Skip to main content

Masa Pandemi Covid-19, Makin Abai atau pilih Patuh pada Himbauan ?

Yuk ikut ambil bagian dalam upaya berbagi pada sesama.

Menyusuri jalanan Desa Canggu hingga Kota Denpasar malam kemarin, benar-benar membuat sedih hati begitu melihat puluhan gerai toko jualan dan rumah makan sudah ditutup, padahal waktu setempat baru menunjukkan pukul 21.30 wita. Hal yang tak biasa jika disandingkan dengan suasana malam minggu sebelumnya, bila kami beranjak pulang balik ke rumah pasca menengok mertua di banjar Babakan bersama anak-anak. Ini terjadi karena adanya pembatasan jam malam selama PPKM diberlakukan dalam lingkup regional Bali. Meski masih ada satu dua warung makan sari laut yang tampaknya baru saja memulai aktifitasnya, tetap saja semua menyesakkan dada.

Jalanan begitu sepi.
Jikapun ada kendaraan yang lalu lalang, semua masih bisa dihitung jari, sejauh mata memandang.
Laiknya kota mati yang bisa kita baca dari media setahun lalu di Wuhan China sana.

Berbanding terbalik saat kami memutuskan untuk keluar jalan-jalan di satu siang yang terik, menuju gerai makanan tradisional yang belakangan viral di sosial media. Sembari mengajak kedua orang tua menyegarkan mata dalam satu kendaraan tertutup, masih bersama anak-anak.
Tak disangka, ada puluhan kendaraan roda empat yang diparkirkan pada areal luas diseberang warung makan, dan antrean tampak banyak bergerombol di sisi pintu masuk. Untuk sejenak kekhawatiran akan meluasnya pandemi Covid pada keluarga kami muncul dalam pikiran. dan semua merasakan hal yang sama.
Kamipun berbalik arah meninggalkan lokasi tujuan yang diakses selama satu jam perjalanan dari Kota Denpasar. Uedan.

Jika kemudian Pemerintah memvonis bahwa masyarakat kita tidal taat aturan, lantaran makin kesini makin bertambah banyaknya jumlah positif Covid, bisa benar, bisa juga salah.
Benar saat kita melihat dari sisi objek wisata dan venue makan yang tetap ramai dikunjungi, rasanya kita makin abai dan tak peduli dengan adanya virus Corona ini. Namun bisa juga Salah, saat melihat puluhan gerai memilih tutup sesuai jadwal yang ditetapkan oleh Pemerintah, tanpa ada upaya melanggar.
Meski yang namanya roda ekonomi kian hari kian sulit dirasa oleh sebagian besar orang diluaran. Yang terkena PHK, dirumahkan atau bangkrut lantaran tak mampu meraih untung penjualan.

Itu sebabnya disarankan bagi kalian yang masih mampu untuk berbagi sedikit rejeki pada yang lain, menyisihkan dan membeli apa yang ditawarkan demi membantu harapan dan asa pada keluarga mereka. Apalagi di hari Kasih Sayang atau Valentine ini, tidak ada ruginya bila membeli sepincuk dua lumpiang yang dijajakan sepanjang pantai saat melewatkan waktu bersama keluarga atau kekasih hati.

Comments

Popular posts from this blog

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Akhirnya Migrasi Jua, Pulang ke Kampung Blogspot

Gak terasa yang namanya aktifitas menulisi Blog sudah sampai di tahun ke 17. Termasuk ukuran blogger senior kalau kata teman, padahal kalau dilihat dari sisi kualitas tetap saja masuk kelompok junior. Belum pernah menghasilkan tulisan yang keren sejauh ini. Blog bagi saya sudah jadi semacam wadah untuk coli. Ups Maaf kalo mencomot istilah gak baik. Tapi ini seriusan, karena memang digunakan untuk melanjutkan halusinasi tanpa perlu berpikir akan ada yang berkunjung, membaca atau tidak. Setidaknya berguna untuk menjaga pikiran-pikiran negatif agar tidak menjalar keluar mengganggu orang lain, atau melepas lelah dan keluh kesah harian akan segala tekanan bathin di keluarga, kantor maupun sosial masyarakat. Jadi maklumi saja kalau isi blognya gak sesuai ekspektasi kalian. Meski sudah menulis selama 17 tahun, namun laman Blog www.pandebaik.com ini kalau ndak salah baru lahir sekitar tahun 2008. Segera setelah bermasalah dengan media mainstream yang berbarengan dengan tutupnya penyedia hos

Kendala yang ditemui saat Migrasi Blog

Keputusan untuk Migrasi alias pulang kampung ke halaman Blogspot, sebetulnya merupakan satu keputusan yang berat mengingat WordPress sudah jadi pijakan yang mapan untuk ukuran blog yang berusia 17 tahun. Tapi mengingat pemahaman dan kemampuan pribadi akan pengelolaan blog dengan hosting yang teramat minim, sekian kali ditumbangkan oleh script, malware dan lainnya, rasanya malu juga kalau terus-terusan merepotkan orang hanya untuk sebuah blog pribadi yang gak mendatangkan materi apa-apa. Ini diambil, pasca berdiskusi panjang dengan 2-3 rekan yang paham soal proses Migrasi dan apa sisi positif di balik itu semua. Namun demikian, rupanya proses Migrasi yang tempo hari saya coba lakukan dengan hati-hati, tidak semulus harapan atau keinginan yang dibayangkan. Ada beberapa kendala didalamnya yang mana memberikan efek cukup fatal dalam pengarsipan cerita atau postingan blog sebelumnya. Yuk disimak apa saja. 1. Pengurangan jumlah postingan Blog yang cukup signifikan. Postingan Blog www.p