Awalnya sih gag terlalu merasakan perubahan yang terjadi pada berat badan, lantaran memang niat untuk menurunkannya sudah ada sejak awal tahun tempo hari. Namun lantaran rata-rata teman yang dijumpai menanyakan hal yang sama, mau gag mau akhirnya mengambil langkah juga untuk periksa lab terkait Kadar Gula Darah. Sekedar memastikan dan juga ingin mengetahuinya sejak awal.
Hasilnya, jumat lalu 26 Mei 2012 Kadar Gula Darah dinyatakan tinggi dengan poin 394. Sangat mengejutkan tentu, mengingat tidak ada tanda-tanda yang terlihat secara fisik kecuali penurunan berat badan sebesar 12 KG selama enam bulan lamanya. Beberapa gejala lain yang saya pantau dari dunia maya malahan gag saya rasakan sejak dulu. Meski dua hari terakhir sebelum melakukan Testing, sempat juga menguji kebenaran tersebut, terkait kencing yang dirubung semut jika memang benar kadar Gula Darah tergolong Tinggi.
Berita ini tentu mengejutkan bagi Istri dan juga Ibu yang sudah menduga lebih awal mengingat ada faktor keturunan dari Bapak yang sudah mengalaminya terlebih dulu. Maka jadilah sejak hari itu saya mencoba menjalani pola hidup baru dengan melakukan diet rendah karbohidrat dan kalori.
Lantaran sudah sekitaran enam bulan saya menjalani pola diet mengurangi volume Nasi dengan tujuan menurunkan berat badan, maka oleh dokter Gizi pasca pemeriksaan tersebut, sayapun tidak diminta untuk mengubah pola makan sehari-hari. Yang diubah hanyalah jenis makanan yang diasup selama ini. Disarankan demikian karena secara berat badan masih dianggap kelebihan sekitar 15 Kg lagi, maka sambil berusaha menurunkan kadar Gula Darah, sayapun disarankan untuk menurunkan pula berat badan hingga mencapai hasil ideal.
Selain oleh-oleh obat Amaril 2 mg yang saya dapat dari pemeriksaan dokter Wira Gotra yang berpraktek di Klinik jalan Suli Denpasar, sayapun mendapatkan oleh-oleh lain lagi dari dokter Gizi setempat berupa daftar makanan yang diajurkan dan sedapat mungkin dikurangi. Memang secara nasehat yang disampaikan oleh dokter, disarankan agar tidak terlalu terbebani dengan pola makan yang baru nantinya, namun secara kesadaran diri sendiri sih ingin juga menjalankannya sebisa mungkin. Jika memang mampu, mengapa tidak?
Maka selama dua hari saya berusaha memahami maksud dari daftar makan yang diberikan oleh dokter Gizi tersebut, minimal untuk mengetahui jenis mana saja yang harus dihindari dan jenis mana saja yang boleh bebas dikonsumsi. Ternyata ada beberapa makanan yang merupakan favorit saya selama menjalankan diet masuk pula dalam daftar disarankan seperti mentimun dan tomat. Sedang roti, yang selama ini saya gemari rupanya masuk dalam kategori pengganti Nasi. Artinya kalo nasi sudah dimakan dalam porsi yang cukup, ya gag boleh nambah lagi dengan roti. Ealah…
Setelah menjalani empat hari perubahan jenis makanan, sayapun kembali melakukan Test terkait Kadar Gula Darah melalui Laboratorium Prodia jalan Diponegoro, lantaran pengujian tempo hari dilakukan dengan menggunakan alat tester kecil yang kabarnya sudah dapat dibeli secara bebas di Apotik terdekat.
Hasilnya cukup menggembirakan, bahwa setelah melakukan Puasa selama 12 jam lamanya, kadar Gula Darah saya turun hingga 128 dan pasca beraktifitas dan makan malam, naik hingga 145. Hasil yang memuaskan kata dokter. Itu artinya usaha yang saya lakukan selama empat hari lamanya sudah benar dari pola dan jenis makanannya. Tinggal mempertahankannya selama bulan-bulan kedepan dengan cara yang kurang lebih sama. Menjaga asupan karbohidrat dan juga kalori kedalam tubuh serta rajin berolahraga.
Ngomong-ngomong soal olahraga nih, sejak pemeriksaan saya jadi menyadari bahwa kesehatan itu penting. Hingga kemudian memutuskan untuk melewati 30 menit hingga satu jam lamanya di pagi hari untuk bergerak, berjalan kaki menuju lapangan Puputan Kota Denpasar atau sekedar berjemur sesaat setelah sampai di kantor. Tips ini makin suka saya jalani pasca membaca beberapa catatan kliping tentang Diabetes saat menanti proses testing di Prodia beberapa waktu lalu.
Terakhir, hasrat untuk melakukan Pemeriksaan Kadar Gula Darah sendiri secara berkalapun akhirnya tercapai juga. Dengan harga 495ribu untuk sebuah alat Accu Check, kini aktifitas tersebut dapat saya lakukan kapanpun diinginkan. Selain dapat dimanfaatkan secara pribadi, dapat pula digunakan untuk memeriksakan Bapak, Ibu dan Istri yang memang pula harus ikut waspada terhadap the Silent Killer ini.
Jikapun masih boleh memilih, inginnya sih tetap sehat tanpa ada kemungkinan terjangkit Diabetes lagi. Tapi yah lantaran sudah terlanjur menjalani pola hidup yang salah mau gag mau ya tetap berusaha. Jadi mohon doanya yah, biar saya bisa menjaga kesehatan, menjaga keluarga dan terus menulis. :p
Comments
Post a Comment