Skip to main content

Mengenal Barong

Bagi saya pribadi sosok sakral yang satu ini merupakan salah satu daya tarik mengapa para wisatawan mancanegara begitu penasaran dengan Bali, diluar keindahan alamnya. Ketertarikan tersebut saya yakin dirasakan pula oleh sebagian besar umat Hindu dan penduduk Bali lantaran pesona magis maupun penampilannya yang begitu mengigit.

Untuk pertama kalinya saya mengabadikan beberapa sosok Barong yang biasanya disakralkan oleh Umat Hindu kalau tidak salah, jaman perkuliahan. Meminjam sebuah kamera analog, sayapun berangkat menuju Art Centre, dimana di salah satu gedungnya terdapat berbagai macam Barong yang dipajang lengkap dengan cerita atau historynya.

Barong menurut I Made Bandem, adalah topeng yang berwujud binatang mitologi yang memiliki kekuatan gaib dan dijadikan pelindung masyarakat Bali. Dilihat dari ikonografi topeng-topeng barong yang ada di Bali, nampak adanya perpaduan antara kebudayaan Bali Kuna dengan kebudayaan Hindu, khususnya kebudayaan Hindu yang bercorak Budha. Topeng-topeng barong seperti itu terdapat pula di negara-negara penganut agama Budha seperti Jepang dan Cina. Di Cina, tradisi mengenai kepercayaan terhadap naga yang dianggap memiliki kekuatan gaib sudah tua umurnya. Contoh, naga-naga dalam kebudayaan Zaman Batu Baru (Neolithic) dilukis pada vas-vas bunga dan diukir pada batu giok. Pada Zaman Perunggu (Bronze Age) di Cina, naga-naga diasosiasikan dengan kekuatan dan manifestasi alam semesta, seperti angin, kilat dan petir.

Masih menurut I Made Bandem, ada versi lain mengenai munculnya barong di Bali. Banyak para sarjana memastikan bahwa asal mula barong adalah tari singa Cina yang muncul selama dinasti Tang (abad ke 7-10) dan menyebar ke berbagai negara bagian di Asia Timur. Nampaknya pertunjukan tari singa ini pada awalnya merupakan suatu bentuk pengganti dan pertunjukan singa asli oleh para penghibur keliling profesional (sirkus) yang tampil di setiap pasar malam atau festival musiman. Bila dihubungkan dengan Sang Budha,tari singa Cina memiliki konotasi sebagai pengusir bala yang hidup sampai masa sekarang. Dilihat dan fungsinya barong-barong di Bali juga melakukan perjalanan ke luar desanya, berkeliling mengunjungi desa-desa lain, mengadakan pementasan di jalan raya atau dirumah orang secara profesional, memungut uang untuk kepentingan kesejahteraan sekaa (group/kelompok) yang disebut ngalawang.

Dalam tulisan saya sebelumnya terkait NgeLawang, menurut Babad Bali merupakan sebuah garapan tari kontemporer yang banyak diilhami oleh tari Barong Ket yang keberadaannya tidak asing lagi bagi masyarakat Bali. Kabarnya ngeLawang ini bertujuan untuk mengusir roh jahat yang berkeliaran di desa setempat, menyucikan desa hingga sebagai antisipasi pertama ketika desa diserang wabah penyakit.

Barong Ket dianggap sebagai manifestasi dari banaspati raja atau raja hutan. Orang Bali menganggap seekor singa sebagai raja hutan yang paling dasyat. Konsep yang sama juga terdapat di India, Cina, dan Indonesia. Di Jawa, figur Barong Ket seperti di Bali disebut Barong Singa, dan Reog Ponorogo. Jika diteliti secara mendalam mengenai ikonografinya, memang bentuk dasar dari topeng Kala itu ialah muka singa. Di India penggambaran ini disebut Shimamukha, atau Khirtimukha. Dalam hal ini singa dipilih sebagai figur barong adalah karena singa memiliki kemampuan untuk menghancurkan kekuatan jahat. Di Bali Barong Ket dianggap sebagai simbol kebaikan. Dalam pementasan tari barong di Bali, figur Barong Ket dijadikan simbol kemenangan dan Rangda merupakan simbol pihak yang kalah. Namun di luar konteks seni pegelaran, kedua figur itu duduk sejajar sebagai pelindung masyarakat.

Beberapa jenis Barong yang dikenal atau populer di kalangan Umat Hindu Bali ada Barong Ket atau Ketet (mengambil rupa singa, seperti cerita diatas tadi), Barong Bangkung (mengambil rupa Celeng atau Babi, biasanya digunakan pula untuk tradisi ngeLawang), Barong Macan (mengambil rupa Harimau), Barong Brutuk (mengambil rupa Lembu, biasanya ditarikan di daerah Trunyan) dan ada juga Barong Kadingkling atau yang dikenal pula dengan Barong Blasblasan (mengambil rupa wayang wong). Dua jenis barong yang disebutkan terakhir bisa dikatakan sangat jarang kita temui dalam kegiatan adat sehari-hari.

Di luar lima jenis Barong diatas tadi, ada juga yang dikenal dengan sebutan Barong Landung. Apa itu Barong Landung, tunggu tulisan selanjutnya ya.

 

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Kalian masi ingat, kapan mulai gabung ke Sosial Media ?

Saya ingatnya pertama kenal FaceBook November 2008. Era kampanye Mister Barrack Obama yang kabarnya waktu itu make sarana FB untuk merangkul generasi muda. Sempat penasaran di awal, gegara tumben kenal yang namanya Media Sosial.  Padahal di era yang sama, sudah ada FriendSter, MySpace atau Hi5. Rupanya saya bukan generasi itu.  Yang jadi gara-gara ya Blogging.  Keasikan nulisin Blog, keenakan onani, lalu kesandung orang deh.  Start awal di laman Blogspot 25 Mei 2006, pake nama pandebaik.blogspot.com lalu diberi hadiah Domain pribadi oleh RakhaHost di agenda gabung bareng Bali Blogger Community Februari 2008, berubah nama jadi pandeividuality.net yang terinspirasi dari album PAS Indieviduality, menggunakan mesin Wordpress. dan pas kesandung media mainstream, pindah hosting ke Bali Orange jadi www.pandebaik.com pada November 2008. Pindah hosting juga gegara Rakhahost trouble cukup lama.  Balik ke Blogspot lagi pada 16 April 2023 lalu lantaran capek mengelola Wordpress, yang kerap disampe