing-masing, dengan gaya bahasa khas atau sesuai minat dan tema blog yang ditekuni.
Demi memperbanyak konten positif di dunia maya, serta meminimalisir penyebaran Hoax.
Ditunggu ya ManTeman.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian