Skip to main content

Berburu Novel klasik milik om Hilman

Sebenarnya sih hasrat untuk mencari kembali jejak beberapa novel klasik karangan om Hilman Hariwijaya sudah ada sejak lama. Hanya tadi itu rencana awalnya sih nyariin majalah atau tabloid ponsel di Gramedia Gatot Subroto eh kok nyasarnya malah di areal novel.

Surprise

Ya, agak kaget juga pas nemu section satu deret buku dengan judul Lupus Klasik, yang tebelnya lumayan se novel Harry Potter edisi pertengahan. Ternyata dalam satu buku karangan om Hilman itu terkumpul sekitar tiga judul yang diatur secara acak. Jadi semacam novel the Best of-nya om Hilman.

Kalo gag salah ingat sih tadi itu yang saya temukan ada kisah Cinta Olimpiade, Tragedi Sinemata, Tangkaplah Daku, Makhluk Manis dalam Bis hingga Topi-topi Centil. Ada juga dua tiga jilid buku lainnya lewat kisah Lupus Kecil Klasik yang merupakan kerjasama om Hilman dengan om Boim.

Sayangnya novel yang saya cari itu gag ada dalam list buku di lokasi, bahkan hingga OLX, Lazada dan Berniaga pun saya lakoni ya tetep nihil. Di om Google yang tak pantau ada sih beberapa yang menawarkan, namun ternyata sudah terjual. Mih…

Cafe Blue, Rasta dan Bella, Vanya atau Dancing on… Boys dont Cry, adalah Novel yang ingin saya baca kembali di masa kini. Isinya ya kurang lebih tentang remaja dan cinta. Satu hal yang masih suka saya nikmati hingga kini. Isinya sih masih bisa saya ingat satu dua, cuma penasaran dengan bab bab lainnya aja.

Secara bahasa yang digunakan bisa jadi tergolong jadul untuk era alay kini, tapi ya tetap saja saya menyukainya. Istilah jaman itu macam Perek (maaf), Ge eR atau bahkan soal penamaan tokoh Fifi, Gusur, Gito, Nyit Nyit kunyit rasanya masih bisa diingat, termasuk era boyband NKOTB di Rasta dan Bella. Jujur, jadi kangen…

Cuma tadi itu pas di Gramedia, sempat terbersit keinginan untuk membeli satu diantaranya, namun sepertinya kelak saya akan menggalau lagi, mengingat membaca Lupus klasik secara tidak langsung bakalan mengingatkan saya pada sosok almarhum kakak yang pergi setahun lalu. Dari ialah saya bisa mengenal novel Hilman saat kecil dahulu. Agak sedih juga sih jadinya.

Balik ke topik, saya tetap berkeinginan mencari dan memiliki novel-novel tadi. Kira-kira kalian bisa ngasi petunjuk atau bahkan punya ? Saya beli deh…

Om Hilman sendiri saya dapatkan akun ID FaceBook-nya lewat om Google. Dan sudah sempat ngirim private message untuk menyampaikan maksud. Semoga ada titik terang disitu nantinya.

Tapi kalopun boleh, saya sih inginnya bisa nemu yang versi eBook, jadi bisa dibaca saat senggang menunggu dimana saat ini, beberapa novel seangkatan masih tersimpan rapi dalam Galaxy Note 3 yang saya miliki. Satu diantaranya ya Gola Gong lewat Balada si Roy yang beken lewat majalah Hai itu…

Jadi gag sabar…

Comments

Popular posts from this blog

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Akhirnya Migrasi Jua, Pulang ke Kampung Blogspot

Gak terasa yang namanya aktifitas menulisi Blog sudah sampai di tahun ke 17. Termasuk ukuran blogger senior kalau kata teman, padahal kalau dilihat dari sisi kualitas tetap saja masuk kelompok junior. Belum pernah menghasilkan tulisan yang keren sejauh ini. Blog bagi saya sudah jadi semacam wadah untuk coli. Ups Maaf kalo mencomot istilah gak baik. Tapi ini seriusan, karena memang digunakan untuk melanjutkan halusinasi tanpa perlu berpikir akan ada yang berkunjung, membaca atau tidak. Setidaknya berguna untuk menjaga pikiran-pikiran negatif agar tidak menjalar keluar mengganggu orang lain, atau melepas lelah dan keluh kesah harian akan segala tekanan bathin di keluarga, kantor maupun sosial masyarakat. Jadi maklumi saja kalau isi blognya gak sesuai ekspektasi kalian. Meski sudah menulis selama 17 tahun, namun laman Blog www.pandebaik.com ini kalau ndak salah baru lahir sekitar tahun 2008. Segera setelah bermasalah dengan media mainstream yang berbarengan dengan tutupnya penyedia hos

Kendala yang ditemui saat Migrasi Blog

Keputusan untuk Migrasi alias pulang kampung ke halaman Blogspot, sebetulnya merupakan satu keputusan yang berat mengingat WordPress sudah jadi pijakan yang mapan untuk ukuran blog yang berusia 17 tahun. Tapi mengingat pemahaman dan kemampuan pribadi akan pengelolaan blog dengan hosting yang teramat minim, sekian kali ditumbangkan oleh script, malware dan lainnya, rasanya malu juga kalau terus-terusan merepotkan orang hanya untuk sebuah blog pribadi yang gak mendatangkan materi apa-apa. Ini diambil, pasca berdiskusi panjang dengan 2-3 rekan yang paham soal proses Migrasi dan apa sisi positif di balik itu semua. Namun demikian, rupanya proses Migrasi yang tempo hari saya coba lakukan dengan hati-hati, tidak semulus harapan atau keinginan yang dibayangkan. Ada beberapa kendala didalamnya yang mana memberikan efek cukup fatal dalam pengarsipan cerita atau postingan blog sebelumnya. Yuk disimak apa saja. 1. Pengurangan jumlah postingan Blog yang cukup signifikan. Postingan Blog www.p