Skip to main content

Mungkin Memang Sudah Jalannya

Gag terasa setahun lewat sudah saya berada di Permukiman. Area yang dahulunya kerap saya keluhkan akibat dari jenis pekerjaan yang sama sekali sulit saya kuasai, pun hingga kini ada juga beberapa hal yang masih terasa terasa bingung untuk dilakoni. Tapi ya bersyukur, selalu ada saja cara untuk bisa memahami itu semua tanpa harus bersimbah darah terlebih dulu.

Saya memang meyakini, bahwa Tuhan gag akan memberikan beban yang melebihi kemampuan hamba-Nya. Sehingga dalam perjalanan rasanya memang patut disyukuri, hingga semua kesulitan satu persatu kini mulai bisa diatasi.

Ada juga perubahan yang saya rasakan selama setahun ini. Baik secara hati maupun lingkungan. Entah benar atau tidak, minimal ya begitu yang dirasa.
Persoalan komunikasi, awalnya memang sulit. Tapi dengan mengakui dan berusaha mengedepankan kepentingan bersama, komunikasi yang dahulu masih ragu untuk dijalankan, kini perlahan mulai mengalir, meski keraguan itu terkadang masih ada saat semua sudah berjalan. Wajar gag sih ya ?

Memimpin tentu saja tidak mudah. Minimal untuk dapat mewujudkan hal itu, kita juga harus bisa memberi contoh teladan. Tapi ya memang agak susah mengingat secara usia, lingkungan saya jelas jauh lebih matang. demikian halnya jika sudah bicara soal kewajiban.

Soal Rejekipun, saya yakin gag akan kemana kalau itu memang sudah jalannya. Satu persatu lubang rejeki itu hadir, saling menggantikan, jadi gag sampai berlebih. Cukup untuk hari ini dan cukup untuk bulan depan. Bagaimana hari tua pasca pensiun, saya masih saja memikirkan itu sejak kini.

Setahun itu gag terasa ternyata. Dan sudah setahun pula saya merindukan kehadiran kakak almarhum yang tentu saja hanya bisa diingat lewat kenangan, foto dan juga videonya yang masih kami simpan hingga kini. Entah ada rasa menyesal jika saja dulu kami bisa membalikkan waktu dan mencegahnya lebih awal. Tapi siapapun saya yakin tak akan mampu melakukannya. Jadi ya pasrah dan hidupkan kenangannya.

Ingat Rejeki, kadang jadi ingat kakak saya itu. Dulu saat pintu rejeki masih mengintip alias pas-pasan, ada kehadiran kakak yang banyak membantu. Meski sudah ditolak, tapi bantuan itu tetap saja hadir. Mengatasnamakan putri kami biasanya. Dan kini, saat ia sudah tiada, mungkin memang Tuhan membukakannya pada kami sedikit lebih lebar, jadi apa yang dahulu terjadi kini tetap berjalan meski lewat cara lain.

Mungkin memang sudah jalannya… ya pasrah, berserah pada-Nya. Kita tinggal bekerja sesuai tugas dan kewajiban, melewati masa dan waktu, hingga saatnya tiba nanti kan berganti.

‘Satu-satu… daun berguguran… jatuh ke bumi… dimakan usia… tak terdengar tangis… tak terdengar tawa… redalah… reda…’

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian