Skip to main content

Mempertahankan Tradisi ngeLawang Kuningan

Matahari masih bersinar dengan teriknya, kamipun sudah bersiap untuk balik pulang kerumah, rutinitas tiap Rahinan Kuningan sudah selesai kami laksanakan, tinggal ngiring Ida Betara Ratu Gede sane jagi lunga ke Pura Dalem Bonkeneng Tonja. Rahinan Kuningan yang jatuh pada Saniscara (Sabtu) Wuku Kuningan ini tak jauh berbeda suasananya dengan Rahinan Galungan. Jalan raya tampak lengang, karena tak sedikit umat Hindu yang melaksanakan kewajibannya sebagai numat beragama. Demikian pula kami.

Dari kejauhan suara gambelan terdengar sayup-sayup. Iramanya mengingatkan kami pada gambelan yang kerap mengiringi tarian Barong di desa kami. Dan rupanya kami tidak salah.

Canggu merupakan sebuah desa yang berada di kawasan Kabupaten Badung, salah satu desa yang masih mempertahankan tradisi ngeLawang. ngeLawang adalah sebuah garapan tari kontemporer yang banyak diilhami oleh tari Barong Ket yang keberadaannya tidak asing lagi bagi masyarakat Bali. Kabarnya ngeLawang ini bertujuan untuk mengusir roh jahat yang berkeliaran di desa setempat, menyucikan desa hingga sebagai antisipasi pertama ketika desa diserang wabah penyakit.

Sesuai arti katanya, ngeLawang dilakukan secara berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lainnya atau dari satu pintu ke pintu lainnya. Di dalam tarian ini ditampilkan 2 buah barong buntut (hanya bagian depan dari barong ket) dan sebuah punggalan (topeng) barong ket.

Apa yang kami saksikan pada hari ini tidak jauh berbeda dengan pemahaman yang digambarkan oleh Babad Bali tersebut. Hanya saja barong yang dipergunakan dalam tradisi ngeLawang disini adalah Barong Bangkung (berupa sosok Babi) dan bukan Barong Ket.

Kalau tidak salah beberapa hari lalu Media JawaPos dan Radar Bali sempat menurunkan liputan khusus mengenai tradisi ngeLawang yang kini sudah mulai bergeser dari tujuan utamanya. Bahkan ada beberapa kelompok (sekaha) yang kerap ngeLawang di daerah Ubud lebih tertarik menyasar Hotel dan Restaurant ketimbang rumah penduduk dengan alasan uang yang didapatkan jauh lebih banyak.

Berbicara uang, tentu kita berbicara tentang jasa. Di daerah Canggu rupanya juga demikian. ngeLawang disini tidak dilakukan dengan sukarela alias ‘ngupahin’. Ngupahin ini artinya kurang lebih seperti ‘nanggap’. Penduduk yang berminat, menghaturkan canang yang berisikan sesari (uang) dan kemudian memohon Tirta yang nantinya akan dipercikkan dihalaman rumah mereka.

Peminatnya ternyata cukup banyak terutama bagi mereka yang masih memiliki ternak peliharaan berupa babi. Kabarnya Tirta yang dimohonkan tersebut dapat juga dipercikkan pada ternak mereka untuk kesehatan dan kemakmurannya.

Mempertahankan Tradisi ngeLawang bagi kami pribadi merupakan satu nilai positif yang dapat kami perkenalkan pada MiRah GayatriDewi putri kecil kami secara langsung setiap rahinan Kuningan, bisa jadi pada generasinyalah kami bisa berharap bahwa Tradisi ini akan terus ada.

Ohya, tidak lupa PanDe Baik beserta keluarga mengucapkan Selamat merayakan Hari Raya Kuningan bersama Keluarga, semoga kedamaian akan selalu berada disekitar kita.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian