Skip to main content

Taxco VX1 Blackberry Javelin rasa lokal

Nexian boleh saja disebut sebagai pembuka jalan dalam meningkatnya minat masyarakat akan kehadiran ponsel berkeypad QWERTY besutan China dan mengambil alih rupa Blackberry, namun hingga saat ini tak satupun dari seri yang dirilis mampu menyamai desain ponsel gembul kelahiran Kanada tersebut. Tidak demikian halnya dengan Taxco, salah satu dari sekian banyak brand lokal ini tampaknya tak mau kalah dengan para pesaingnya dalam merilis ponsel berkeypad QWERTY.  Rupanya Taxco tak ingin bersikap setengah setengah dalam soal jiplak menjiplak, lihat saja dari desain secara keseluruhan ponsel seri VX1 milik mereka, bisa diidentikkan dengan Blackberry Curve 8900 alias Javelin.

Ditilik dari spesifikasi yang diusung tak jauh beda kok dengan ponsel berkeypad QWERTY besutan lokal lainnya, dari Dual On GSM, koneksi Bluetooth, Memori tambahan MicroSD, dukungan Java (eBuddy, Facebook dan Yahoo Messenger) serta Kamera. Yang menarik adalah resolusi kamera yang dimiliki sudah mencapai 2 MP dan ini beneran loh, gak Cuma tulisan yang menghias box pembelian ataupun cover belakang ponsel.

Ohya, tadi sempat saya katakan kalo Taxco VX1 (yang lebih dikenal dengan julukan TaxcoBerry) menjiplak Balckberry Curve 8900 alias Javelin secara keseluruhan, itu benar adanya. Bahkan bukan hanya dari dimensi bodi ponsel, namun juga bentuk keypad QWERTY hingga ke navigasi Trackball. Kehadiran Trackball ini berfungsi sama halnya dengan Trackball milik BlackBerry. Tak hanya navigasi Trackball, desain Menu yang ditampilkan dalam layar milik Taxco ini bisa dikatakan sangat mirip dengan milik BlackBerry, demikian pula pada tampilan awal (today screen).

Dukungan Java pada ponsel ini dapat dikatakan sebagai nilai tambah. Bagi yang memerlukan web browser bisa menggunakan Opera Mini yang memiliki tingkat kompresi tinggi dalam menampilkan halaman web sehingga ditinjau dari pengeluaran tentu saja jauh lebih murah. Demikian pula games ataupun aplikasi chatting lainnya.

Tapi untuk chatting bukankah sudah ada eBuddy ? nah ini dia masalahnya. eBuddy milik Taxco VX1 ternyata tidak dapat berfungsi dengan baik, namun bisa diakali dengan menginstalasi eBuddy milik HT30, brand lain yang secara kebetulan merilis jenis ponsel yang sama. Hasilnya, chatting via ponsel tak lagi menjadi masalah besar.

Sayangnya memang belum semua aplikasi ponsel berbasis Java dapat diinstalasi dan digunakan dengan baik pada ponsel ini, salah satunya misalkan saja Morange. Aplikasi yang bersifat all in one ini bahkan tak jua berhasil dibuka kendati telah menunggu waktu yang lama.

Berbeda dengan Nexian, dimana slot SIM 1 biasanya sudah di-lock untuk kartu sim tertentu (sesuai paket bundling), untuk Taxco VX1 pengguna dibebaskan untuk menggunakan sim card gsm dari operator yang tersedia di Indonesia. So, ada yang berminat ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian