Skip to main content

Review Samsung Galaxy ACE S5830

Sudah hampir dua Minggu ya, Samsung Galaxy ACE S5830 menemani hari-hari saya. Selama itu pula jadi jarang online dengan memanfaatkan sarana modem plus laptop milik LPSE. Koneksi XL yang dahulu saya gunakan sebagai pilihan alternatif dari IM2, berpindah tempat disematkan di slot ponsel berbasis Android ini. Hasilnya maknyus, tidak banyak keluhan yang saya dapatkan baik selama meng-explore seisi ponsel maupun beraktifitas dengannya.

Secara penampilan luar, sesungguhnya Samsung Galaxy ACE S5830 gag kalah aksi kok dibandingkan ponsel lainnya. Gorilla Glass yang menghiasi seluruh layar depan membuatnya tampil mempesona kendati menjadi rentan terkotori oleh sapuan jari. Back Cover yang rupanya terbuat dari plastik (bukan metal seperti dugaan sebelumnya), digrafir garis diagonal yang membuatnya tak licin ketika dipegang. Sayang, dalam paket penjualannya tidak disertakan back cover berwarna putih dan juga case pelindung seperti yang diperlihatkan pada video Unboxing di portal YouTube.

Bagi yang dahulunya familiar dengan ponsel berbasis Windows Mobile PocketPC, saya yakin tidak banyak hal yang harus dipelajari untuk memahami jeroan atau dalemannya Android plus User Interfacenya. Bisa dikatakan sama persis. Dari opsi Pengaturan, Task Manager, Aplikasi hingga pola pemakaiannya yang hanya membutuhkan sapuan atau sentuhan lembut, bukan ditekan layaknya layar sentuh milik BlackBerry. Namun demikian, bagi pengguna awampun jangan terlalu merasa khawatir, karena penggunaannya tak serumit Windows Mobile PocketPC. Terkait bagaimana menggunakan User Interface ini, nanti akan saya bahas secara khusus.

Secara kemampuan ketika disandingkan dengan ponsel berlayar sentuh milik Nokia atau BlackBerry, Samsung Galaxy ACE S5830 terasa jauh lebih mengasyikkan. Pengalaman serupa saya alami dahulu ketika berkesempatan mencoba layar sentuh iPhone 3GS. Sistem sentuh (touch) yang lembut cenderung berpengaruh pula pada pola pikir si pemakai, begitu kira-kira. Hehehe… tapi yang lebih mengasyikkan lagi adalah Multi Touch-nya yang sudah mendukung cubitan yang berfungsi sebagai zoom (perbesaran skala).

Seperti halnya ponsel berlayar sentuh lainnya, Samsung Galaxy ACE S5830 pun mendukung Auto Rotation sesuai dengan cara genggam pemiliknya. Hal ini masih membuat saya kebingungan ketika memegang ponsel dengan cara terbalik, pas dicari tombol navigasinya eh malah berada di sisi atas.

Di sekujur tubuh Samsung Galaxy ACE S5830, hanya terdapat tiga tombol yang tampak menonjol dari bidangnya. Tombol Navigasi di bawah layar berfungsi untuk mengembalikan halaman yang sedang aktif ke layar utama sekaligus untuk mengakses aplikasi yang digunakan sebelumnya (Multitasking). Tombol memanjang yang ada di sisi kiri ponsel berguna untuk memperbesar dan mengecilkan Volume. Sedangkan tombol yang ada di sisi kanan ponsel, berguna untuk mematikan, menyalakan sekaligus mengunci layar (ditekan sekali) dan junga untuk menyalakan dan menon-aktifkan ponsel (ditekan agak lama).

Kamera yang disematkan di belakang bodi memang sudah menjangkau resolusi 5 MP. Sayangnya, mungkin lantaran tidak menggunakan Lensa khusus seperti halnya Nokia dengan Carl Zeiss-nya, hasil jepretan tidak sebaik Nokia jadul N73 (3 MP) yang hingga kini masih saya gunakan. Padahal sudah didukung dengan Flash Light, tetap saja hasilnya Soft dan keseringan kabur. Demikian halnya dengan resolusi video yang hanya sebatas QVGA atau setara dengan 320×240 pixel 15 fps. Bandingkan dengan Nokia 6720 Classic yang dahulu saya peruntukkan bagi Mertua.

Sedari ponsel dinyalakan, secara otomatis akan langsung mengakses dunia maya tanpa bisa dihentikan secara manual. Satu-satunya cara paksa yang biasanya saya gunakan (jika memang diperlukan) adalah dengan mengaktifkan fitur Flight Mode. Namun lantaran nomor XL yang saya gunakan memang bukan untuk Voice Call atau Text Message, jadinya ya bukan satu masalah besar. Satu-satunya efek samping terkoneksinya ponsel ke dunia maya secara kontinyu hanyalah daya batere yang serupa dengan penggunaan handset BlackBerry. Hanya sehari, sudah harus di-Charge kembali. Jika kita lebih banyak beraktifitas dengan NoteBook, sambungkan saja kabel datanya (yang sudah diberikan dalam paket pembelian) ke colokan USB, aktifitas Charge akan secara otomatis dilakukan.

Terkoneksinya ponsel ke dunia maya secara otomatis ini akan memaksa penggunanya untuk mengaktifkan paket Unlimited. Untuk kartu XL yang saya gunakan, biaya paket Unlimitednya hanya berkisar 99.000 rupiah saja. Kecepatan yang didapatkan hanya sampai 384 kbps dengan batasan kuota 1 GB, dan selebihnya akan menurun pada kecepatan 128 kbps. Apabila koneksi ini masih dirasakan lambat, koneksikan saja Wifinya ke Hotspot terdekat. Kecepatan koneksi ini akan berbanding lurus dengan kecepatan akses ponsel pada halaman dunia maya yang memang mensyaratkan, seperti misalnya portal video YouTube.

Ngomong-ngomong soal Wifi dan Hotspot, berterimakasihlah pada sistem operasi Android yang disematkan dalam ponsel Samsung Galaxy ACE S5830 yang sudah menggunakan versi 2.2 Froyo. Karena di versi inilah, kemampuan ponsel jadi makin bertambah maknyus berkat fitur Tethering atau Portable Hotspot-nya. Fitur ini akan sangat membantu ketika kita ingin berselancar di dunia maya dengan memanfaatkan layar NoteBook. Aktifkan fiturnya, kemudian nyalakan koneksi wifi pada NoteBook dan sambungkan. Secara default, koneksi Wireless yang terdeteksi bernama AndroidAP.

Layar sentuh yang sudah mendukung fitur MultiTouch akan sangat berguna ketika kita mengakses halaman web yang tidak mendukung tampilan Mobile. Halaman milik LPSE Badung misalnya. Ketika halaman depan diakses, saya yakin baik pengguna maupun tetangga yang melihatnya akan bergumam ‘wah, gemana browsing-nya nih ? tulisannya kecil begitu…’ tapi jangan khawatir, gunakan saja cubitan tadi. Maka dengan segera layar akan melakukan pembesaran skala (zoom) sesuai keinginan kita.

Membeli ponsel bersistem operasi Android, bisa dikatakan berBonus ratusan aplikasi Gratisan yang siap unduh. Saya pribadi sudah mencoba yang namanya games fenomenal Angry Bird, Unblock Me, Jewel dan tentu saja Sudoku. Ketersediaan aplikasi-nya pun sangat beragam. Dari AntiVirus, Office application, Kids Learning hingga yang berkaitan dengan Blog. Yang paling penting, Semuanya Free. Sayangnya satu hal yang membuat semua tawaran menarik ini menjadi mubazir adalah ketersediaan Memory Internal. Hanya 180 MB saja.

Berkaitan dengan keterbatasan Memory tersebut, lagi-lagi kita harus berterimakasih pada sistem operasi Android 2.2 Froyo yang disematkan pada ponsel Samsung Galaxy ACE S5830. Ketersediaan Opsi instalasi on SDcard (Memory External) menjadi salah satu pemecahannya. Sayangnya untuk bisa memilah aplikasi mana yang hanya boleh ditempatkan di Memory Internal, mana yang ditempatkan di Memory External, tidak disediakan opsi Manual seperti halnya yang dimiliki oleh sistem operasi Windows Mobile. Kekurangan ini tampaknya makin menguatkan Image ponsel Samsung Galaxy ACE S5830 sebagai salah satu ponsel pintar. Karena dengan sendirinya akan memilah aplikasi yang berkaitan dengan kinerja ponsel ditempatkan pada Memory Internal, sedangkan yang bersifat Hura-hura dan tidak terlalu penting ditempatkan di Memory External. Mengagumkan bukan ?

Sebetulnya masih banyak hal yang bisa dikupas dalam tulisan Review kali ini. Namun semua itu kelak akan saya bagi dalam tulisan tersendiri sehingga bisa jauh lebih mendalam. Overall, ponsel Samsung Galaxy ACE S5830 ini bisa dikatakan sangat memuaskan (kecuali daya batere) untuk dimiliki. Apalagi nilai jualnya juga tergolong sangat terjangkau. Jadi, masih berpikir untuk memilih ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja