Skip to main content

Bedah Rumah Tainsiat, Sebuah Catatan

Bisa dikatakan bahwa ide untuk merenovasi rumah tinggal yang sejak kecil saya tempati ini, datangnya begitu cepat.

Dimulai dengan orat-oret ide bersama dua staf di ruangan, mencoba menata kamar tidur dan kebutuhan lainnya mengandalkan denah eksisting tanpa melakukan penambahan ukuran yang berlanjut pada opsi penambahan lantai. Opsi ini tentu akan diikuti pula dengan penambahan dana anggaran yang jumlahnya cukup fantastis bagi ukuran kami saat itu.
Secara sepihak, saya pun meminta tolong pada salah satunya, untuk bisa membantu saya membangun dan mewujudkan desain gambar kasar di tahun berikutnya.

Tuhan berkata lain.

Secara tak sengaja, kami bertemu keluarga yang dulu pernah dekat. Berpisah lama sejak promosi penugasan yang masing-masing kami dapatkan di bidang berbeda. Berhubung memiliki masa lalu yang erat, tepatnya semenjak saya menjadi pegawai negeri sipil tahun 2005 silam, ia menyanggupi permintaan kami untuk membangun impian menjadi kenyataan.

Secara finansial, bisa dikatakan kami jauh kekurangan. Dengan gambaran awal kisaran biaya dan luasan lantai yang dibangun, memaksa kami menyekolahkan SK lanjut ke bank terdekat. Hal paling tabu yang pernah kami pegang sejak awal menikah, akhirnya runtuh jua akibat keadaan.
Berhutang.

Antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan akan kamar tidur yang nyaman, mengingat kami tak lagi melewati hari berdua saja. Setidaknya kelak kami membutuhkan 3-4 ruang tidur agar tak sampai mengganggu aktifitas harian lainnya. Mumpung situasi masih bisa dikondisikan, pada tanggal 9 Februari silam, agenda Bedah Rumah Tainsiat pun dimulai.

Selain biaya pembangunan yang cukup banyak, di akhir pekerjaan baru nyadar bahwa ada juga pengeluaran lain yang tidak kalah penting. Seperti sewa gudang yang mencapai 24 Juta selama 9.5 bulan lamanya konstruksi. atau penambahan gorden, terali, ac hingga kasur tambahan mengingat kasur lama sudah dihibahkan ke sepupu yang membutuhkan.

Berat banged pastinya.

Tapi secara keseluruhan, saya kok jadi merasa betapa sudah banyak dan sangat dimudahkan selama proses bedah rumah dilakukan. Termasuk penyediaan gudang tempat penitipan barang yang didapat saat kami kebingungan mau titip dimana, tempat tinggal sementara bagi belasan tukang yang bekerja, hingga komunikasi selama pengerjaan, bisa dilewati dengan baik meski ada riak kecil didalamnya.
Sangat memuaskan dan mengharukan tepatnya. Gak heran saya sempat menangis kecil lantaran bahagia, semua tantangan bisa dilalui dengan baik.

Tinggal memikirkan Hutangnya saja dan pengembalian.
Heh…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian