Skip to main content

Mesin Waktu itu bernama GuDang

Gudang adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk menyimpan berbagai macam barang (Wikipedia, 2009). Barang yang dimaksud meliputi barang yang tak digunakan lagi, barang yang barangkali kelak bisa digunakan hingga barang yang bingung mau digunakan ato enggak (PanDe Baik, 2009).

Gudang lebih tepatnya menurut PanDe Baik adalah sebuah mesin waktu yang dapat membawa kita kembali pada masa lalu. Masa dimana semua kenangan itu dilewati, indah atau pedih, sehingga cukup pantas untuk membuat sebuah senyum menggurat jelas pada wajah si oknum yang secara sadar memasuki ruangan bernama Gudang.

Gudang dirumah kami tak lebih dari sebuah ruangan apek penuh debu dengan ukuran yang sama dengan kamar mandi kami. Mobilitas saya keruangan ini bisa dikatakan jarang, tidak sama dengan rutinitas saya menuju tempat tidur. Minimal pada hari libur, entah pagi atau sesempatnya.

Dahulu sekitar tahun 2003, Gudang ini sempat ditata rapi, diisi sebuah rak rangka besi yang siap menampung puluhan buku-buku masa kecil milik saya dan juga kakak plus puluhan Intisari milik Bapak yang ia beli sedari tahun 70-an. Menempel pada tembok yang bersebelahan dengan kamar tidur saya, sebuah dipan yang dialasi karpet merah, siap dijadikan sebagai tempat duduk atau rebahan, menikmati bahan bacaan yang ada.

Seiring dengan berjalannya waktu, Gudang ini dipenuhi (kembali) oleh barang seperti pengertian dan spesifikasi diatas. Sepeda balap dewasa yang saya gunakan sejak SMP hadiah dari kakek almarhum, koleksi keping cd sedari tahun 2000an hingga kini dan juga dua mesin jahit milik Bapak dan Ibu yang sudah tak terpakai lagi. Plus karpet merah dan cokelat yang tergulung dan juga dus bekas alat elektronik yang kami beli lima tahun terakhir.

Begitu aktifitas perkuliahan saya selesai, salah satu rencana yang harus saya lakukan adalah memilah buku-buku yang dibeli dan di-fotocopy, apakah tetap disimpan didalam kamar atau pindah ke Gudang. Maka setiap kali liburan, hari sabtu dan minggu adalah waktu paling mengasyikkan untuk berbenah semua itu. Hanya saja, saya juga harus mengatur waktunya untuk bisa menemani MiRah.

Menghabiskan waktu di Gudang, bisa jadi membuat saya hampir melupakan tujuan utama dan larut dalam sebuah perjalanan sebuah mesin waktu ke masa lalu. Masa dimana saya memulai tekad untuk bersekolah lagi (2007), masa dimana saya berjuang bersama sebuah mesin gambar bandul bermerek DALI (1995 s.d 2001), hingga masa dimana saya masih memimpikan sebuah mainan keren yang hanya bisa didapatkan disebuah toko mainan terkemuka Kota Denpasar ini, HOYA, yang sudah barang tentu itu hanyalah sebuah mimpi belaka (1986-1992).

Ada juga kenangan dimana saya memutuskan untuk memulai sebuah kehidupan baru, baik bersama pacar terakhir -kini telah menjadi seorang Istri yang baik- (2005) atau bahkan mulai eksis di dunia internet melalui BLoG -asal muasal lahirnya BLoG PanDeBaik pada pelatihan IT oleh KPDE Kota Denpasar- (2006).

Menemukan berbagai macam benda, buku, catatan hingga halaman-halaman kertas yang barangkali masih bisa saya ingat, rasa atau emosi yang terasa saat itu, memacu hasrat saya tuk kemudian berbagi pada rekan yang barangkali dulu pernah bersama-sama ikut merasakannya. Terima kasih untuk FaceBook dan BLoG yang mampu menjembatani keinginan saya ini. Maka lahirlah sebuah album ‘bagian dari masa lalu’ pada akun profil milik saya di sebuah jejaring sosial bernama FaceBook dan tentu saja dapat berkisah lengkap dengan sebuah cerita pada BLoG.

Gudang bukan lagi sebuah ruangan yang digunakan untuk menyimpan berbagai macam barang (Wikipedia, 2009), tapi juga berbagai macam kenangan…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

PimPro, Apaan sih Itu ?

PimPro Kalian yang sudah masuk dunia kerja, utamanya yang bergerak di bidang konstruksi, saya yakin pasti pernah dengar istilah Pimpro. Baik yang berkonotasi Negatif ataupun Positif. Demikian halnya saya. Pertama kali mendengar istilah PimPro kalo ndak salah ya pas baru-baru jadi Pe eN eS. Yang saat diceritakan oleh pimpinan saat itu, apa tugas, kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh seorang Pimpro, Bagi saya pribadi sih lebih banyak Negatifnya. Ini jika dilihat dari kaca mata kebenaran. Bukan pembenaran. Image besarnya Power seorang Pimpro makin dikuatkan saat saya mengobrol ngalor ngidul bersama seorang pejabat fungsional di tingkat Provinsi saat berkesempatan menginap sekamar *bukan seranjang ya* sewaktu ditugaskan ke Indonesia Timur berkaitan dengan pemanfaatan dana ABPN dua tahun lalu. Dari ceritanya, ya memang benar bahwa seorang PimPro apalagi di era Pak Harto menjabat dulu sebagai Presiden RI ke-2, punya kekuatan besar yang begitu memanjakan hidup dan keseharian yang bersa...