Skip to main content

Waspadai (replika) iPhone 3G 16GB

Pagi hari, saat masih berkantor di gedung lama Jl. Beliton No. 1 Denpasar, saya dihubungi seorang Rekan kantor yang meminta bantuan untuk menyalakan handset iPhone milik atasannya. Si Rekan mengatakan sudah putus asa mencoba. iPhone ? wah… mau banget, bathin saya saat itu.

Langsung di ruangan sang atasan, penampilan pertama handset iPhone yang disodorkan begitu menggoda. Mulus dan Maknyus. Hehehe… tapi kening mulai berkerut ketika saya mulai mencoba menyalakannya. Bagaimana tidak, satu-satunya tombol yang berfungsi sebagai Home rupanya tidak berada pada tempatnya. Ceruk yang terdapat pada bagian bawah layar iPhone hanya menyajikan gambar tombolnya saja. Wah, alamat apa nih ?

Iseng-iseng saya bertanya ‘boleh liat kotak kemasan iPhone-nya Pak ?’

Disodorkanlah saya sekotak kecil penuh perlengkapan mencakup Charger putih, Stylus (yang bener ???) dan Batere (apa ???). Kecurigaan saya mulai muncul dan bertanya sekali lagi ‘kira”harga yang dikasihkan, berapaan Pak ?’ ‘dua juta sekian’ kata sang atasan. Murah amat ? bathin saya.

Berbekal sedikit pengetahuan tentang iPhone, sayapun memberikan penjelasan kepada sang atasan yang meliputi keraguan saya akan keaslian iPhone yang dibeli ini. Indikasinya adalah iPhone tidak dibekali dengan Stylus karena handset iPhone merupakan type ponsel pintar yang mampu merespon sentuhan jari manusia sebagai input utama pada layar sentuhnya. Indikasi kedua tentu saja keberadaan Batere-nya, karena salah satu kelemahan iPhone adalah sulitnya pengguna untuk mengganti batere atau dengan membuka cover belakang handset.

Seijin sang atasan ni handset diperbolehkan untuk dibawa untuk dioprek, kira-kira bisa dinyalakan gak ya ?

Setelah bertanya pada Mbah Google akhirnya semua pertanyaan saya terjawab sudah. iPhone dua jutaan yang penjualannya dibekali dengan Stylus dan Batere adalah replika iPhone buatan China yang memang secara bentuk dan tampilan Menu-nya meniru abis iPhone versi aslinya. Untuk membuka back cover bisa digunakan dua buah pinset kecil yang saya ganti dengan clip kantor. Caranya mirip-mirip dengan membuka back cover ponsel Nokia seri Low End.

…dan setelah sedikit berkeringat, back cover handset ‘iPhone’ ini berhasil jua saya buka. Benar saja, niy batere handset belum terpasang, pantas saja kalo si Rekan sampe putus asa nyoba menyalakannya. Hehehe… Setelah mengabadikan langkah-langkah diatas dalam bentuk beberapa foto lewat kamera ponsel Nokia 6275i CDMA, ni ‘iPhone’ saya pasangkan kembali back covernya dan mulai di-charge dan lanjut dengan menekan ‘tombol joystick’nya agak lama. Samar-samar tampilan Menunya mulai terlihat.

Lagi-lagi kalo dilihat dari jauh apalagi dengan membuka kacamata minus saya ini, tampilan Menu yang tampak pada layar benar-benar maknyus seperti kesan penampilan pertama diatas tadi. Namun ketika saya perhatikan dengan tambahan kacamata, ni ‘iPhone’ baru keliatan khas China-nya. Icon Menu yang ditampilkan tidak sehalus mulus iPhone original dan respon perpindahan antar Menu juga tidak begitu bagus, perlu jeda 1-2 detik untuk menunggu.

Yang namanya tiruan China, ni ‘iPhone’ gak Cuma mulus dari tampilan luarnya saja, apalagi pada back covernya terpampang jelas logo ‘buah Apel macegut’ plus tulisan ‘3G 16 GB’. Waaaahhh… Mantaaap punya. Dari segi tampilan Menu, perpindahan antar Menu hingga proses tampilan aplikasinya pun berhasil ditiru dengan baik. Salah satu ke-khas-an iPhone yang saya ketahui saat menjajal iPhone beberapa waktu lalu adalah penggunaan fitur kamera-nya yang sama plek dengan percobaan yang saya lakukan pada ‘replika iPhone’ ini.

Masih gak puas juga saat menjajal ‘iPhone’ ini, saya memutuskan membuka kembali back cover dan memastikan bahwa apa yang saya lihat pada tampilan Menu memang benar adanya. ‘iPhone’ ini mengadopsi 2 (dua) kartu dengan frekuensi GSM. Khas ponsel China banget. Sejak kapan siy iPhone bisa dual GSM dan sama-sama ON ?

Pantas saja kalo harganya bisa murah banget didapatkan. Waaaahh… kasihan juga nih si atasan. Hehehe…

Keberhasilan misi untuk menyalakan ponsel ‘iPhone’ ini mengingatkan saya pada seorang Rekan kuliah yang tempo hari sempat wisuda bareng, Made Kariyana. Kalo gak salah saat wisuda berlangsung yang bersangkutan sempat memamerkan ‘iPhone’-nya yang dual GSM ini. Katanya, lumayan-lah kalo Cuma buat nampang atau mejeng. Yang penting jangan pernah perlihatkan lama-lama didepan orang lain, jangan pernah dipinjamkan dan tentu saja jangan gunakan Stylus. Yakin banget, dengan menggunakan ni ‘iPhone’, gengsi dijamin bakalan meroket Bro. Tips yang sangat bagus menurut saya. Hihihi…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian