Skip to main content

Sedikit Cerita tentang Tulisan ber-Tema Keris (dan Bhisama)

Dalam dua minggu terakhir tulisan yang dipublikasikan pada blog PanDeBaik seakan diselimuti aura Keris sampai-sampai beberapa teman yang rajin menyambangi blog satu persatu meng-sms saya ‘sejak kapan PanDeBaik berpindah tema ? dari yang biasanya melulu tentang teknologi ponsel kini malah lebih mengarah pada budaya bangsa ini… Keris.

Seperti halnya yang pernah saya ungkap dalam update status jejaring sosial FaceBook akhir Juli lalu, terkait tulisan bertemakan Keris (dan Bhisama) yang dipublikasikan sejak awal Agustus, murni saya dedikasikan sebagai pembelajaran atau tambahan pengetahuan bagi Generasi Muda Warga Pande, dalam rangka DharmaWacana tentang keris dan Bhisama di Museum ‘Keris’ Neka, Sanggingan, Ubud, Gianyar.

Adapun terkait DharmaWacana tersebut diselenggarakan sebagai awal proses pembentukan Yowana Paramartha Warga Pande, sebuah wadah berorganisasi dan bersosialisasi bagi Teruna Teruni Generasi Muda Warga Pande di tingkat Kabupaten dan Kota. Sebagai pilot project, sementara waktu kami mengambil opsi dikhususkan pada kotamadya Denpasar dan Kabupaten Badung saja.

Lantas kenapa harus ‘Keris ? ini terkait lagi dengan kunjungan pertama kami ke Museum ‘Keris’ Neka pada tanggal 18 Juli 2010 lalu yang jujur saja menyisakan banyak pertanyaan di pikiran saya sebagai salah satu dari generasi muda (meskipun sudah berstatus menikah) warga Pande. Apalagi kalau bukan terkait apa itu keris, bagaimana proses pembuatannya, nilai-nilai dan makna yang terkandung hingga terkait puluhan keris koleksi milik Museum Neka, dari mana saja asalnya, apakah ada sejarahnya, siapa pembuatnya dan masih banyak lagi.

Sambutan yang diberikan kepada kami sangat jauh dari rencana awal yang sedianya hanyalah untuk menyampaikan keinginan dan memastikan Pande Wayan Suteja Neka berkenan menerima dan berbagi pengetahuannya saat Dharmawacana kelak. Mendengarkan dan menyaksikan secara langsung hingga berkeliling di Museum merupakan pengalaman baru bagi kami semua.

Bersyukur Uwe Suteja Neka (demikan saya memanggil Beliau) berkenan memberikan bekal literatur yang sekiranya dapat kami pelajari ketika pulang dari Museum. Dari literatur tersebutlah tulisan-tulisan yang bertemakan Keris itu berasal. Dua alasan mengapa tulisan-tulisan yang bertemakan Keris saya publikasikan lewat blog adalah pertama, isi dari tulisan tersebut terlalu berharga untuk saya ketahui seorang diri dan mengingat visi dari blog PanDeBaik adalah berbagi pengetahuan dan pengalaman maka tidak ada salahnya tulisan tersebut saya tuangkan disini. Sedang Kedua, terkait profesi sampingan saya sebagai blogger (dan memiliki media blog) ya satu-satunya yang dapat saya lakukan agar literatur yang diberikan Uwe Suteja Neka dapat lebih bermanfaat bagi kita semua adalah menuangkannya kembali dalam bentuk tulisan.

Demikian pula halnya dengan tulisan terkait 6 (enam) Bhisama Warga Pande yang barangkali sangat disarankan untuk diketahui oleh setiap Semeton Warga Pande. Harapannya tentu saja agar saat Dharmawacana nanti akan ada satu pembelajaran tambahan untuk diketahui sebelumnya serta pemahaman yang seragam satu dan lainnya.

Hanya saja publikasi tulisan yang berasal dari literatur ini bukan bertujuan untuk mengeruk keuntungan secara komersial, namun (sekali lagi) hanya sebatas pembelajaran dan tambahan pengetahuan bagi generasi muda Warga Pande khususnya dan tentu saja kita semua umumnya. Bukankah indah jika kita semua sama-sama menyadari bahwa Keris (dan Bhisama bagi Semeton Warga Pande) adalah satu warisan budaya leluhur bangsa kita yang patut dijaga dan lestarikan ?

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian