Skip to main content

Bersemangat Pagi di Yogyakarta

Rasanya masih tak percaya saat mata membuka lebar pandangan keluar kamar dini hari tadi, sesaat setelah alarm yang kunyalakan berdering dua kali, tak seperti di Yogyakarta, bathinku. Mungkin lantaran hamparan rumput menghijau dibayangi pohon kelapa nan tinggi melambai dan beberapa jepun yang terurai di halaman tepi balkon mengingatkanku pada Bali dan suasananya.

Setelah menelan setengah dari 2 mg Amaril sesaat setelah semuanya siap kujalani, tapak kakipun satu persatu melangkah pelan menuju elevator yang berada dekat kamar 342, rasanya dari kemarin aku tak melihat tangga satupun disini.

Lantai 7 Sheraton Hotel Yogyakarta masih tampak lengang saat aku menuruni anak tangga utama menuju lobby, hanya ada satu kawan yang tampak memeriksa beberapa berkas sambil melemparkan senyum. Langit masih gelap.

Ada sedikit perasaan was was demi menapakkan kaki di jalanan yang berbatu ini, tau begini membawa sepatu olahraga barangkali merupakan keputusan terbaik. Suasana yang temaram dengan disinari lampu taman membuatku sedikit merinding, terbayang cerita akun Twit @kisahhoror yang biasanya kubaca sesaat sebelum tidur. Penakut !!! Pikirku…

Setelah menghitung 40an langkah dalam sekali jalan, aku melakukan sedikit pemanasan sambil terenjok enjok lantaran batu batu kecil satu persatu melekat di telapak kaki. Langitpun mulai menampakkan aura merahnya di penghujung timur.

Namun pada akhirnya tercapai jua hasrat untuk berkeliling diseputaran kolam belakang hotel. Baru berani dilakoni saat cahaya menerpa semua batu pilah yang hadir disepanjang koridor dan pedestrian menuju kolam. Keringatpun mulai menetes seiring waktu berjalan menunjukkan pukul 6 waktu setempat.

Mengingat sesi diskusi kemarin rasanya semangat pagi ini mulai terkumpul kembali. Ada banyak perubahan yang barangkali kelak akan kusampaikan secara langsung pada atasan pun kawan-kawan ULP Badung, baik dari pengembangan sistem aplikasi SPSE, hak akses masing-masing user dan juga penambahan fitur yang aku yakin bakalan membuat banyak perubahan budaya kerja nantinya.

Bersyukur daya tahan dari perangkat Samsung Galaxy Tab 7+ yang kubawa serta mampu bertahan hingga setengahnya saat istirahat makan tiba, ini setelah semua poin penting dari pemaparan yang disampaikan dalam beberapa sesi kemarin, diTweet ke dunia maya lewat akun tak resmi milik LPSE Badung, yang bisa jadi rata-rata bakalan menyangka bahwa aku malah sedang asyik bermain games atau menonton video porno layaknya anggota DPR kita itu. Semua ditujukan pada satu hal, pengingat. Sebagai bahan dasar laporan kami nantinya setiba di tanah Bali dan juga informasi yang kelak akan dibaca oleh kawan-kawan Pengelola LPSE yang tak kesampaian diundang oleh LKPP kali ini.

Tujuh putaran berkeliling kolam sudah kulakoni, peluh sudah mulai membasahi baju yang kupakai tidur semalam, saatnya untuk ngopi dan mandi. Semoga semangat pagi akan tetap terjaga hingga akhir nanti di Yogyakarta.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian