Skip to main content

Selamat Jalan Gesang Martohartono, Selamat Jalan Ibu Hasri Ainun Habibie

Ada banyak teladan yang bisa kita tiru di negeri ini, kendati puluhan kali lipatnya malah tidak pantas kita teladani. Ditengah memanasnya tensi politik negeri ini, satu persatu tokoh yang sedemikian kita banggakan telah pergi untuk selamanya. Meninggalkan mimpi dan cita yang patut kita lanjutkan.

Gesang Martohartono, pantas kita sandangkan gelar pahlawan padanya. Beliau telah berjasa menciptakan ‘Bengawan Solo’ yang melegenda ketika terdengar dimana-mana, manca negara sekalipun. Demikian pula dengan ‘Jembatan Merah’nya. Kesederhanaan tema yang diangkat ternyata mampu menjadi karya termashyur bangsa ini.

Aku mengenang Gesang ketika masih mampu bernyanyi bersama Iwan Fals dengan suaranya yang sudah terdengar lirih, disebuah stasiun televisi swasta dalam sebuah event hari bangsa. Bahkan rekamannyapun masih kusimpan hingga kini.

Aku tidak hafal dengan baik kata dan kalimat yang terkandung dalam karya-karyanya. Satu bukti bahwa aku tidak terlalu peduli dengan keberadaan mereka. Namun tentu aku bangga bisa melihat dan menyaksikan kemegahan seorang Gesang saat itu dan aku bangga Bangsa ini memiliki Gesang.

Ibu Hasri Ainun Habibie, seorang Ibu Negara pada era kepemimpinan Presiden Republik Indonesia yang ketiga, barangkali sudah mulai dilupakan banyak orang yang asyik dan terlena dengan cita-cita mereka akan jabatan dan kekuasaan. Bisa jadi Beliau hanya satu diantara sekian banyak tokoh Indonesia yang berjasa namun kemudian dilupakan. Baru diingat dan dikenang saat tiada. Demikian pula denganku.

Menyimak satu persatu kisah dan impian seorang Ibu Hasri Ainun Habibie yang dengan setia mendampingi suaminya, demikian pula sebaliknya hingga ajal menjelang, berpotensi menjadi cermin bagi sekian ribu pasangan terutama mereka yang menyandang gelar artis. Saling mencintai dan tetap selalu bersama, meski banyak godaan yang datang dan pergi. Satu cita yang kemudian ingin aku pegang dengan teguh.

Seperti halnya Gesang, aku tidak tahu siapa dan bagaimana sosok Ibu Hasri Ainun Habibie saat Beliau berada disisi Bapak Presiden BJ Habibie dahulu. Bisa jadi lantaran terlalu disibukkan oleh beban Skripsi, bisa juga lantaran terlalu disibukkan oleh masa pacaran. Meski demikian aku bangga pada akhirnya bisa juga mengetahui sedikit jasa Beliau pada Negeri ini.

Entah apakah nanti aku akan bangga pada sekian banyak Pemimipin Negeri hari ini, yang seakan melupakan hati nurani mereka dan memilih mengutamakan jabatan serta kekuasaan…

Selamat Jalan Gesang Martohartono, Terima Kasih untuk Karya-karyamu… Selamat Jalan Ibu Hasri Ainun Habibie, Terima kasih untuk suri teladanmu…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

PimPro, Apaan sih Itu ?

PimPro Kalian yang sudah masuk dunia kerja, utamanya yang bergerak di bidang konstruksi, saya yakin pasti pernah dengar istilah Pimpro. Baik yang berkonotasi Negatif ataupun Positif. Demikian halnya saya. Pertama kali mendengar istilah PimPro kalo ndak salah ya pas baru-baru jadi Pe eN eS. Yang saat diceritakan oleh pimpinan saat itu, apa tugas, kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh seorang Pimpro, Bagi saya pribadi sih lebih banyak Negatifnya. Ini jika dilihat dari kaca mata kebenaran. Bukan pembenaran. Image besarnya Power seorang Pimpro makin dikuatkan saat saya mengobrol ngalor ngidul bersama seorang pejabat fungsional di tingkat Provinsi saat berkesempatan menginap sekamar *bukan seranjang ya* sewaktu ditugaskan ke Indonesia Timur berkaitan dengan pemanfaatan dana ABPN dua tahun lalu. Dari ceritanya, ya memang benar bahwa seorang PimPro apalagi di era Pak Harto menjabat dulu sebagai Presiden RI ke-2, punya kekuatan besar yang begitu memanjakan hidup dan keseharian yang bersa...