Skip to main content

Nokia "PonseL SeJuta Umat"

Ponsel sepertinya sudah merupakan suatu hal biasa bagi masyarakat Indonesia, cenderung wajib dimiliki malah. Ponsel tampaknya juga merupakan gadget yang paling pesat perkembangannya hanya dalam hitungan satu dasawarsa. Dalam kurun waktu itu pula, ponsel kian digemari oleh berbagai kalangan, tua muda abg sekalipun, yang memang berprofesi sebagai pebisnis, pegawai kantoran, hingga ibu rumah tangga, dijamin pasti menenteng atau terlihat menggenggam alat komunikasi yang belakangan makin multiguna.

Salah satu vendor ponsel paling terkemuka di Indonesia, bahkan dunia barangkali, adalah Nokia. Menyandang motto ‘Teknologi yang Mengerti Anda’ membuat perkembangan ponsel yang pernah dirilis oleh Nokia semakin menyentuh penggunanya baik yang loyal hingga new user sekalipun.

Tak cuma memperhitungkan fungsi dan kegunaan ponsel, dalam meringankan pekerjaan penggunanya, Nokia bahkan sudah mulai merambah segi fashion hingga hiburan yang memang makin memanjakan penggunanya. Maka tak heran pula jika Nokia makin kesini makin merajai dari segala segi kebutuhan pengguna. Ini adalah faktor penentu yang mengakibatkan lahirnya seri ponsel Nokia hingga dijuluki ‘Ponsel Sejuta Umat’.

Katakan saja yang paling pertama pada eranya, Nokia 5110. jaman ponsel yang waktu itu masih segede batu bata, layar monochrome alias hitam putih, dikejutkan dengan dirilisnya ponsel Nokia warna warni menarik hati, dimana chasing luarnya dapat digonta-ganti pula. Tak ayal lantaran cara penggunaan yang tergolong mudah bagi sebagian besar pengguna, lama-lama seri ini didapuk sebagai ‘Ponsel Sejuta Umat’ Nokia yang pertama.

Makin berkembang dengan tampilan layar warna, plus Sistem Operasi Symbian yang bisa ditambahkan berbagai aplikasi ketiga sesuai kebutuhan pengguna, plus fitur kamera, media penyimpanan tambahan dan tentu saja koneksi, Nokia kembali melahirkan ‘Ponsel Sejuta Umat’ mereka, dengan seri 6600.

Seri Nokia yang punya badan gemuk ini memang layak menyandang gelar tersebut lantaran dari pertama dikeluarkan, hingga setahun lalu, ponsel ini masih menjadi favorit sebagian besar pengguna. Tak heran Nokia melanjutkan seri ini dengan versi ‘Black, versi yang hanya merubah warna chasing menjadi hitam pekat, plus tambahan memori luar yang dahulu hanya memberikan MMC 32 MB, kali ini ditingkatkan menjadi 64 MB. Bahkan kabarnya seri yang dirilis di Amrik Nokia 6620 dengan chasing putihnya pun dijual disini.

Ini menjadi menjadi favorit lantaran dari segi harganya yang memang sangat terjangkau belakangan ini.

Kini, di era kamera yang sudah hitungan Mega Piksel plus pemakaian lensa dari vendor kamera ternama, ditambah koneksi yang makin cepat dan memori luar dalam kapasitas Gigabyte, tampaknya Nokia sudah memiliki bakal calon ‘Ponsel Sejuta Umat’ kembali. Tentu pertimbangan harga-lah yang menyebabkan gelar tersebut pantas disandangkan selain fitur yang oke plus segala kelebihan dan kekurangannya.

Secara pribadi sih, saya lebih menominasikan Nokia seri N73 yang pantas menyandang kelanjutan gelar tersebut. Selain memang karena ponsel ini sudah berada pada rentang harga 2 jutaan, fitur kameranya sudah tergolong standar untuk ukuran sekarang, sudah dengan lensa oke pula. Satu-satunya kelemahan yang paling sering didengungkan oleh penggunanya ada pada lemot dan seringkali hang tanpa sebab.

Itu barangkali diungkapkan bagi mereka yang terbiasa dengan pc berprosesor Pentium IV. Jadi barangkali performa yang ditunjukkan oleh ponsel ini jelas saja jauh dan sangat lambat. Bahkan kerap hang saat jari jemari sudah tak sabar berpindah fitur. Karena bagi saya pribadi, sejauh ini ponsel N73 yang saya miliki gak seperti yang dikeluhkan tuh.

Jadi wajar lah kalo saya menominasikan ponsel Nokia seri N73 ini sebagai ‘Ponsel Sejuta Umat’ yang berikutnya. Apalagi pihak Nokia sepertinya makin betah saja mengeluarkan variasi dari ponsel ini, dari seri pertama yang berwarna silver, kemudia seri Musik yang hitam dengan tambahan memori luar sebesar 2GB dan terakhir dengan chasing putih, yang dikenal dengan seri N73 Pearl.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian