Rahajeng Semeng, Rahajeng Rahina Pagerwesi
Pagi ini saya off mebanten pekideh. Tugas tersebut digantikan oleh istri yang sudah mengambil alih pekerjaan dari saat saya masih berolahraga pagi di teras atas. Saya hanya diminta mengambil betutu liku di jalan gatsu pukul setengah tujuh bareng anak-anak, lalu membantu proses penyiapan banten sambil menyeruput kopi panas.
Pikiran masih gak bisa lepas dari adik putu, ponakan jauh yang hingga hari ini belum ada kabarnya. Satu-satunya informasi terakhir yang didapat hanyalah keberadaan yang bersangkutan terpantau di Mojokerto mengambil uang di atm setempat.
Hari ini agenda utamanya adalah maturan ke pura Ibu dan kantor Puspem Badung. Sisanya hanya menunggu jadwal ngeringkes almarhum MbokTut Dera yang infonya bakal dilakukan hari kamis sore besok, lanjut prosesi Ngaben jumat siang. Artinya setelah hari ini, besok cuma bisa ngantor sampai siang saja, dan Jumat kelihatannya ambil ijin sehari. Bersyukur dalam situasi pandemi begini, jam kantor bisa lebih fleksibel dari hari biasanya.
Secara kondisi, pilek dan batuk yang kemarin menyerang, sudah lebih baik dari sebelumnya. Malahan istri yang sekarang tertular keluhan yang sama. Padahal bentar lagi jadwalnya donor darah. Jadi musti jaga kesehatan agar bisa menunaikan tugas sukarela sebagaimana biasanya.
Sementara itu, infonya pak Kabid kami sudah dirujuk ke RS Sanglah per hari Minggu kemarin. Barusan saja ia menyapa kami di group kerja bidang perumahan, dan mengatakan bahwa kondisinya sudah lebih baik dari sebelumnya. Semoga saja kembalinya Beliau ke meja kerja, menambah satu daftar kesembuhan Covid-19 secara lokal dan nasional. Astungkara bisa.
Di waktu senggang, saya masih betah menyortir puluhan ribu foto yang pernah diambil dari rentang waktu tahun 2004 hingga kini, dan tersimpan pada bilah cakram harddisk 2TB. Banyak yang dobel terpantau, dan sebagian diantaranya berhasil dideteksi dan dihapus oleh aplikasi Ccleaner. Ternyata banyak juga momen yang direkam selama jangka waktu tersebut, termasuk pose-pose remaja tanggung yang aneh bin ajaib. Sebagian saya hapus untuk menghindari pertikaian dengan istri masing-masing di masa depan, agar aib masa lalu tak menjadi beban pikiran mereka. Hanya saya saja yang tahu gimana mereka terdahulu. Saya sendiri tak menyangka masih menyimpan puluhan kenangan masa lalu dalam satu keping harddisk, mentang-mentang sudah menggunakan teknologi digital, main ambil gambar tanpa peduli penuhnya memori jaman itu.
Cuaca masih tampak mendung di luar sana.
Dan saya baru saja usai menyeruput kopi yang telah dingin pagi ini.
Comments
Post a Comment