Skip to main content

Rame-Rame Migrasi ke BLackBerry

Sebelumnya jangan terjebak dulu dengan judul tulisan diatas, padahal baru beberapa waktu lalu saya menurunkan tulisan ‘belum tertarik dengan ponsel qwerty’ eh kok ini sudah mau bermigrasi… ?

Tulisan ini sebenarnya saya dedikasikan kepada Rekan-rekan saya baik itu sesama alumni SMAN 6 Denpasar maupun rekan kantor yang kini sudah mulai rame (akan dan sudah) bermigrasi ke ponsel BlackBerry dan berancang-ancang melego ponsel jadulnya. Bagi saya, Surprise tentu saja.

Bagaimana tidak, seingat saya dari beberapa Rekan yang bermigrasi tersebut dahulunya begitu anti untuk terkoneksi dengan dunia maya melalui layar ponsel. Berbagai alasan mereka kemukakan. Dari layar ponsel yang kecil dan gak puas, biaya koneksi yang mahal, cara pengaturan yang ribet (mereka belum pernah baca www.pandebaik.com kali ya ?)  hingga memang enggan menerima perkembangan sebuah kemajuan teknologi baru dunia ini. Sebagian lainnya malah menganggap bahwa bermigrasi ke handset BlackBerry cuma untuk buang-buang uang saja, diperlukan dana minimal angka jutaan untuk membeli handset dan ratusan ribu perbulannya untuk layanan unlimited. Ada juga yang memang menganggap FaceBook (sebagai salah satu daya tarik jualan ponsel qwerty termasuk BB) itu gak bener dan cenderung menyesatkan. Well, kini mereka telah berubah.

Perubahan ini tidak begitu saja terjadi, tapi rata-rata melalui pemahaman secara lisan, sms, email, chat hingga pesan message FaceBook dengan PanDe Baik (tuing tuing…) yang mereka anggap jauh lebih mampu memecahkan kesulitan dalam bahasa yang mudah dimengerti. Bersyukur pula kalo pada akhirnya penjelasan yang saya berikan dapat memberikan nilai positif, salah satunya ya ber-Migrasi ke handset BlackBerry ini.

Menyikapi hal tersebut, PanDe Baik menyarankan tulisan 7 Pertimbangan Utama dalam Memilih BlackBerry sebagai referensi bagi yang belum membeli handset dan masih memilah milih mana yang sepantasnya dimiliki. Sebisa mungkin ya beli baru, bukan handset second. Selain untuk meyakinkan bahwa PIN (sebagai nyawa handset BlackBerry) tidak akan menemui masalah atau kendala berarti (suspend atau cloning), beli baru bisa berarti adanya jaminan apabila terjadi satu dan lain hal pada handset ketika dipelajari. Memang harganya jauh lebih mahal, namun sebagai pengguna awam saya rasa faktor keamanan dan kenyamanan jadi faktor paling utama yang mutlak dimiliki. Toh BlackBerry sudah mengeluarkan seri 8520 Gemini dengan harga yang terjangkau.

Bagaimana ? mau ikutan Migrasi ke BlackBerry ?

* * *

NB : kalo saya sih cukup memanfaatkan BLackBerry hanya untuk ‘update status saja deh. Hihihi…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

PimPro, Apaan sih Itu ?

PimPro Kalian yang sudah masuk dunia kerja, utamanya yang bergerak di bidang konstruksi, saya yakin pasti pernah dengar istilah Pimpro. Baik yang berkonotasi Negatif ataupun Positif. Demikian halnya saya. Pertama kali mendengar istilah PimPro kalo ndak salah ya pas baru-baru jadi Pe eN eS. Yang saat diceritakan oleh pimpinan saat itu, apa tugas, kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh seorang Pimpro, Bagi saya pribadi sih lebih banyak Negatifnya. Ini jika dilihat dari kaca mata kebenaran. Bukan pembenaran. Image besarnya Power seorang Pimpro makin dikuatkan saat saya mengobrol ngalor ngidul bersama seorang pejabat fungsional di tingkat Provinsi saat berkesempatan menginap sekamar *bukan seranjang ya* sewaktu ditugaskan ke Indonesia Timur berkaitan dengan pemanfaatan dana ABPN dua tahun lalu. Dari ceritanya, ya memang benar bahwa seorang PimPro apalagi di era Pak Harto menjabat dulu sebagai Presiden RI ke-2, punya kekuatan besar yang begitu memanjakan hidup dan keseharian yang bersa...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...